Membawa Benih Profesor Gila
"Ohooo, aku tidak mau ya direpotkan oleh suara tangis bocah. Maka dari itu aku yang modern ini menganut sistem Child Free. Aku akan menghabiskan hidup ku di laboratorium."
Aiden De Vrias, pria berusia 35 tahun itu adalah seorang profesor. Dia dijuluki profesor gila karena bisa menghabiskan waktunya di lab selama berminggu-minggu tanpa keluar barang sebentar pun.
Apalagi sekarang ini, dia tengah menjadi kelompok bantuan relawan medis di negara yang sedang terkena wabah. Aiden bersama rekannya tengah mengembangkan obat untuk para warga.
Bukan hanya itu, dia pun menghabiskan harinya untuk membuat penguat imun tubuh bagi anak-anak.
"Terserah kamu saja lah. Sekarang beri aku obatnya. Aku harus segera kembali ke sana."
"Gry, apa harus secepat ini. Kita kan sudah sebulan tidak bertemu."
"Laah kamu sendiri kan yang terlalu sibuk bercumbu dengan formula-formula mu itu. Ya sudah aku merasa tidak perlu untuk bertemu dengan mu. Lagi pula aku juga sibuk merawat warga. Sebaiknya kau buat juga obat untuk ku agar selalu terjaga."
Aiden mengerucutkan bibirnya. Wanita yang tengah dekat dengannya ini memang gampang-gampang susah.
Namanya adalah Gryas Ayery Brahman Brown, usianya 31 tahun. Dia seorang dokter yang juga menjadi relawan seperti dirinya. Hanya saja bidang mereka sedikit berbeda.
Jika Aiden membuat obat untuk pasien, maka Gryas lah yang merawat pasien. Aiden menyukai Gryas setelah beberapa kali mereka berinteraksi. Sikap Gry yang tegas dan cekatan dalam merawat pasien membuat Aiden merasa tersentuh.
Dari situ mulailah timbul perasaan suka. Namun mereka tak punya waktu banyak bersama. Gryas yang sibuk merawat warga dan Aiden yang gila dalam bekerja membuat obat, membuat mereka sulit bertemu.
Mereka akan bertemu saat Aiden mengambil sampel untuk diteliti atau ketika Gryas waktunya mengambil obat.
"Aku kembali dulu."
"Ya, baiklah."
Aiden tampak lesu. Tapi ketika kembali masuk ke dalam Laboratorium, dia pun kembali bersemangat.
"Heh, Profesor Gila, kamu ini ya benar-benar tidak peka. Kekasihmu itu tuh butuh di sayang begitu lho. Jangan diabaikan begitu. Dan tadi, kenapa coba kamu membicarakan tentang chil free child free."
Salah seorang rekan Aiden langsung memberi ceramah singkat kepada Aiden. Tapi bagi Aiden itu hanya perkataan yang masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Dia tak acuh dan kembali fokus pada pekerjaannya.
"Dasar gila!" umpat rekan kerja Aiden.
Fyuuuh
Aiden membuang nafasnya kasar. Child free, dia sebenarnya tidak sungguh menginginkan itu. Ada sebab mengapa dia seperti itu. Tapi semuanya hanya dirinya yang tahu.
Beberapa minggu berlalu, dan ya profesor gila itu benar-benar tak keluar dari lab nya selain untuk makan dan pastinya ke kamar mandi. Jika ada yang tanya berapa jam dia akan tidur dalam satu hari, jawabannya pun dia sendiri tidak tahu.
Di dalam lab, Aiden sama sekali tak melihat ke arah jam karena dia sibuk.
"Berhasil. Ini, apa sekiranya menggunakan ini bisa?"
Aiden tengah mengangkat sebuah tabung kaca ke udara. Dia melihatnya dengan seksama,memutar dan menggoyangkannya.
"Aku sudah melakukan percobaan pada tikus, dan benar-benar berefek. Tapi pada manusia kan belum."
Obat biasa tidak berpengaruh padanya yang memiliki hipogonadisme, jadi di sela-sela dirinya mengembangkan obat untuk wabah ini, Aiden mengembangkan obat untuk dirinya sendiri.
Obat perangsang yang kuat, seperti itulah yang tengah dia usahakan.
Hipogonadisme adalah gangguan hormon pada wanita dan pria, yang disebut juga kegagalan gonad pada testis pria dan ovarium pada wanita sehingga tidak berfungsi dengan baik.
Hal ini merupakan terhambatnya hormon testoteron pada pria dan hormon esterogen pada wanita. Sehingga membuat mereka mungkin memiliki kesulitan seksualitas. Dan ini lah yang dialami Aiden.
Maka dari itu dia mengatakan dirinya menganut sistem Child free karena merasa yakin dirinya tak bisa memiliki anak dengan hormon testoteron yang tidak banyak.
Dan sekarang Aiden tengah mengembangkan afrodisiak yang terkenal sebagai zat untuk merangsang hasrat seksual. Dia sebenarnya selama ini sudah melakukan terapi hormon, namun seolah tidak puas dengan itu, Aiden pun ingin mencoba menggunakan afrodisiak untuk mencari tahu tentang kemampuan seksualnya.
"Haruskah aku coba sekarang? Tapi nanti kalau benar berhasil aku harus melakukannya dengan siapa?"
"Aideeeen!"
Tok tok tok
Seketika senyum Aiden mengembang ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintu laboratoriumnya. Dia dengan cepat dan tentunya tanpa pikir panjang langsung menenggak formula yang baru saja dia selesaikan proses pembuatan dan pengujiannya.
"Hei sayang, lama tidak melihat mu. Aku sungguh rindu."
Aiden keluar dari Lab dan langsung memeluk Gryas. Sebenarnya Gryas pun juga memiliki rasa rindu yang sama kepada pria ini. Namun dia kadang merasa sebal saat Aiden membahas tentang child free.
"Aku juga merindukan mu,"sahut Gryas. Dia mengusap lembut punggung Aiden saat ini. Dan ternyata itu memacu hasrat Aiden. Tak lama kemudian, Aiden meraup bibir Gryas. Bukan kali pertama mereka berciuman sebenarnya, tapi Gryas bisa merasakan bahwa kali ini ini Aiden sedikit terburu-buru.
"Aaahhh Aiden ... ."
Desahann lembut meluncur dari bibi Gryas ketika Aiden menelusupkan tangannya ke dalam baju. Pria itu juga mulai membelai, menggenggam dan meremass milik Gryas yang ada di sana.
"Ughh sayang, lihatlah dia sudah begini."
"Jangan di sini oke."
Aiden tersenyum, dia lalu mengangkat tubuh Gryas dan membawanya ke kamarnya. Kamar yang hanya terdiri dari satu ranjang kecil berukuran 90x200 cm itu sebenarnya tidak cukup untuk mereka berdua. Tapi tentu saja Aiden tidak mempermasalahkan hal itu.
Secara perlahan, Aiden meletakkan Gryas di atas ranjang. Namun dia sedikit terburu-buru ketika membuka seluruh pakaiannya.
"Sayang, kamu tidak akan hamil, jadi kamu tidak perlu khawatir. Sekarang ku mohon bantu aku. Tadi aku meminum afrodisiak yang ku kembangkan."
"Kamu gila ya, mengapa mengembangkan obat semacam itu di sini?"
"Iya iya aku salah. Jadi please bantu aku ya."
Sedari tadi Gryas meras aneh dengan sikap Aiden ini. Ternyata semua itu karena afrodisiak. Dan bagi Gryas tidak masalah berhubungan dengan Aiden sekarang ini, mereka saling mencintai. Terlebih Aiden berkata dengan yakin bahwa apa yang akan mereka lakukan ini tidak akan membuahkan hasil.
Gryas percaya itu karena dia tahu sekali bahwa Aiden tidak menginginkan anak sama sekali. Dia sendiri sebenarnya bukannya tidak ingin memiliki anak nantinya. Hanya saja saat ini mereka tengah berada di tengah wabah. Tentu akan sangat riskan jika benar terjadi kehamilan.
"Kau yakin aku tidak akan hamil?"
"Iya, aku kan tidak mau punya anak."
"Hmmm baiklah."
Dan saat ini akhirnya terjadi. Aiden dan Gryas saling memeluk dan bertukar peluh. Aiden tampak puas ketika dirinya bisa merasakan hubungan seksual untuk yang pertama kalinya.
Ya dia tidak menyangka bahwa dirinya mampu melakukan itu meskipun menggunakan bantuan afrodisiak.
"Ughhh, Gry setelah selesai dari sini ayo kita menikah."
"Aaaaa Aiden."
Keduanya sampai pada puncaknya. Ini adalah sama-sama pengalam pertama bagi mereka.
Dalam kepala Aiden, dia akan terus berusaha untuk mengobati dirinya agar bisa menyenangkan Gryas nantinya setelah menikah.
"Aku akan melakukan yang terbaik Gry. Jadi maukah kamu menikah dengan ku?"
"Ya mari kita menikah setelah semuanya selesai."
"Terimakasih sayang, aku sungguh mencintai mu."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ninik
greyas anaknya ayesa bukan ya Thor
2025-06-18
0
sunshine wings
Permulaan cerita yg bagus author.. 👍👍👍👍👍
Keep it up.. Semangat.. 💪💪💪💪💪
2025-06-17
1
Miu Nih.
oo... bukan karna keyakinan yaa kyk ucapan2 gen Z jaman sekarang yg gk suka pingin punya anak 😆 ,, ternyata krna faktor biologi,, semoga sembuh ya Aiden...
2025-06-17
0