Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 09
"Sayang, maaf ya malam ini Arlo harus sama Oma Fleur."
"Iya Mommy."
Panggilan darurat dari rumah sakit. Sebenarnya sejak Arlo sakit, Gryas meminta dirinya di keluarkan dari posisi kepala UGD. Pihak rumah sakit memang menyetujui permintaan Gryas, tapi dengan satu syarat, ketika dibutuhkan Gryas harus siap sedia.
Kemampuan Gryas dalam operasi sangat luar biasa. Mungkin karena kakeknya pernah mendapat julukan dokter jenius pada masanya, sehingga kemampuan itu menurun pada Gryas.
Dengan kemampuannya itu, Gryas bisa mendiagnosa pasien dengan cepat dan mengambil tindakan dengan cepat juga. Gryas juga bisa melakukan tindakan operasi yang sulit.
"Tante, aku titip Arlo malam ini ya. Semua makanan Arlo sudah ada di kulkas dan tinggal dikukus saja."
"Iya Gry, jangan khawatir. Intinya Arlo jangan sampai lelah bukan? Tante sudah cukup paham."
"Dank u well, Tente."
Gryas langsung pergi setelah Fleur, pengasuh dari Arlo datang. Dia harus bergegas karena ada pasien darurat. Sebenarnya dia sangat ingin banyak waktu bersama dengan Arlo, tapi fakta dilapangan tidak demikian.
"Terkadang aku ingin pulang ke rumah. Aku rindu Mommy dan Daddy. Kalau di rumah mungkin aku bisa lebih intens dalam menjaga Arlo. Apa, apa mungkin, aku pulang saja ya?"
Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, tiba-tiba Gryas merasa home sick atau rindu dengan rumahnya. Dia merindukan kedua orang tuanya, dia juga merindukan kakaknya. Bahkan kemarin kakaknya menikah lagi pun dia tidak pulang karena tengah berada di negara tempat dia menjadi relawan.
Rasa rindu itu muncul seiring dirinya yang mungkin sudah merasa lelah dan putus asa terkait dengan penyakit Arlo.
Drtttzzz
Bagai mendapat sambutan, tiba-tiba ponsel Gryas berdering dan itu adalah panggilan dari sang ibu.
Baru melihat nama di layar ponsel saja sudah membuat matanya basah. Gryas tidak tahu jika nanti benar-benar menjawab panggilan tersebut dan bicara, apakah dia masih bisa menahan tangisnya seperti yang sudah-sudah.
"Maaf Mom, aku tidak bisa menjawab telpon Mommy sekarang."
Gryas memilih untuk membiarkan saja ponselnya itu berbunyi hingga akhirnya diam dengan sendirinya. Dia saat ini sedang tidak bisa menjawab panggilan itu. Hatinya tengah tidak sekuat biasanya.
Sedangkan di Indonesia, wanita yang usianya sudah lebih dari setengah abad tapi masih sehat dan bugar itu nampak murung. Panggilannya kali ini tidak dijawab oleh putri bungsunya. Padahal rasa rindu yang dia rasakan begitu sangat besar.
Ayesha, sudah beberapa tahun tak melihat sang putri. Anak keduanya itu pamit untuk menjadi relawan medis namun tak pernah pulang dan malah menetap di luar negeri. Rasanya sangat sedih karena diusianya yang sudah tua, ia ingin anak-anaknya ada di sisinya.
"Mungkin dia sedang sibuk, sayang. Jadi tidak bisa mengangkat telponnya."
"Iya kau benar, Ry. Tapi aku ingin sekali bertemu dengannya."
"Ehmm, apa kita pakai cara ayahmu dulu saja? Meminta mu pulang dengan berpura-pura sakit?"
Ayesha mengerutkan alisnya saat Ryder bicara demikian. Ia mengingat saat itu yang juga lari ke luar negeri dan diminta sang ayah untuk pulang dengan alasan sakit. Meskipun klise, tapi faktanya itu berhasil. Ayesha pulang ke tanah kelahirannya dengan alasan tersebut.
"Apa itu akan efektif?"
"Mungkin saja, tidak ada salahnya dicoba kan?"
Ayesha mengambil nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Dia sungguh bingung bagaimana meminta Gryas untuk pulang.
Ia tahu putrinya itu memiliki sifat yang keras seperti dirinya. Itu seolah mengingatkannya ketika dirinya masih muda dulu, jika sudah memiliki keyakinan dan tekad maka akan sulit untuk digoyahkan.
"Ry, kenapa kamu tidak mencoba mencari tahu tentang Gryas?"
"Aku ingin sebenarnya. Dan sudah kulakukan. Gryas, dia ada di Belanda dan bekerja seperti yang dia katakan. Tapi~"
Kalimat Ryder yang menggantung membuat Ayesha mengerutkan keningnya. Dia paham betul bagaimana suaminya. Sudah hidup bersama selama lebih dari 30 tahun membuat Ayesha mengerti dan paham setiap ekspresi dari wajah sang suami.
Saat ini, Ryder tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Dan sesungguhnya Ayesha tidak suka itu. Namun yang jelas, Ayesha tahu pasti Ryder memiliki maksud tersendiri.
"Ada seroang anak kecil bersamanya. Usianya masih sangat kecil, 3 tahunan kayaknya."
Apa?
Ayesha menutup mulutnya sendiri karena saking terkejutnya. Tanpa harus dijelaskan secara rinci pun Ayesha langsung mengerti.
"Kanapa kamu tidak bilang kepadaku, Ry?"
"Karena aku belum yakin. Beberapa waktu ini aku menyelidikinya, dan aku ingin memastikan lebih dulu apakah dugaan ku benar atau tidak."
"Ry, kita harus kesana. Kita harus menemui Gryas. Dia pasti kesulitan."
Ayesha nampak panik, dia juga menggebu-gebu untuk bisa segera menemui Gryas tapi Ryder menggelengkan kepalanya.
"Tidak, jangan lakukan itu. Dia diam, berarti dia tidak ingin kita tahu. Entah tidak ingin membuat kita khawatir atau takut. Intinya dia sekarang ini sedang mencoba menyelesaikannya sendiri. Kita tunggu saja oke. Kita tunggu sampai Gryas bicara sendiri kepada kita. Kita biarkan anak-anak menyelesaikan masalah mereka. Gryas sudah dewasa, usinya sudah 35 tahun, dia pasti sudah bisa menimbang dan memutuskan akan suatu hal. Jadi, mari kita tunggu."
Ayesha pasrah, apa yang dikatakan oleh suaminya itu benar sekali dan bahkan sangat benar. Gryas bukan lagi gadis kecilnya yang dulu dia gendong kemana-mana. Gryas bukan lagi gadis kecilnya yang menangis karena diusili oleh kakaknya. Gryas sekarang adalah wanita dewasa yang sudah bisa berpikir dan memutuskan segala hal tentang hidupnya.
Meskipun demikian, Bagi Ayesha, putrinya itu tetaplah anak kecil yang ingin selalu dia manja.
Pun dengan Ryder. Meskipun nampak tenang, tapi sebenarnya Ryder sangat marah. Dia bahkan sudah dari kemarin-kemarin marahnya ketika mendengar infomasi tentang Gryas dan anak kecil yang ada di rumahnya.
"Siapa pria bajingan yang membuat anak ku menderita seperti itu. Jika aku tahu, maka aku tidak akan pernah bisa mengampuninya. Berani-beraninya dia membuat anakku kesulitan."
Itu lah kemarahan dan emosi yang menyelubungi hati dan pikiran Ryder. Akan tetapi, di depan istrinya dia tetap bersikap tenang dan santai. Semua itu karena dia tidak mau membuat istrinya ikut marah dan akhirnya khawatir.
"Sekarang kita istirahat ya. Aku akan meminta informan ku itu untuk mengambil gambar mereka."
"Ya baiklah aku penasaran sekali. Terus, untuk rencana meminta Gryas pulang bagaimana?"
"Hahaha, nanti kita pikirkan lagi oke."
Ryder tahu kalau Ayesha sudah sangat tidak sabar, tapi saat ini mereka memang harus bersabar. Mereka harus menunggu Gryas sendiri yang bicara. Tapi jika ternyata Gryas tetap bungkam, mau tidak mau Ryder akan maju.
"Haaah, kenapa seolah kisah ini berulang ya? Semoga apa yang terjadi pada Gryas bukan seperti apa yang terjadi padaku dan Ayesha dimasa lalu yang membuahkan Gael. Huh, sungguh ada-ada saja. Umurku sudah kepala 7 tapi kejadian itu seolah baru kemarin terjadi. Gry, Daddy mohon jangan seperti yang Daddy pikirkan."
TBC
eh kok ada Brisia disini, Brisia apa Gryas kak? hehe
Arlo masih cadek jadi makin gemesin