Tuan Daniel, Saya Sudah Move On

"Kak...."

"Kania!" Alex melambaikan tangannya dengan gembira kemudian memeluk Kania dengan erat. Sudah lama sekali Mereka tidak bertemu. Dan kali ini Mereka bertemu karena Kania akan kembali ke dunianya, dunia yang membesar nama Guardian Group. Perusahaan yang didirikan oleh Mereka berdua.

"Kamu baru sampai?"

"Ya, Aku baru saja sampai. Ayo, Aku punya kejutan untukmu"

"Kejutan? Kejutan apa?"

Tanya Kania penasaran. Namun Alex hanya menanggapinya dengan tersenyum lebar. Kania jadi semakin penasaran.

"Kak?!!"

"Ikut saja dulu, nanti Kamu juga tahu"

Kania pun mengerucutkan bibirnya, kemudian ia masuk masuk ke dalam mobil, tapi buka di kursi penumpang, Melainkan di kursi pengemudi.

"Mana kuncinya?"

Ucap wanita itu seraya mengulurkan tangannya.

Alex pun melemparkan kuncinya. Dan kemudian duduk di sampingnya Kania.

"Kamu masih belum berubah"

"Tidak kak, 7 tahun ini aku berubah. Tapi di depanmu Aku akan selalu menjadi orang yang sama, adik kelasmu yang menyebalkan"

Kania tersenyum, Alex pun tersenyum.

Mobil pun melaju kencang meninggalkan gedung Salim Group.

Tentu saja kabar tentang Kania di jemput oleh seorang Pria tampan dengan mobil Bugatti La Voiture Noire yang merupakan mobil Bugatti termahal saat ini, tentu langsung menjadikan buah bibir panas dikalangan karyawan.

Sebagian dari mereka yang sudah tahu bahwa Kania mengundurkan diri dari perusahaan setelah 5 tahun lebih bekerja disini, sekarang tidak lagi bertanya-tanya.

Kania punya pacar kaya raya, untuk apa harus lelah bekerja menjadi sekretaris? Pikir orang-orang tersebut.

Sebagian lagi malah merasa terkejut sekaligus iri. Kania terkenal pendiam dan jarang berbicara. Selama di Kantor, wanita itu hanya fokus pada pekerjaan, penampilannya cantik, tapi karena sifat pendiamnya itu, kecantikannya tidak terlalu menonjol.

Meskipun selama bekerja disini, tidak sedikit para staff Pria yang menyatakan perasaan Mereka. Tentu saja Kania menolak! Ternyata pacarnya sangat tampan dan Kaya raya!

"Itu beneran Pacar Bu Kania? Kok Aku baru lihat?"

"Memangnya kenapa Kalau baru lihat? Bu Kania tidak seperti Kamu, Baru punya pacar yang bawa mobil Ayla saja Kamu sudah pamer"

Tegus Grace.

Gadis muda yang merupakan staff administrasi itu langsung melengos pergi. Kesal dengan ucapan Grace yang terlalu blak-blakan.

Tak lama setelah kepergian Kania, Serena datang dan langsung menemui Daniel di ruangannya. Ia tidak sempat mendengar berita heboh yang baru saja beredar.

"Daniel..."

Serena membuka pintu ruangan Daniel seraya tersenyum anggun. Langkah kakinya dibuat begitu menawan. Fahri yang sedang melaporkan hasil rapat pun segera pamit undur diri begitu melihat Serena masuk.

"Apa Aku mengganggu?"

"Tidak, Pekerjaanku sudah selesai"

Daniel tersenyum seraya menatap lembut Serena.

"Ayo Kita pergi, Elisa ingin makan seafood malam ini"

"Baiklah, Ayo"

Mereka berdua pun keluar ruangan dan meninggalkan perusahaan.

Para staff di sana sebenarnya sedikit tidak nyaman dengan tingkah laku Serena. Ia baru saja di kenal sebagai pacar Daniel. Itu pun belum ada pernyataan resmi dari Daniel, hanya saja sikap Daniel pada Serena begitu perhatian dan penuh kasih sayang m Jadi, semua orang berspekulasi bahwa Serena adalah kekasih Daniel.

Namun, Serena keluar masuk perusahaan layaknya bos, Meskipun Ia menyapa setiap staff yang berpapasan dengannya, tetap saja senyum dan ekspresinya terkesan sombong.

Tapi, Daniel saja yang merupakan pimpinan perusahaan tidak mempermasalahkannya, kenapa mereka sebagai karyawan biasa malah keberatan?

Akhirnya mereka pun mulai menganggapnya biasa. Selama tidak mempengaruhi pekerjaan mereka, Maka mereka tidak boleh memprotesnya.

***

Kania baru saja sampai di restauran yang di pesan oleh Alex. Begitu masuk ke dalam ruang VIP nya, Kania terkejut sekaligus bahagia melihat gurunya ada disana.

"Guru???"

Kania segera membungkuk hormat, kemudian Prof. Hasan mempersilahkan kedua muridnya itu untuk duduk.

"Aku datang untuk mengucapkan selamat. Proyek hasil inovasi terbarumu sudah berhasil. Aku tahu Kamu tidak akan mengecewakanku"

"Guru... Terima kasih banyak, ini semua berkat bantuan dan dukungan Guru"

"Tidak, Aku mengatakan yang sebenarnya. Kamu memiliki kemampuan dan bakat yang langka. Jadi Produk semacam itu memang hanya Kamu yang bisa membuatnya. Tidak seperti Dia"

Ucap Profesor Hasan seraya melirik Alex.

"Guru, kenapa selalu membandingkanku dengan Kania. Bikin kesal saja"

Kania pun hanya terkikik melihat wajah Alex yang merah padam, bukan karena marah tapi karena malu. Profesor Hasan memang selalu meledeknya, tapi, dibalik sikapnya yang angkuh dan dingin, Gurunya itu adalah orang yang perhatian dan menyayangi murid-muridnya.

Tak berselang lama, acara makan malam dalam rangka reuni antara guru dan murid itu pun berlangsung menyenangkan. Setelah makanan hampir habis, Profesor Hasan menatap Kania dan berkata.

"Daniel ingin mengajukan seseorang untuk belajar tentang kecerdasan buatan padaku"

Kania dan Alex terdiam lalu saling memandang. Mereka sudah tahu siapa yang akan diajukan okelah Daniel. Begitu pun dengan Profesor Hasan.

"Bajingan itu, benar-benar murah hati"

"Lalu... Apa guru akan menerimanya"

"Tidak. Tapi aku tetap akan datang menemuinya. Bagaimanapun, menyinggung Daniel bukanlah hal yang bagus meskipun Aku dilindungi pemerintah"

Kania mengangguk paham, Ia mengerti. Tapi, Ia percaya bahwa gurunya bukan orang yang sembrono dalam memilih murid.

Serena mungkin adalah lulusan Doktoral yang berprestasi, tapi nilai unggulnya masih dalam bentuk prestasi akademis. Tentu saja masih jauh jika dibandingkan oleh Alex, Kania serta murid Profesor Hasan yang lainnya yang kini sudah menjadi ilmuwan dan peneliti diluar negeri.

Mengingat itu, Kania tidak lagi merasa khawatir, lagipula Ia cukup percaya diri jika hanya bersaing dalam hal ilmu kecerdasan buatan dengan Serena.

"Dengar? Kamu tidak perlu khawatir, Guru Kita ini bukanlah orang yang ceroboh"

"Hm, satu-satunya kecerobohanku adalah menerimamu menjadi muridku"

"Hahahaha" Kania tertawa terbahak-bahak. Namun sejurus kemudian matanya berkaca-kaca, Ia sungguh berterima kasih pada Tuhan, telah di pertemukan dengan orang-orang yang luar biasa ini.

Kali ini, Ia tidak akan melewatkan kesempatan kedua yang telah didapatkannya.

Di tengah suasana itu, Gawai Kania berdering. Lalu melihat nama Elisa disana. Kania pun segera menolak panggilan itu. Setelahnya, Elisa tidak menghubunginya lagi.

Lagipula, dalam gugatan cerai yang di ajukan olehnya, Ia menyerahkan hak asuh sepenuhnya kepada Daniel. Ia tidak keberatan asal Elisa bahagia dan Kania sudah melihat bahwa Daniel mengurus putri Mereka dengan cukup baik.

Apalagi sudah memperkenalkan calon ibu tirinya sejak jauh-jauh hari, bukankah Daniel sangat perhatian?

Jadi, Kania tidak akan menyesali keputusannya, Apapun itu. Saat ini Ia hanya akan hidup untuk dirinya sendiri, Ibunya serta keluarga Ishaq yang masih tersisa yaitu Paman dan Bibinya serta Dua sepupu kembarnya. Reno dan Reina.

"Telepon dari siapa?"

Tanya Alex.

"Elisa. Tapi Aku tidak ingin menjawabnya"

Kania menjawab dengan jujur.

Mendengar itu, Alex pun mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut Kania.

"Jangan merusak tatanan rambutku Kak"

Melihat tidak ada kesedihan di raut wajah Kania, Alex pun merasa lega. Meski hatinya tetap saja merasa kasihan.

Kanianya yang malang... Alex membatin.

Bersambung