Tasya baru pulang membeli sayur. Belum sempat masuk kerumah masih berada dihalaman, ibu mertuanya langsung meraih uang kembalian yang Tasya pegang.
"apaan sih buk, itu nanti sisanya buat beli apa yang kurang didapur. main ambil aja, dasar mertua serakah".
"halah, kasih aja lah kamu ini harusnya bisa membelanjakan sesuai kebutuhan. kalau sisa ya kasih keaku atau gak keibu.
seakan tak memperdulikan Tasya, bu Wiji pun berlalu pergi.
itulah tabiat mertua Tasya yang serakah, serta suaminya yang sangat perhitungan. namun kesabaran Tasya pun ada batasnya, hingga suatu saat Tasya pun meluapkan emosinya yang selama ini dia pendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiya Mariiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 24
Tasya dan Mila telah sampai di sebuah ruko berlantai 2. Terlihat cukup bagus dan kelihatan nyaman untuk ditempati.
"wow, beneran ini ruko yang mau kamu sewa? Cukup besar sih. Tapi kamu mau tempati sendiri? Atas ada berapa ruangan?" tanya wanita berkulit sawo matang siapa lagi kalau bukan Mila.
"mana aku tahu Mil... Aku cuma lihat tulisannya disewakan. Belum sempat lihat dalamnya. Tapi kok gak ada orang ya. Padahal kan aku janjian pukul 10 pagi ini. Tapi ini sudah jam 10.15 gak datang juga", ucap Tasya sambil melihat jam diponselnya.
"iya, dia gak tau apa disini panas. Tau sih aku kulitku sawo matang, tapi jangan dijemur juga. Bisa bisa jadi sawo busuk ini" gerutu Mila.
"hahaha, kamu ini Mil. Eh, itu bukan sih orangnya?" Tanya Tasya sambil menunjuk kearah laki laki tinggi berkulit putih memakai motor matic putih.
"kayaknya iya deh Sya, buset ganteng banget Sya. Tapi kok bawa motor matic biasa. Apa dia anak buah yang punya ruko ya?"
"gak tau juga Mil, denger denger yang punya ruko ini juragan yang kaya. Terus punya banyak karyawan juga. Katanya sih dia punya pabrik pembuatan kerupuk kulit, terus punya restoran dessert ada 3 cabang gitu. Ya... Kata orang orang sekitar pas aku tanya tanya", jelas Tasya.
Mila yang mendengar penjelasan Tasya hanya manggut manggut sambil memperhatikan ka arah lelaki tersebut.
Tiba tiba ponsel Tasya berdering, tertulis nama ruko sewa. Karena memang itu adalah nomor yang dicantumkan di iklan penyewaan ruko tersebut.
"halo, iya pak saya mau nyebrang ini. Kebetulan saya lihat bapak. Iya terima kasih", ucap Tasya sambil mengisyaratkan kedua matanya untuk segera menghampiri lelaki tersebut.
Lelaki diseberang menatap kearah Tasya penuh kagum. Berkali kali dia bergantian melihat ponsel lalu kembali melihat Tasya. Dia menyamakan wajah asli Tasya dengan di foto apakah sama atau berbeda.
Namun setelah dibandingkan berkali kali tetap sama. Karena yang dia tahu seriap dia bertemu dengan seseorang foto dengan aslinya jauh berbeda. Karena foto di ponsel menggunakan efek.
"cantik", gumamnya.
"hei... Jangan ngelamun nanti kesambet", ucap Mila sambil mengibaskan pelan tangannya didepan wajah lelaki itu.
"i.. Iya, maaf. eee... Itu mbak yang mau sewa ruko ini?" tanya lelaki itu.
"iya pak", jawab Tasya singkat.
"oh iya kenalin nama saya Keenan. Gak usah pakai pak, belum juga bapak bapak. Panggil mas aja lebih enek , atau nama juga gak apa apa", ucap Keenan basa basi namun gugup.
"iya, siap. Saya boleh langsung survei tampat ini pak. Maksud saya, Keenan", ucap Tasya.
Mereka bertiga pun melihat keadaan lantai bawah. Tasya melihat dengan detil mungkin ada kerusakan atau kekurangan yang lain jadi dia bisa langsung membicarakan pada pemiliknya langsung.
Kini mereka naik ke lantai atas terdapat tiga kamar tidur dua kamar mandi dan dapur. Terdapat balkon bagian depan menghadap langsung dengan jalan raya, dan balkon bagian belakang yang biasa digunakan menjemur pakaian.
"saya suka sama tempat ini pak Keenan", ucap Tasya tanpa ragu.
"pak?" seru Keenan.
"aduh, maksud saya Keenan. Maaf saya jadi sering lupa, gak terbiasa manggil nama. Kita kan baru kenal", ucap Tasya sedikit terbata.
"gak papa, nanti juga terbiasa. Dan bisa lebih dalam saling kenal", celetuk pria bertubuh tinggi siapa kalau bukan Keenan.
"maksudnya?" Tanya Tasya tak mengerti.
"bukan apa apa kok, gimana apa kamu setuju menyewa ruko saya? Dulu ini sempat disewa oleh seseorang, kurang lebih 5 tahunan. Sampai beliau menikah pindah keluar negeri. Jadi ruko ini gak diterusin. Saya kalau penyewanya bagus merawat ruko dengan baik, saya mau diterusin sampai sepuluh tahun pun gak papa", cerita Keenan.
"saya rencananya mau coba langsung dua tahun gimana?" tanya Tasya meyakinkan.
"oke, saya malah senang kalau ada penyewa yang langsung to the point kayak kamu", jawab Keenan.
"tapi maaf berarti ini ruko anda sendiri?" tanya Tasya.
"iya, punya saya sendiri. Kenapa?"
"bukan, yang saya dengar pemilik ruko ini kan punya restoran sendiri. Berarti anda punya restoran sendiri dong?" tanya Tasya lagi.
"iya, tapi ada dipusat kota ini, dan dua cabang lainnya ada di kota lain",
"kenapa anda gak coba buka disini pakai ruko sendiri lumayan kan..." ucap Tasya memberi saran.
"hm.. Restoran saya itu premium standart bintang lima. Kalau saya buka disini yang ada satu bulan gulung tikar. Mana ada yang mau beli dessert harga diatas rata rata kalau bukan di kota besar. Maka dari itu saya sewakan ruko ini, kan saya juga untung", jawab Keenan.
Tasya yang mendengar penjelasan Keenan kini paham laki laki yang ada dihadapannya ini adalah seorang pebisnis yang ulet.
"salut deh sama kamu, masih muda tapi jiwa bisnisnya luar biasa", puji Tasya.
"sama kali kayak kamu, yang gak bisa diam. Jangan jangan kalian jodoh", celetuk Mila. Seketika Tasya menyenggol lengan sahabatnya itu.
"ya sudah kalau gitu saya langsung transfer sekarang ya, boleh minta nomor rekeningnya", pinta Tasya.
"tanpa nawar?" tanya Keenan heran.
"kayaknya gak perlu deh, soalnya aku juga suka kok tempat ini" jawab Tasya meyakinkan.
Keduanya saling bercanda ria entah apa yang mereka bahas. Karena Mila masih ingin melihat sekitaran ruko barang kali bisa dibuatnya untuk berkebun. Karena memang sahabat Tasya satu satunya ini sangat suka berkebun.
Tanpa mereka sadari ternyata Adi melihat keakraban keduanya dari kejauhan. Wajah Adi merah padam. Dia sepertinya marah melihat keduanya saling akrab.
"siapa laki laki yang bersama Tasya itu? Cuma berdua lagi. Mereka seperti sudah sangat akrab", gumam Adi.
Tiba tiba bunyi klakson yang panjang dari arah belakang. Sebuah kendaraan besar berada dibelakang mobil Adi. Dia lupa kalau saat ini dia tak menepi dan asal berhenti saja.
"ah si*l!! Jangan sampai Tasya melihatku. Nanti dia kira aku memata matainya lagi. Truk si*lan!" umpat Adi kepada truk dibelakangnya. Yang padahal diposisi ini Adi lah yang salah.
"siapa sih, parkir sembarangan", gerutu Keenan.
Tasya masih melihat kearah mobil tersebut. Dia sangat hafal dengan mobil itu. dia tau betul itu mobil siapa.
'mas Adi.. Ngapain dia disini? Apa dia ngikutin aku? Tapi buat apa? Biarlah bukan urusanku. Yang penting dia tak menggangguku' batin Tasya.
Adi memutuskan untuk kembali ke rumah. Dia melihat istrinya yang sudah berdandan rapi seperti ingin bertemu seseorang.
"mau kemana dandan kayak gitu?" tanya Adi.
"aku ada arisan hari ini sayang, biasa lah geng ceriwis. Kamu mau ikut?" tanya Salsa.
"gak ah, aku capek. Kamu pakai aja mobilku, ini kuncinya", jawab Adi sambil menyodorkan kunci mobilnya.
"aku kira mau, padahal mau kenalin ke teman teman kuliahku sayang", ucap Salsa meyakinkan. Padahal dia takut seandainya suaminya benar benar ikut dengannya yang akan pergi ke hotel.
"gak usah malas aku Sal, palingan cewek juga kayak gitu. Habis arisan, belanja dulu. Mendingan aku tidur. Oh iya, pulangnya jangan malam malam", pesan Adi.
"iya sayang, palingan sore udah pulang", ucap Salsa lalu mencium bibir suaminya tanpa malu. Padahal ada beberapa ibu ibu yang lewat depan rumahnya.
"pelakor aja bangga", sindir salah satu ibu ibu yang melihat sepasang suami istri itu.
"gak usah ditanggapin, nanti yang ada berantem lagi"
"iya sayang", ucap Salsa.
Adi pun masuk dan merebahkan tubuhnya diatas sofa. Bu Wiji yang melihat putranya hari ini merasa heran, karena tak pernah dia terlihat secapek ini.
"kayak ada masalah aja Di", celetuk bu Wiji.
"tasya itu sebenarnya orang kaya bu. Bod*h banget aku bisa melepasnya. Harusnya aku baik baik sama dia, biar bisa menikmati hartanya juga. Kan aku gak perlu kerja lembur kalau dapat hartanya Tasya", jawab Adi sambil memijit kepalanya.
"yang benar kamu? Kan kita tahu sendiri kalau dia cuma anak dari petani miskin, yang rumahnya aja reot mau ambruk gitu", ucap bu Wiji yang masih tak percaya.
"itu rumah budenya, yang rumah aslinya sebelahnya itu yang dua lantai cat putih", sahut Adi.
"uhuk uhuk..."
...****************...