Milana, si gadis berparas cantik dengan bibir plum itu mampu membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama pada saat masa kuliah. Namun, tak cukup berani menyatakan perasaannya karena sebuah alasan. Hanya diam-diam perhatian dan peduli. Hingga suatu hari tersebar kabar bahwa Milana resmi menjadi kekasih dari teman dekat Rayn. Erik.
Setelah hampir dua tahun Rayn tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar Milana, tiba-tiba gadis itu muncul. Melamar pekerjaan di restoran miliknya.
Masa lalu yang datang mengetuk kembali, membuat Rayn yang selama ini yakin sudah melupakan sang gadis, kini mulai bimbang. Sisi egois dalam dirinya muncul. Ia masih peduli. Namun, situasi menjadi rumit saat Erik mencoba meraih hati Milana lagi.
Di antara rasa lama yang kembali tumbuh dan pertemanan yang mulai diuji. Bagaimana Rayn akan bersikap? Apakah ia akan mengikuti sisi dirinya yang egois? Atau harus kembali menyerah seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meridian Barat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9 (Kesempatan Baru di Restoran)
.......
.......
.......
"Milan!" seru Adit, pria yang menjadi salah satu koki di restoran Rayn, ketika melihat Milana menuangkan larutan maizena ke dalam kari ayam.
Adit jadi sering bersuara tinggi sejak Milana bergabung menjadi bagian di dapur restoran tiga hari yang lalu. Gadis bertubuh proposional itu selalu saja membuat kesalahan setiap kali diminta membantu menyiapkan pesanan customer.
Kemarin, Milana salah memasukkan kecap asin dalam masakan, ketika Adit memintanya menambahkan kecap manis pada semur daging. Saat itu, Adit pergi ke ruang freezer untuk mengambil daging sapi. Jadi dia meminta Milana melanjutkan memasak dan gadis itu dengan santainya berujar, "Tenang aja, Mas Adit. Aku bisa, kok. Tinggal masukin kecap doang."
Hari ini Milana melakukan kesalahan lagi. Dia salah memasukkan bahan masakan. Seharusnya, Milana menambahkan santan untuk kari ayam, tetapi malah menuangkan larutan maizena yang akan dipakai Adit untuk memasak capcay.
"Maaf, Mas Adit ... aku nggak sengaja. Soalnya, kupikir itu santan, karena sama-sama putih dan mangkoknya sama. Mereka mirip," ujar Milana.
Adit menghela napas kasar. "Lihat! Kari ayamnya jadi kental, Milan! Astagaaa, aku harus mulai dari awal lagi. Kau membuatku harus bekerja dua kali!" sungut Adit, lalu membawa panci berisi kari ayam yang tercampur larutan maizena itu ke dekat wastafel.
"Asal kau tau ya, Milan! Baru kali ini Mas Rayn salah memilih asisten koki!" dumel Adit, kemudian mengambil daging ayam lain dari freezer.
Milana menunduk. "Maaf, Mas ... kupikir itu santan."
"Selalu saja alasan begitu! Bukannya membuat pekerjaanku jadi ringan, kau malah merepotkan!" ketus Adit.
Milana mengerucutkan bibir, melirik pria bertubuh tinggi itu dengan malas.
'Aku juga tidak suka di sini, cuma terpaksa saja," batinnya.
"Heh! Kamu ngapain manyun-manyun di situ? Ini ayamnya bersihkan!" seru Adit seraya menunjuk daging ayam yang baru diambilnya.
Milana segera menghampiri Adit dan membawa daging ayam beku itu ke arah wastafel dan mencucinya.
"Dasar koki cerewet. Memang siapa dia? Seenaknya membentak-bentakku," gerutunya pelan setelah Adit berlalu.
"Milan." Suara Firsha menyapa gendang telinga Milana ketika dia baru saja selesai mencuci bersih daging ayam.
Milana menoleh. Tampak Firsha berdiri di sampingnya dengan tatapan tajam. "Apa? Kak Firsha mau ngomelin aku juga kayak si koki cerewet itu!" sungutnya.
"Heh!" Firsha menepuk pelan mulut Milana yang langsung ditanggapi dengan pelototan tajam dari sang empunya. "Kamu yang cerewet! Dibilangin bukannya nurut, malah ngejawab terus. Kalau Mas Rayn tau kerjaan kamu berantakan, bisa gawat. Mau dipecat?"
Milana terkekeh kecil dengan raut wajah santai seraya berucap, "Ya nggak mungkinlah. 'Kan perjanjian masa training-nya dua mi-" ucapan Milana terhenti ketika suara dari belakang mereka menyahut dengan cepat.
"Siapa bilang tidak mungkin!"
Milana dan Firsha sama-sama menoleh cepat ke arah pintu dapur. Ternyata, itu suara Rayn.
Rayn menatap Milana, pun gadis itu juga menatapnya. "Saya bisa memecat kamu kapan saja, asal kamu tahu!" katanya dengan tegas.
Firsha mendekat ke arah Milana dan berbisik tepat di telinga gadis yang masih memegang daging ayam itu dengan nada meledek, "Firasatku mengatakan, bahwa kau dalam masalah, Milan. Ingat ya, bersikaplah manis, agar kau tidak dipecat." Sebelum berlalu meninggalkan dapur.
Milana menatap sebal ke arah Firsha yang sudah hampir sepenuhnya menghilang di balik pintu keluar dapur.
"Saya dengar dari beberapa karyawan, katanya kamu menyebabkan beberapa masalah. Apa itu benar, Milan?" Suara Rayn kembali terdengar, membuat Milana menatapnya kembali. Gadis itu meletakkan daging ayam yang dipegangnya. Bermaksud menghampiri Rayn, tetapi pemuda itu lebih dulu berjalan mendekat ke arahnya.
Milana mengikuti saran konyol Firsha. Ia menyunggingkan senyum semanis mungkin, membuat Rayn mengangkat sebelah alis melihatnya.
"Mas Rayn, ngapain di sini?" tanyanya dengan ramah.
"Kamu belum menjawab pertanyaan saya." Bukannya menanggapi pertanyaan ramah yang dilontarkan Milana, Rayn malah berkata ketus.
Milana mengatupkan bibir. Menggerakkan bola mata ke kiri dan kanan. Berpikir.
"Bukan masalah besar kok, Mas. Cuma ada kesalahan sedikit," ujar Milana. Gadis itu mengangkat tangan, mempertemukan ujung jari telunjuk dan ujung ibu jarinya. "Sedikit," katanya lagi. Meyakinkan seraya menyengir kecil.
Rayn berdecak. "Sedikit atau banyak, tetap saja itu masalah. Apa kamu lupa? Tiga hari yang lalu kamu berjanji akan berusaha bekerja dengan baik. Lantas kenapa sekarang malah menimbulkan masalah?" ketus Rayn.
Rayn melirik kari ayam yang mengental, karena Milana salah memasukkan bahan tadi, di dekat wastafel. "Itu," Rayn menunjuk kari ayam tersebut, "yang kamu bilang ... sedikit masalah?" Matanya berganti menatap gadis di depannya itu.
Milana ikut melirik ke arah kari ayam itu. "Iya ... ma-"
Belum selesai bicara, Rayn segera menyahut, "Kalau begini saya bisa rugi, Milan. Tidak ada orang yang mau makan kari ayam kental seperti itu!"
'Ya Tuhan, apa dia benar-benar marah, sekarang? Oke, ini saatnya mengeluarkan jurus,' batin Milana. Dia menunduk seraya berujar, "Maaf, Mas. Saya kayaknya emang gak bisa jadi asisten koki. Sa ...."
"Kalau tahu tidak bisa, kenapa memohon-mohon agar diterima!" Suara Rayn yang sedikit meninggi membuat Milana menghentikan ucapan.
Milana mengernyit. 'Astaga, ini tidak berhasil.' Menatap sebal pria yang mengenakan kemeja abu-abu tua berlengan panjang di depannya itu.
Baru saja Milana membuka mulut hendak menjawab, Rayn kembali bersuara dengan cepat, "Apa? Kamu mau alasan apa? Alasan butuh pekerjaan? Berarti itu resiko kamu. Seharusnya, kalau memang benar-benar butuh, kamu berusaha lebih baik."
Milana cemberut. 'Menyebalkan sekali pria ini!' gerutunya dalam hati, kemudian mendengkus sebelum berujar, "Biasa aja dong, Mas. Gak usah ngegas gitu ngomongnya." Milana melirik malas pada Rayn. Kemudian membawa pandangannya ke sisi lain.
"Sekarang kamu maunya gimana? Saya yang pecat atau kamu yang resign?"
Milana menoleh cepat ke arah Rayn dengan mata sedikit membulat seraya memprotes, "Kok, main pecat-pecat sih! 'Kan perjanjian training-nya dua minggu."
"Tidak perlu dua ming-" ucapan pria itu terhenti saat Milana berkata dengan cepat seraya menangkupkan dua telapak tangan ke depan. Memohon.
"Please, Mas ... jangan pecat saya. Saya ... oh, bagaimana kalau saya pindah ke bagian lain saja, Mas? Misalnya waitress mungkin?" Milana memasang senyum lebar. Membuat mata serupa bulan sabitnya terlihat jelas.
Rayn mengangkat sebelah alis menatap gadis yang masih tersenyum di hadapannya itu. Sedangkan Milana mengangguk-angguk menanggapi tatapannya, masih dengan senyuman lebar di wajah gadis itu. Pria berhidung mancung itu tak segera menyahuti usul Milana.
"Bisa 'kan, Mas, saya pindah ke bagian waitress saja? Kalau saya jadi waitress, saya janji akan bekerja lebih baik lagi!" kata Milana dengan semangat.
"Yakin? Tidak akan menimbulkan masalah?" tanya Rayn dengan tatapan menilai. Tidak yakin sama sekali dengan ucapan gadis itu.
"Yakin," sahut Milana dengan percaya diri.
Rayn terdiam agak lama. Berpikir. Sebelum akhirnya berujar, "Baiklah, mulai besok kamu saya pindahkan ke bagian waitress, tapi ... ada tapinya, nih. Ingat ini baik-baik! Kalau kamu membuat masalah, saya akan memecat kamu! Jadi, bersikaplah yang baik dan sopan pada customer! "
Bibir Milana terbuka hendak bicara. Namun, Rayn lebih dulu bersuara. "Jangan membuat masalah!" Setelah bicara seperti itu, Rayn melangkah keluar dapur tanpa menunggu jawaban yang akan dilontarkan Milana.
"Terima kasih, Mas!" seru Milana.
Rayn hanya mengangkat sebelah tangannya membentuk tanda "oke" tanpa menoleh dan terus melangkah hingga menghilang di balik pintu dapur.
Milana tersenyum lebar. "Selamat tinggal dapur yang serba merepotkan," katanya seraya melepas apron pinggang berwarna coklat tua yang terikat di pinggulnya. Gadis itu baru saja akan ber-euforia ketika suara Rayn kembali terdengar, "Bukan hari ini! Besok!"
Milana menoleh ke arah pintu dapur.Rayn masih berdiri di sana dengan tangannya memegang gagang pintu. Milana menyengir. "Iya, Mas," sahutnya.
Kemudian memasang kembali apron yang ia lepas tadi dengan malas. "Tidak jadi selamat tinggal, dapur," gerutunya.
Rayn geleng-geleng kecil dan tersenyum tipis mendengar itu, lalu menutup pintu dapur dan beranjak dari sana.
.
.
.
Bersambung....
Semoga suka ya best, semoga kalian berkenan memberikan kritik dan saran.
Milana. ,gadis SPG seperti diriku/Hey/