NovelToon NovelToon
Suksesnya Anak Yang Terbuang

Suksesnya Anak Yang Terbuang

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Cerai / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: widya saputri

Lihat, dia kayak hantu!"

"ia dia sangat jelek. Aku yakin sampai besar pun dia akan sejelek ini dan tidak ada yang mau mengadopsinya."

"Pasti ibunya ninggalin dia karena dia kutukan."

"Coba lihat matanya, kayak orang kesurupan!"

"iya ibunya membuangnya Karena pembawa sial." berbagai macam cacian dan olokan dari teman-temannya,yang harusnya mereka saling mengerti betapa sakitnya di buang tetapi entah mengapa mereka malah membenci Ayla.

Mereka menyembunyikan sendalnya, menyiramkan air sabun ke tempat tidurnya, menyobek bukunya, bahkan pernah mengurungnya di kamar mandi hingga tengah malam. Tapi Ayla hanya diam,menahan,menyimpan dan menelan semua dengan pahit yang lama-lama menjadi biasa.

Yang paling menyakitkan adalah bahwa tidak ada satu pun orang dewasa di panti yang benar-benar peduli. Mereka hanya melihat Ayla sebagai anak yang terlalu pasrah. Kalau ia dibully, itu pasti karena ia sendiri yang terlalu lemah.

Di sekolah, semuanya lebih buruk lagi..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widya saputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhir yang Pahit, Awal yang Baru

Pagi itu, langit kota diselimuti awan kelabu. Nina baru saja selesai rapat di kantornya seketika ponselnya berdering. Nomor tak dikenal muncul di layar. Suara di seberang terdengar berat, formal, dan dingin.

"Ibu Nina, saya dari Lapas Kelas I. Narapidana atas nama Darmawangsa kondisinya kritis. Ia meminta bertemu dengan Anda, Ayla, dan Rani." Ternyata itu dari lapas tempat Darmawangsa di tahan

Nina terdiam. Nama itu seperti hantaman ke masa lalu. Selama lima tahun, mereka tidak pernah mau bertemu pria itu lagi. Tapi suara hati kecilnya berkata, mungkin inilah akhir dari semua ini.

"Baiklah,saya akan memberitahu teman saya dulu." Jawab Nina

"Terima kasih Bu." Nina lalu mematikan ponselnya dan mengirim pesan pada kedua sahabatnya

"Ayo bertemu,ada yang perlu kita bahas soal Darmawangsa." Pesan Nina di dalam grup mereka

"Baiklah,kita bertemu dirumah saja." Jawab Ayla

Lapas tempat Darmawangsa di tahan itu satu kota dengan Ayla. Jadi mereka memutuskan bertemu dirumah Ayla.

"Oke. Sampai bertemu nanti." Jawab Rani juga.

Sore itu, Nina, Ayla, dan Rani berkumpul di ruang tamu rumah Ayla yang hangat. Wajah mereka serius.

"Ada kabar apa?" Tanya Ayla pada intinya

"Aku mendapatkan telepon dari lapas, Darmawangsa ingin kita bertemu. Sekarang dia dalam keadaan kritis." Jawab Nina

"Apa kita harus datang? Dia sudah dapat balasan atas semua yang dia lakukan. Percuma juga kita kesana. Aku malas melihat wajahnya itu." Tolak Rani

"Aku juga sebenarnya nggak mau tapi kalau dia memang mau bicara terakhir kali, ini mungkin cara kita menutup semuanya." Nina masih sedikit mempunyai rasa kasian tidak seperti Rani

"Aku mau datang. Bukan karena aku kasihan tapi karena aku mau lihat dengan mata kepala sendiri bahwa dia nggak lagi berkuasa. Aku juga mau tahu dia sebenarnya mau bicara apa sama kita." Kata Ayla dan langsung di tatap oleh kedua sahabatnya

"Baiklah kita kesana."

Akhirnya mereka sepakat. Bukan untuk memaafkan, tapi untuk menutup buku lama.

Keesokan harinya, mereka memasuki ruang perawatan di dalam lapas. Bau obat menyengat. Darmawangsa terbaring di ranjang, tubuhnya tinggal tulang berbalut kulit, selang oksigen menempel di hidungnya. Matanya cekung, tatapannya kosong sebelum akhirnya fokus pada ketiga perempuan itu.

"Akhirnya kalian datang juga. Aku kira kalian tidak akan datang. Kalian tumbuh jadi orang hebat." Kata Darmawangsa dengan suara seraknya.

"Kami jadi seperti ini karena bertahan, bukan karena bantuanmu." Balas Ayla dengan nada dingin

"Aku minta maaf atas semua kesalahanku. Aku salah dan terlalu banyak salah sama kalian. Aku takut tidak sempat minta maaf lalu aku mati.” Darmawangsa batuk dan ada darah yang keluar.

"Aku tidak berharap kalian memaafkan aku,tapi aku lega karena sudah bicara dengan kalian dan minta maaf."

"Kami sudah memaafkan kamu." Kata Ayla membuat kedua sahabatnya menatapnya

"Ayla!" Bentak Rani tidak terima karena didalam lubuk hatinya dia sama sekali tidak bisa menerima kata maaf dari Darmawangsa.

"Kamu tidak lihat dia sekarat,apa kamu tidak ada sama sekali rasa kasian." Bisik Nina

"Tapi.."

"Ayo kita pulang!" Kata Ayla meninggalkan kamar itu

Rani dan Nina mengikutinya dari belakang. Darmawangsa hanya menatap mereka dengan tatapan sendu.

Air mata tipis menggenang di matanya. Tidak ada pembelaan, hanya penyesalan yang sudah terlambat. Mereka pergi tanpa berkata banyak lagi. Saat meninggalkan ruangan, Ayla merasa seperti menutup pintu masa lalu yang sudah lama retak.

Seminggu kemudian, mereka bertiga bertemu lagi kali ini bukan untuk membicarakan Darmawangsa tapi tentang masa depan. Di meja makan Rani, Ayla mengeluarkan map berisi gambar desain bangunan.

"Aku ingin kita bangun panti asuhan baru. Tempat yang benar-benar aman, penuh kasih, dan bebas dari kengerian seperti dulu." Kata Ayla dengan penuh keyakinan.

"Kita bisa pakai dana yayasan yang aku kelola, plus sumbangan dari klien-klienku." Lanjut Nina

"Benar jadi Acara amalku bisa fokus ke sini. Kita bisa mulai kampanye minggu depan." lanjut Rani.

"Kita bikin panti asuhan yang sangat nyaman untuk anak-anak dan jika ada yang mau mengadopsinya,kita harus tahu dulu dengan jelas keluarga itu seperti apa." Lanjut Ayla

"Iya dan jangan sembarang memberikan anak-anak pada orang yang mau mengadopsinya."

Mata mereka bersinar. Rencana besar mulai terbentuk.

Bulan demi bulan, lahan yang mereka beli di pinggir kota berubah menjadi bangunan yang kokoh namun ramah anak. Dindingnya dicat warna cerah, halaman dipenuhi permainan, dan ada ruang baca besar dengan buku dari berbagai penjuru dunia.

Mereka menamai panti itu "Rumah Harapan". Tidak ada kamar gelap. Tidak ada teriakan. Hanya tawa, pelukan, dan musik. Mereka mempekerjakan pengasuh yang terlatih dan memastikan setiap anak mendapat sekolah yang layak.

"Kita mungkin nggak bisa menghapus semua luka anak-anak ini tapi kita bisa pastikan mereka punya masa depan dan sukses dikemudian hari." Kata Ayla

"Iya,mereka tidak boleh bernasib sama seperti kita." Lanjut Nina

Suatu malam, saat mereka sedang memeriksa daftar anak baru yang akan masuk, telepon Nina berdering lagi. Kali ini, berita singkat.

"Halo..Narapidana Darmawangsa meninggal dunia tadi sore. Apa ada keluarga yang akan mengambil jenazahnya?"Kata petugas lapas dari seberang telepon

"Kami tidak mengetahui nomor keluarganya." Jawab Nina

"Kalau begitu kami kubur sesuai prosedur saja Bu."

"Silahkan." Nina mematikan teleponnya

Ketiganya terdiam,tidak ada air mata,tidak ada tawa. Hanya hening, seperti angin malam yang masuk lewat jendela.

"Akhirnya semuanya selesai." Kata Rani

"Tidak, Ran. Justru sekarang kita mulai." ucap Nina

"Iya sekarang saatnya kita fokus ke masa depan,kita mulai semua dengan yang baru." Lanjut Ayla dan mereka tertawa bersama

1 Minggu kemudian hari peresmian Rumah Harapan dihadiri banyak orang,pejabat, donatur, media, dan yang terpenting, puluhan anak yang akan tinggal di sana. Ayla memegang mikrofon, suaranya bergetar tapi mantap.

"Kami bertiga pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan rumah dan hari ini, kami berjanji tidak akan membiarkan anak-anak ini merasakannya lagi." Ucap Ayla dengan suara gemetar

"Kami membangun rumah harapan ini berharap agar tidak ada lagi anak-anak yang terlantar diluar sana. Kami ingin semua anak-anak yang kehilangan orang tuanya mendapat hidup yang layak." Lanjut Ayla lagi.

Tepuk tangan membahana. Di barisan depan, beberapa anak menggenggam tangan pengasuh mereka, mata mereka berbinar.

Saat matahari terbenam, mereka bertiga berdiri di teras panti, memandangi halaman yang penuh tawa anak-anak. Masa lalu yang kelam sudah terkubur, digantikan masa depan yang penuh cahaya.

"Kita sudah menang." Kata Nina bahagia

"Bukan cuma menang kita mengubah segalanya." Kata Rani juga

"Dan kita akan terus melakukannya." Lanjut Ayla dengan senyumnya yang indah.

Angin sore membawa suara anak-anak bernyanyi.

Rumah Harapan resmi menjadi simbol bahwa dari luka terdalam pun, bunga bisa tumbuh.

Bersambung....

1
Elis yulianti
suka thor,, tp jangan sampe udh gde nya suka cowo sama🙈
Elis yulianti
thor ko km bikin aku mewek sih/Sob/
Widya Saputri
Makasih sudah mampir kakak...
Ma Em
Akhirnya Rani ,Nina dan Ayla sdh punya usaha masing2 , semoga mereka bertiga tdk terpisahkan dan selalu rukun sukses selalu trio girl .
Widya Saputri: makasih sudah mampir kakak.. jgn lupa tinggalkan jejak ya..
total 1 replies
Ma Em
Semoga semua penjaga panti sdh ditangkap semua , serta Ayla jadi anak yg sukses bersama Rani dan Nina .
Lenni Ambo dalle
alur ceritax bagus,semangat👍
Lenni Ambo dalle
lanjut autor,ceritax menarik..
Lenni Ambo dalle
semangat .../Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!