Drasha, si gadis desa yang cantik dan polos tiba-tiba diklaim sebagai keturunan keluarga Alveroz yang hilang 15 tahun silam.
Kecuali Nyonya besar Alveroz, tidak ada dari keluarga itu yang menerima Drasha. Bahkan dua orang yang katanya mama papa biologis Drasha lebih mengutamakan sang anak angkat.
Bagi mereka, Drasha adalah putri palsu yang hanya ingin memanfaatkan harta keluarga Alveroz. Sementara itu, sang anak angkat yang pandai mengambil hati keluarga, membuat posisi Drasha semakin terpojok.
Tapi, tanpa mereka semua tahu, Drasha bukan ingin memeras harta keluarga Alveroz melainkan dia membawa dendam dalam hatinya.
Siapa Drasha sebenarnya? Apakah dia memang putri palsu atau justru putri asli keluarga Alveroz? Dendam apa yang membuat Drasha memasuki keluarga Alveroz?
Yuk temukan jawabannya di cerita Drasha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drasha Kena Marah Riovan
"Sekarang orang-orang jadi meragukan kredibilitas keluarga Alveroz dalam memberikan beasiswa, itu karena kamu…," kata Riovan dengan nada yang menusuk.
"Itu hanya potongan video singkat, Tuan, yang sebenarnya terjadi, Queena yang tiba-tiba datang ke kafetaria dan menyiram saya duluan," jelas Drasha.
"Apa benar begitu, Cherryl?" tanya Riovan pada putri angkat kesayangannya.
"Kalau yang itu aku nggak tahu, papa. Aku dateng waktu Queena mau nampar Drasha. Jadi aku nolongin Drasha dulu. Tapi, memang mereka berdua sudah sama-sama berantakan karena makanan." Bohong. Jelas-jelas Cherryl menyaksikan awal muka kejadian itu.
"Banyak saksi di kantin yang melihat kejadian sebenarnya, Tuan," kata Drasha.
"Tapi, komentar-komentar di video itu jelas mengatakan kalau kamu yang lebih dulu cari masalah."
"Tapi kenyataannya tidak begitu. Apa Anda tidak bisa percaya dengan saya, Tuan?"
"Kenapa saya harus percaya dengan penipu yang hanya peduli soal uang seperti kamu?"
Drasha menarik napas dalam-dalam lalu menatap serius pada pria itu. "Saya sudah menandatangani perjanjian yang Anda berikan pada saya, Tuan. Tentu, saya selalu berhati-hati karena tidak mau beasiswa saya dicabut. Kenapa saya mau cari masalah yang membuat beasiswa saya terancam?"
Cherryl menyela. "Tapi kekacauan itu tidak bikin beasiswa kamu langsung dicabut kok, Drasha. Semua ada prosedurnya. Kamu harusnya dapat surat pendisiplinan dulu dari Dewan Kedisiplinan Sekolah."
"Kamu sudah menerima suratnya?" tanya Riovan.
"Sudah, Tuan."
"Kalau begitu selesaikan masalah itu secepatnya besok."
"Kalau kamu tidak punya bukti, sebaiknya kamu minta maaf sama Queena supaya permasalahannya kelar, setidaknya orang-orang menilai kalau kamu bisa bertanggung jawab sama perbuatan kamu," sahut Cherryl.
Drasha tidak menghiraukan saran Cherryl. Mengikuti cewek itu sama saja membuat Drasha menerima kalau dia tidak akan pernah bisa mauk kelas platinum. Drasha tidak mau itu.
Dia menatap Riovan. "Saya akan mendapatkan bukti kalau bukan saya yang mengganggu Queena lebih dulu, Tuan. Saya akan menyelesaikan masalahnya besok."
"Baiklah." Riovan beranjak dari sofa dan melangkah keluar dari ruangan kerjanya.
Sementara itu, Cherryl meremas roknya sambil menatap tajam pada Drasha. "Bagaimana lo mau dapetin buktinya? CCTVnya error waktu kejadian itu."
"Ada Rachelle dan siswa-siswi yang liat kejadian sebenarnya." Tidak mungkin Drasha bilang kalau dia mencoba menggunakan jasa member di website Roos.
"Emang lo yakin siswa-siswi lain itu mau bantuin lo?" cibir Cherryl.
"Kenapa nggak."
"Drasha… Drasha… jangan bawa otak kampung lo ke sini deh. Queena bukan orang sembarangan, pastinya anak-anak lain lebih belain dia daripada lo. Dan, Rachelle. Satu saksi aja nggak cukup."
"Gue bisa bantuin lo, tapi … lo harus pergi dari sini, gue bisa bantu nyariin lo sekolah dan tempat tinggal di luar negeri," sambung Cherryl.
"Terima kasih, Cherryl, tapi aku mau tetap sekolah di Alveroz Highschool."
Cherryl tersenyum sumbang. "Kenapa sih lo menye-menye banget, nggak usah sok bilang lo mau sekolah di Alveroz, lo emang mau rebut posisi gue di keluarga ini, kan."
"Berulang kali juga aku bakalan bilang ke kamu kalau aku nggak mau posisi itu, Cherryl. Kenapa kamu nggak mau percaya sama aku?"
"Karena kita ada persamaan Drasha. Kita sama-sama sok polos untuk mendapatkan apa yang kita mau," kata Cherryl dengan nada dingin.
"Bedanya, kalau gue di depan lo, gue bakalan nunjukin sifat asli gue, tapi lo? Lo masih aja sok polos. Gue muak liatnya," lanjut cewek berambut kecoklatan itu.
Hanya ditatap tanpa ekspresi oleh Drasha, akhirnya Cherryl beranjak dari sofa, meninggalkan gadis itu sendiri di ruangan kerja yang luas.
***
Riovan memasuki kamarnya dengan wajah yang tegang. Tamara yang sedang menyisir rambut memandangi suaminya dari pantulan kaca.
"Perkara anak palsu itu lagi, Riovan?" tanya Tamara.
Riovan mendekat ke belakang Tamara dan memegang pundak halus sang istri. "Hm."
"Aku bingung Tamara," sahut Riovan dengan nadanya yang rendah.
Tamara meletakkan sisir di meja dan memegang tangan besar suaminya. "Bingung kenapa?"
"Dia ... bukan Drasha kita, tapi kenapa setiap memarahi dia dan memandang matanya, ada perasaan aneh yang muncul di sini, Tamara." Satu tangan Riovan terangkat menyentuh dadanya.
Tamara menatap pantulan Riovan dalam diam.
"Apa menurut kamu kita lakukan tes DNA untuk memastikan apa dia benar Drasha kita atau bukan?"
Desahan kecil lolos dari hidung tinggi Tamara. Wanita cantik itu lalu beranjak dari kursi rias dan membalikkan badannya, lalu mendekat sampai dia berhadapan dengan sang suami.
"Jelas kamu sekarang terpengaruh tipu daya anak itu, Riovan. Dia berhasil membuat kamu goyah."
"Bukan begitu, Tamara."
"Kalau memang tidak, jangan goyah, Riovan. Kita sudah berkali-kali menghadapi perempuan-perempuan seperti anak palsu itu." Bola mata Tamara tertuju pada netra Riovan. Dalam. "Ingat terakhir kali kita percaya sama mama dan yang kita dapati hanya penghianatan. Perempuan yang kita percaya sebagai Drasha kita malah mencelakai anak kita Cherryl dan memang hanya mau memanfaatkan kekayaan Alveroz."
Riovan menurunkan pandangan sekilas lalu menatap Tamara. "Iya, kamu benar, sayang. Aku tidak boleh goyah." Pria itu segera memeluk istrinya erat-erat.
"Kita punya Cherryl sekarang."
"Kita juga masih terus mencari Drasha kita."
"Iya, sayang."
"Oh iya, katanya Seraphina dan Nikko sudah dalam penerbangan ke sini."
"Project mereka sudah selesai?"
"Iya, katanya begitu."
"Pasti meja makan besok pagi penuh keributan lagi."
***
Drasha menguap. Dia baru saja menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya. Tetapi, ketika mendapatkan notifikasi dari website Roos, matanya langsung cerah lagi.
Ada member yang menerima penawaran misinya.
Dia segera mengetik...
Mawar08:
Halo
Anda benar-benar bersedia membantu saya?
Sniperxxx:
Tentu
Silakan jelaskan apa yang saya harus lakukan
Mawar08:
Saya dituduh jadi pembully di sekolah
Video yang tersebar hanya menunjukkan saya yang menyiram makanan pada salah satu siswi berpengaruh
Saya harus cari bukti kalau bukan saya yang memulai duluan
CCTV saat kejadian itu error
Jadi saya mau minta bantuan Anda untuk menghack CCTV sekolah saya dan menemukan rekaman CCTV yang lengkap di kantin
Sniperxxx:
Nama sekolah
Mawar08:
Alveroz Highschool
Rekaman CCTV hari ini di jam istirahat pertama
Sniperxxx:
Oke
Transfer uangnya sekarang
Mawar08:
Anda benar-benar mau menerima misi ini walaupun saya cuma bayar 5 juta?
Sniperxxx:
Tentu
Langsung transfer saja uangnya
Mawar08:
Terima kasih banyak
Saya transfer sekarang
Ya, Drasha sudah mengirim uang sejumlah 5 juta pada akun Sniperxxx itu. Tapi ada yang aneh. Akun Drasha tiba-tiba diblokir oleh orang itu.
"Loh, kok dia nggak bisa dihubungi," gumam Drasha heran.
"ASTAGA! APA DIA PENIPU!?"
cwo yg di toilet restoran itu jg gk sih
penasaran bangt sm siapa drasha
beneran drasha asli ato plsu