NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA

TAKDIR CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / CEO / Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Revan adalah pria tampan dan pengusaha muda yang sukses. Namun di balik pencapaiannya, hidup Revan selalu berada dalam kendali sang mama, termasuk urusan memilih pendamping hidup. Ketika hari pertunangan semakin dekat, calon tunangan pilihan mamanya justru menghilang tanpa jejak.

Untuk pertama kalinya, Revan melihat kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri. Bukan sekadar mencari pengganti, ia menginginkan seseorang yang benar-benar ingin ia perjuangkan.

Hingga ia teringat pada seorang gadis yang pernah ia lihat… sosok sederhana namun mencuri perhatiannya tanpa ia pahami alasannya.

Kini, Revan harus menemukan gadis itu. Namun mencari keberadaannya hanyalah langkah pertama. Yang lebih sulit adalah membuatnya percaya bahwa dirinya datang bukan sebagai lelaki yang membutuhkan pengganti, tetapi sebagai lelaki yang sungguh-sungguh ingin membangun masa depan.

Apa yang Revan lakukan untuk meyakinkan wanita pilihannya?Rahasia apa saja yang terkuak setelah bersatu nya mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Tidak Akan Pergi

Awal pekan tiba dengan cahaya matahari yang lembut masuk melalui jendela. Udara pagi terasa segar, memulai rutinitas baru setelah akhir pekan yang cukup melelahkan namun menyenangkan bagi Eliana dan Nadia.

Seperti biasa, mereka datang lebih awal untuk melanjutkan pesanan gaun bridesmaid milik Nyonya Rika. Eliana ingin menyelesaikan pesanan itu secepat mungkin karena ia juga ingin membuat gaun akad nikahnya sendiri sesuatu yang sudah ia bicarakan dengan Revan dan mendapat persetujuan penuh darinya.

Nadia mulai menjahit sambil melirik Eliana. “Nggak kerasa ya, El. Sebentar lagi kamu akan bergelar istri.”

Eliana tersenyum tipis sembari merapikan gaun yang sudah selesai. “Kamu benar, Nad. Rasanya seperti mimpi. Semuanya berjalan cepat sekali.”

Nadia menghela napas pelan, suaranya melemah. “El… setelah kamu menikah nanti, aku harap kita akan tetap seperti ini. Mungkin kita nggak akan selalu bersama seperti sekarang, tapi kamu janji ya, apa pun yang terjadi kamu bakal cerita ke aku. Aku tetap ada buat kamu.”

Gerakan Eliana terhenti. Ia mendekati sahabatnya, menatap Nadia dengan lembut. “Kamu jangan khawatir, Nad. Meskipun nanti kita nggak selalu bersama, kamu tetap orang pertama yang akan aku cari setiap kali aku ingin bercerita. Kamu bukan cuma sahabat, kamu sudah seperti saudara buat aku.”

Mereka berpelukan erat, seolah saling menguatkan. “Udah, jangan sedih begini,” ujar Eliana sambil tersenyum dan melerai pelukan itu.

Nadia ikut tersenyum sambil mengusap sudut matanya, lalu kembali bekerja.

Beberapa menit berlalu hingga terdengar suara seseorang memanggil Eliana dari luar ruangan.

Eliana dan Nadia serempak menoleh.

Ternyata Miranda berdiri di depan butik, ia tidak datang sendirian. Celin ikut serta, ia tersenyum miring seperti meremehkan.

“Tante Mira…” Eliana berdiri dan mendekati mereka, mengulurkan tangan untuk menyalami Miranda.

Namun Miranda hanya menatapnya dingin. Ia tidak membalas uluran tangan Eliana.

“Aku ingin bicara dengan kamu,” ucap Miranda tegas.

Celin menahan senyum puas, jelas menikmati ketegangan itu.

Nadia, yang melihat perlakuan Miranda dan Celin, merasa geram tapi ia berusaha menahan diri.

“Tante ingin bicara apa?” tanya Eliana tenang. Ia tahu Miranda datang bukan tanpa maksud.

“Ini tentang kamu dan Revan,” jawab Miranda.

“Kalau begitu, silakan kita bicara di dalam,” ajak Eliana sopan.

Baru saja Eliana hendak melangkah, Nadia memanggil cepat. “El! Kamu yakin? Kamu nggak apa-apa sendirian?”

Eliana menoleh sambil tersenyum kecil. “Nggak apa-apa, Nad. Lagian kita cuma bicara di dalam. Aku masuk dulu, ya.”

Nadia mengangguk, meski kekhawatiran masih terlihat jelas di wajahnya.

Eliana mempersilakan Miranda dan Celin masuk ke ruang kerja kecil di butiknya. Ruangan sederhana itu berisi meja lengkap dengan laptop diatasnya, dan rak berisi bahan kain yang tersusun rapi, serta sofa tempat mereka duduk

“Silakan duduk, Tante. Celin,” ujar Eliana sopan.

Miranda dan Celin duduk. Miranda mengedarkan pandangan, tampak menilai suasana ruangan.

Eliana duduk tak jauh dari mereka. “Maaf, Tante. Apa yang ingin Tante bicarakan?”

Miranda tidak menunggu lama, ia langsung mengatakan maksud kedatangan nya tanpa basa-basi. “Aku ingin kamu meninggalkan Revan.” Suara Miranda dingin dan jelas.

Lagi-lagi Celin terseyum, matanya berbinar melihat tindakan langsung dari Miranda.

Eliana tetap tenang,“Pergi dari Revan bukan sesuatu yang akan saya lakukan, Tante.”

Jawaban itu membuat Miranda dan Celin terdiam sejenak, tidak menyangka Eliana akan setegas itu.

Miranda kembali bersuara. “Aku tahu apa yang kamu mau. Kamu dekat dengan putraku pasti ada maksud tertentu.”

Miranda lalu membuka tasnya dan mengeluarkan selembar cek. “Ini. Kamu tulis berapa pun yang kamu mau, lalu tinggalkan Revan.”

Celin duduk tenang, memilih berperan sebagai pengamat. Sesekali ia melirik Eliana dengan tatapan meremehkan.

Eliana memandangi cek itu. Ia mengambilnya, bukan karena tergoda, tetapi ingin melihat sejauh apa Miranda merendahkan nya.

Lalu Eliana mengangkat wajah, menatap Miranda dengan sorot yang sulit dibaca.

Celin tersenyum melihat Eliana mengambil cek tersebut. Ia mengira Eliana akan langsung mengisinya dengan nominal yang diinginkan. Ternyata semudah ini memberikan pilihan pada wanita ini, pikir Celin dalam hati.

“Maaf, Tante. Saya tegaskan, biarpun Tante memberikan seluruh harta yang Tante miliki, saya tetap tidak akan pergi,” ucap Eliana tenang sambil meletakkan kembali cek itu.

Senyum yang sejak tadi menghiasi wajah Celin langsung sirna. Raut tak percaya menggantikan semuanya. Ia benar-benar mengira Eliana mudah diperdaya.

Miranda menahan geram. Lagi-lagi Eliana membuatnya merasa diremehkan.

“Jika Tante bersikeras meminta saya meninggalkan Revan, kenapa Tante tidak meminta langsung pada nya?” lanjut Eliana, suaranya tegas namun tetap sopan. “Sekali lagi saya ingatkan, jika yang meminta saya pergi adalah Tante, itu tidak akan pernah terjadi. Saya berada di posisi ini karena putra Tante. Jadi sebaiknya Tante bicarakan langsung dengan putra tante.”

Eliana tidak akan merendahkan harga dirinya hanya karena uang. Baginya, selama Revan memperjuangkannya, ia akan melakukan hal yang sama.

Miranda terdiam. Sementara Celin berharap Miranda melakukan sesuatu yang bisa membuat Eliana menyerah.

Miranda berdiri. Namun sebelum melangkah pergi, ia menatap tajam. “Kamu jangan terlalu percaya diri, Eliana. Ingat, Revan itu putraku. Dia tidak akan membantah perintah ku.”

Miranda segera pergi, diikuti Celin yang sempat melemparkan tatapan sinis pada Eliana.

Eliana duduk kembali dan menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia teringat pesan Nenek Sonya, ia harus kuat, harus mampu menghadapi apa pun yang menghadang.

“El, kamu nggak apa-apa?” tanya Nadia sambil masuk tergesa-gesa begitu melihat Miranda dan Celin keluar dari ruangan.

Eliana tersenyum lembut. “Aku nggak apa-apa, Nad.”

“Memangnya dua nenek lampir itu mau apa?” Nadia langsung duduk, ia begitu penasaran dengan apa yang terjadi.

Eliana menceritakan semuanya, apa yang diinginkan Miranda dan apa yang baru saja terjadi.

Nadia menggenggam tangan Eliana. “Kamu kuat, ya, El. Aku yakin Revan nggak akan ninggalin kamu.”

“Terima kasih, Nad. Aku juga berharap begitu.”

Sementara itu, Miranda dan Celin sudah dalam perjalanan pulang. Miranda meminta Celin langsung mengantarkannya ke rumah. Ia tidak ingin suaminya pulang siang nanti ia masih berada di luar. Apa lagi Miranda sudah mendapatkan peringatan tegas dari suaminya. Miranda harus berhati-hati untuk melakukan rencana nya.

“Tante, kenapa sih tadi tidak memaksanya? Tante kan bisa mengancam atau menekan dia dengan cara lain,” protes Celin sambil menyetir.

“Celin, kamu bisa diam nggak? Jangan bikin Tante makin pusing,” balas Miranda ketus. “Lagipula, kalau kamu tidak bertindak bodoh, sekarang kamu sudah sah menjadi calon istri Revan.”

Celin terdiam. Kata-kata itu menusuk harga dirinya. Ia tidak puas, seharusnya Revan tidak dengan mudah menggantikan posisinya dengan wanita lain.

Meski ia tahu Revan tidak sepenuhnya mencintainya, Celin terbiasa selalu mendapatkan apa pun yang ia inginkan. Diperlakukan seperti sungguh Celin tidak terima.

1
erviana erastus
ckckck revan2 beres kan dulu si celine baru happy2 sama elina .... 😏😏😏😏
erviana erastus
dasar j*******g giliran ninggalin revan nggak ngotak skrng mau balikkan 🤣 nggak laku ya say makax cari mantan
erviana erastus
ada rahasia apa dinnk lampir
erviana erastus
emak satu ini minta ditampar biar sadar
erviana erastus
ribet ... knp nggak langsung nikah aza .... satu lagi jalang dia yg pergi tp merasa tersakiti ... hei Miranda kamu tuh ya buka tuh mata lebar2 jadi tau kelakuannya si celine
erviana erastus
jadi orang nggak usah terlalu baik el, tuh calon pelakor didepanmu .....
erviana erastus
miranda ini batu banget, tipe emak2 sok kuasa 😏
erviana erastus
calon plakor mulai tampil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!