Mila, seorang gadis modern yang cerdas tapi tertutup, meninggal karena kecelakaan mobil. Namun, takdir membawanya ke zaman kuno di sebuah kerajaan bernama Cine. Ia terbangun dalam tubuh Selir Qianru, selir rendah yang tak dianggap di istana dan kerap ditindas Permaisuri serta para selir lain. Meski awalnya bingung dan takut, Mila perlahan berubah—ia memanfaatkan kecerdasannya, ilmu bela diri yang entah dari mana muncul, serta sikap blak-blakan dan unik khas wanita modern untuk mengubah nasibnya. Dari yang tak dianggap, ia menjadi sekutu penting Kaisar dalam membongkar korupsi, penghianatan, dan konspirasi dalam istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Penasehat Rahasia dan Gelombang Kudeta
Qianru belum pernah merasakan sorotan sebanyak ini. Dulu ia hanyalah seorang selir rendahan yang bahkan tak dipandang oleh pelayan istana.
Kini, setelah pengangkatannya sebagai Penasehat rahasia kekaisaran, semua mata tertuju padanya. Baik mata yang memuja… maupun mata yang mengintai tajam dari balik tirai dendam.
Tugasnya baru saja dimulai. Dan badai yang selama ini berputar di langit, akhirnya mulai turun ke bumi.
Di Istana Diwang, aula upacara tertinggi di pusat kekaisaran, dipenuhi para menteri dan bangsawan.
Qianru berjalan di atas permadani merah dengan kepala tegak. Gaun biru laut berhias sulaman awan dan naga menghiasi tubuhnya. Namun, tak sedikit yang berbisik penuh sinis.
“Apa istana sudah kehabisan pejabat berbakat, hingga harus mengangkat selir sebagai penasehat?” bisik Menteri Keuangan.
“Tunggu saja. Wanita itu akan menjadi kehancuran kita,” timpal Menteri Hukum, yang sebelumnya diam-diam menjalin kerja sama dengan keluarga Ning.
Namun Kaisar Xuanlie tetap pada pendiriannya.
“Mulai hari ini, Zhi Shi Yuan Fei bukan lagi sekadar selir. Ia akan bertanggung jawab atas intelijen, pengawasan, dan penyelidikan terhadap pengkhianatan dalam istana.”
Mata Qianru menatap tajam ke seluruh ruangan.
“Dan aku akan mulai… dari dalam dinding istana sendiri.”
Qianru tak membuang waktu. Dalam tujuh hari pertama jabatannya, ia menjalankan tiga strategi utama, yaitu :
Lapisan Pertama: Jaringan Mata-Mata Terbalik
Ia membalik para pengintai Permaisuri menjadi mata-mata kekaisaran. Caranya: bukan dengan ancaman, melainkan dengan jaminan keselamatan keluarga mereka dan imbalan perlindungan.
2. Lapisan Kedua: Perang Informasi
Mila menyebar desas-desus palsu tentang adanya surat wasiat rahasia dari Kaisar terdahulu yang menyebut Long Wei sebagai pewaris sah. Tujuannya: mengacaukan langkah keluarga Bei yang mulai aktif di ibu kota.
3. Lapisan Ketiga: Aliansi Tersembunyi
Ia mengutus Long Wei ke Klan Hua—klan pedagang dan tabib yang selama ini netral—untuk membentuk aliansi ekonomi dan bantuan medis rahasia jika perang pecah.
Setiap langkahnya penuh perhitungan, tapi waktu tidak berpihak pada mereka.
Di malam ke-12 setelah pelantikan Qianru, sayap timur Istana Dalam terbakar hebat. Api melahap bangunan tempat disimpan dokumen rahasia kekaisaran.
Semua orang panik. Tapi Qianru tidak.
Ia segera membawa pasukannya ke lokasi rahasia—karena ia sudah lebih dulu memindahkan dokumen-dokumen itu ke ruang bawah tanah Istana Bintang.
Namun, kejutan lain menanti.
Di reruntuhan bekas api, ditemukan mayat seorang kasim kekaisaran dengan simbol keluarga Bei di balik bajunya.
Qianru tau serangan ini bukan hanya sabotase. Tapi ini peringatan.
Tapi Qianru tidak akan menyerah, apa lagi sudah sejauh ini ia melangkah, semakin ia melangkah maju maka semakin besar kejahatan yang tersimpan selama ini akan terlihat.
Di sela keributan itu, hubungan Qianru dan Long Wei mulai diuji. Mereka sudah seperti dua mata pedang—selalu berdampingan, selalu bertarung bersama.
Namun sekarang, Long Wei merasa ia semakin tertinggal.
“Aku pewaris darah kekaisaran, tapi kenapa aku harus bersembunyi di balik perisai milikmu?” katanya di malam kelima belas, saat keduanya duduk di paviliun Danau Giok.
Qianru menggenggam tangannya. “Kau bukan bersembunyi. Kau sedang menunggu waktu. Bila kau melangkah terlalu cepat, mereka akan membunuhmu sebelum kau sempat bertarung.”
“Tapi aku ingin bertarung… bersamamu,” jawab Long Wei lirih.
Qianru terdiam saat mendengar ucapan terakhir Long Wei, hatinya bergetar. Tapi ia tak bisa menjanjikan cinta… di tengah badai yang belum reda.
Tiga malam kemudian, para penjaga gerbang barat mendadak menghilang. Jalan-jalan rahasia yang mengarah ke kediaman Kaisar disusupi pasukan berpakaian kasim.
Mereka tidak bersenjata, tapi membawa racun murni dari utara—jenis racun yang sekali menguap, bisa membunuh selusin orang dalam satu tarikan napas.
Rencana mereka adalah membunuh Kaisar secara diam-diam, dan menyalahkan Qianru serta Long Wei dengan bukti palsu.
Tapi kali ini, Qianru lebih cepat. Ia telah memprediksi rute penyusup berdasarkan pola pengiriman makanan istana. Ia menyergap mereka di lorong rahasia bersama Jenderal Jiang dan pasukan kepercayaannya.
Pertarungan terjadi dalam gelap. Qianru menghunus pedang pendeknya dan bertarung seperti harimau betina. Gerakannya tak lagi kaku seperti selir pendiam—tapi lincah, cepat, mematikan.
Satu demi satu musuh tumbang. Sampai akhirnya, satu dari mereka tertangkap hidup-hidup.
Salah satu dari peyusup yang hidup, tidak mau mengaku, ia tetap bertahan walau sudah di siksa sedemikian rupa, tapi saat terahir akhirnya setelah di bawah siksaan ringan dan janji perlindungan, pria itu mengaku,
“Aku hanya mengikuti perintah. Semua datang dari seorang bangsawan dalam istana… yang memakai cincin perak bergambar naga terbalik.” ujar pria itu lemah
Qianru pucat.
“Cincin itu milik keluarga Bei.” gumam Qianr.
-------
Di malam berikutnya, Kaisar mengadakan rapat darurat bersama semua menteri tinggi.
Qianru mempresentasikan bukti percobaan pembunuhan, sketsa cincin, dan surat berisi perintah pembunuhan yang diambil dari lengan si penusuk.
Namun, saat semua bukti mengarah pada pengkhianatan, seorang menteri senior berdiri dan mengucapkan kata yang tak terduga.
Ia mengangkat tangan, dan berkata lantang,
“Kalau begitu… akulah dalangnya.” ujar Mentri itu. Semua orang yang mendengar itu sangat terkejut.
Qianru menyipitkan mata. Ia mengenali pria itu. Menteri Perdagangan, Lu Yan, yang selama ini bersikap netral dan penuh senyum.
Tapi saat pria itu mencabut jubahnya, terlihat tato di dadanya dengan lambang keluarga Bei.
“Tahta ini bukan milik Xuanlie,” katanya.
“Tahta ini milik darah murni Bei Xuanzheng. Dan kalian semua… sudah terlambat.” ujar Mentri itu
Semua orang semakin kaget dengan semua ini, begitu juga kaisar yang melihat itu dalam diam.
Lalu kaisar memerintahkan kepada penawal untuk menangkap Mentri itu tanpa perlawan dan itu membuat Qianru curiga.
Beberapa hari kemudian.
Malam itu, Qianru berdiri di atas menara pengintai. Jauh di kejauhan, di balik kabut musim semi, terlihat cahaya obor berkedip dari arah barat.
Saat Qianru memperhatikan itu dengan seksama, barulah ia tau jika itu adalah
pasukan keluarga Bei yang sudah mulai bergerak malam itu.
Mengetahui itu semua Qianru dengan cepat mengumumkan hal tersebut kepada kaisar dan orang orang terpercaya mereka.
Perang pun akhirnya tak bisa dihindari. Semua pasukan sudah siap dan Qianru.... berada bagian tengahnya di tengahnya.
Ia menggenggam gagang pedangnya, dan berkata pada dirinya sendiri,
“Aku bukan selir. Aku bukan penasehat. Aku adalah seseorang yang dikirim oleh nasib untuk mengubah sejarah. Maka aku akan melakukan yang terbaik untuk mengubah semua yang ada disini.” ujar Qianru dalam hati.
"Aku akan berjuang, hingga nantinya semua para penghianat ini hancur sehancurnya" ujar Qianru lagi.
Dan langit malam pun terasa lebih sunyi dari biasanya.
Bersambung