Hanya ada di noveltoon, bila ada yang lain maka plagiat.
Desa pandan Arum mendapatkan teror yang amat mengerikan selama satu tahun terakhir anak anak atau pun remaja, banyak yang meninggal dalam keadaan mengerikan dan itu hanya untuk berjenis kelamin laki laki saja.
Mereka di temukan dalam keadaan anus rusak parah, semua nya sudah tidak bernyawa ketika sudah kembali pada keluarga nya.
siapa yang sudah membunuh mereka?
siapa pula yang membuat teror mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Bertemu lagi
Mustofa kaget mendengar cerita istri nya bahwa dia habis di hantui oleh sosok iblis muka rata yang amat sangat menyeramkan sekali, mau di buat bagai mana pun yang nama nya iblis maka tetap saja sangat lah seram. Erni merasa hidup nya bagaikan tercekik, hanya karena sekali saja di hantui oleh iblis itu.
Bayangan tetes darah itu masih ada di pelupuk mata, Mak Tin juga di ajak kesini untuk menyelamatkan diri karena takut nya iblis itu malah datang lagi secara tiba tiba saat Mak Tin sedang tidur malam hari. mana Mak Tin kan juga seorang janda tua, hidup sendirian saja di rumah itu.
Kalau sampai celaka maka tidak ada yang tau soal kematian nya, maka Erni berbaik hati mengajak nya kesini. sebenar nya Erni bisa di bilang baik, namun kadang kala saat ada yang sedang ghibah maka dia akan ikut juga dan makan sampai larut panjang dalam dunia perghibahan itu. bahan topik utama tentu saja Darma yang saat itu janda tanpa suami, sekarang saja para warga agak tobat karena Darma menghilang.
Bahkan hilang nya saja masih jadi gunjingan karena para warga mengira Darma kabur dari sini bersama dengan Wanto yang juga menghilang, suami Lastri juga tidak ada kabar nya sehingga mereka yakin seratus persen kalau Wanto memang lari dengan Darma dan sekarang hidup bahagia.
Sebab Wanto juga kan dulu nya naksir dengan Darma, hanya saja Darma tidak mau alias lebih memilih merantau kekota saja, maka nya Wanto menikahi Lastri saja. tapi setelah menikahi Lastri, malah Darma datang lagi dalam keadaan perut melendung karena sedang hamil Angga kala itu.
"Jadi apa yang sudah menghantui kalian?" Mustofa menatap Erni dan Mak Tin.
"Aku juga tidak tau lah itu apa, tapi yang jelas ini semua gara gara kau!" Erni menyalahkan suami nya.
"Lah kok malah aku yang salah?" Mustofa bingung karena kena tuduh Erni.
"Kalau kau tidak lama lama di kamar mandi, maka aku tidak akan pergi ke jamban sana lalu di temui oleh iblis muka rata!" sengit Erni.
"Sudah lah, ini memang takdir kita sehingga tidak bisa mau menyalahkan siapa pun." Mak Tin menengahi perdebatan mereka berdua yang pasti akan panjang nanti nya.
"Kesal sekali aku, lari pontang panting masuk sawah." Erni meminum air dengan nafas memburu.
"Mak, itu mahluk apa dan kenapa tiba tiba saja desa kita ada begitu?" Mustofa bertanya pelan.
Mak Tin menggeleng karena dia pun tidak tau kenapa bisa begitu, padahal desa mereka walau amat pelosok tapi tidak ada hantu nya yang datang sampai begini. tapi ini hantu nya dengan jelas mendatangi, bahkan kaki mahluk itu pun bisa Mak Tin lihat sangat nyata seperti layak nya kaki manusia dan ada cap darah di lantai.
"Aku juga tidak tau pasti dia itu sosok pendendam atau hanya iblis kiriman yang di suruh mengganggu kampung kita." jawab Mak Tin.
"Kalau kiriman kayak nya lebih tidak mungkin Ndak sih, Mak? siapa yang berniat jahat mengirim nya di kampung kita!" Mustofa agak tidak percaya.
"Kita mana tau pikiran orang, dengan bentuk RT yang begitu maka siapa saja bisa sakit hati." sergah Erni.
"Wah kalau orang itu sakit hati dengan Bardi dan kirim teluh, malah sekarang semua orang bisa kena dong!" kaget Mustofa.
"Sebaik nya diam saja dulu, jangan menyebarkan berita yang tidak tidak agar keadaan tetap tenang." pesan Mak Tin.
"Tapi dia tidak akan datang di rumah ku kan, Mak?" tanya Erni sekali lagi.
Mak Tin menggeleng membuat Erni agak lega juga, takut nya nanti malah sampai di rumah sini dan membuat kehebohan lagi, sungguh takut sekali rasa nya dia bila mengingat wajah iblis itu saat masih di jamban. darah yang menetes di muka yang rata, entah apa yang ia alami hingga punya wajah begitu.
...****************...
"Bapak mu kalau ngasih kerjaan kok ya tidak kira kira sih, Go!" rutuk Riski yang menemani Digo.
"Eh jangan ngeluh terus, upah nya sudah di bagi dua loh." ujar Digo.
"Ini nih gara gara Arka kita jadi kemalaman pergi kerumah Pak Lurah sini, lagian dia kok ya tidak jelas sekali mau nya apa dengan Bintari." Riski full merutuk pokok nya.
"Kau bisa diam tidak sih, Ki? aku tambah grogi bawa motor kalau kau marah marah terus." kesal Digo.
"Ya ini nih sudah malam, mana belum pulang nya nanti." Riski yang di bonceng menoleh kebelakang.
"Tenang lah, biar pun di sini sepi tapi tidak ada hantu nya kok." Digo menenangkan sahabat nya ini.
Riski pun menarik nafas berat karena dia memang penakut dan Digo ini juga, cuma gaya nya saja yang sok berani. mereka berdua terpaksa pergi malam mengantar kan undangan resmi dari desa mereka ke desa nya ini, upah sudah habis untuk beli jajan dan surat masih belum juga di antarkan.
Gara gara teman nya yang satu lagi sedang galau dan berusaha untuk cari jawaban atas cinta nya, jadi tadi mereka duduk lama di pos untuk rundingan akan masalah itu. ujung ny malah bablas ini sampai jam setengah sembilan, mana keadaan sini sangat gelap dan sepi sekali.
"Rumah nya yang mana lagi, ini semua rumah kok ya tidak ada lampu nya!" rutuk Riski.
"Apa sih kau ini, dari tadi merutuk terus!" kesal Digo.
"Punggung ku dingin sekali, firasat ku juga tidak enak!" kesak Riski.
"Sudah lah kau buang saja pikiran setan itu, tidak akan ada apa apa nanti." Digo sedang mencari yang mana rumah Pak Lurah.
"Itu ada orang berdiri di sana, tanya saja lah." suruh Riski.
Digo menghentikan motor nya di dekat orang yang sedang berdiri memakai jubah hitam panjang, agar sopan mereka berdua turun dari motor untuk tanya pada orang yang sedang berdiri ini. akibat kurang nya cahaya dan mereka juga tidak sopan lah kalau mau menyorot wajah orang dengan lampu motor, jadi mereka memang sama sekali tidak tau wajah orang ini.
"Permisi Mas, mau numpang nanya boleh enggak?" tanya Digo sopan.
Jreeeeeng.
"Allahu Akbar!" Riski terpekik melihat wajah orang yang rata ini.
"Ah ini memang rata atau mata ku tabun?!" Digo masih tidak percaya.
"Cepat pergi dari sini, sialan! itu darah semua di wajah nya." teriak Riski sudah naik motor duluan.
Untung Digo masih sempat naik di boncengan dan segera tancap gas meninggalkan orang yang barusan mereka temui, Digo memeluk Riski erat karena sangking takut nya melihat sosok itu ada di belakang nya.
Selamat pagi menjelang siang ya guys.