udihianati sahabat sendiri, Amalia malah dapat CEO.
ayok. ikuti kisahnya ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
"Li!?"
Rama tersenyum kecil melihat Lia yang tak sabaran. Dia mengikuti di belakang.
"Coba bicara sekali lagi! Aku mau dengar! Katakan! Tadi kalian bilang apa?" kata Lia dengan tangan terlipat di dada. "Ayo bilang! Mumpung aku di sini!"
Semua diam. "Apa sih? Sok penting banget! Emang kita lagi bicarain kamu!"
Lia tersenyum smirk,"Memang tadi aku dengar sendiri kalian nyebut namaku. pendengaran ku masih cukup bagus, tapi aku ingin mendengar lagi di depan wajahku."
"Li, ayo makan. Enggak usah menanggapi mereka yang berada di belakangmu. Memang di situ tempat mereka." Rama menengahi. "Ayo."
Lia tertawa kecut, "Ah, kamu benar, Ram. Mereka memang tidak pantas di depanmu. Kami memang tidak selevel."
Wajah Lia berubah jadi lebih garang. Lalu berjalan menjauh, Rama berjalan menyamai langkahnya.
"Iihh, sok banget," gerutu yang nyinyir tadi.
"Tapi, kan. Emang kalian pada diem disamperin, kan?"
Sementara itu, Rama tetap berjalan santai di sebelah Lia, seolah dunia sedang baik-baik saja.
"Di sana tuh, terkenal enak, Li. Nanti kamu pasti suka," kata Rama, bahkan malah terus mengajak Lia bicara.
"Tapi aku makannya banyak. Kamu bakalan bangkrut."
"Hahahah, coba bikin aku bangkrut, Li."
"Jangan menantangku, pak Direktur. Kamu nyesel nanti."
Keduanya tertawa, dan berjalan keluar dari gedung perkantoran. Omongan yang sempat membuat mood Lia hancur tadi, seolah tak berarti sekarang.
###
Di restoran, mereka duduk di pojok yang tenang. Makanan datang satu per satu, dan mata Rama melebar.
"Ini.... Beneran, muat di perutmu ?"
"Iya, dong." Lia mulai makan dengan lahap.
"Hebat," kata Rama, geli.
Lia menatapnya lalu menunjuk dengan garpu di tangan. "Kenapa? Kamu nyesel ngajak aku? Makanku banyak, kan?"
"Justru aku senang," sahut Rama cepat.
"Beneran aku bisa bikin kamu bangkrut."
Rama terkekeh, "Cuma segini engak bakalan bikin aku bangkrut, Li. Bahkan kalau seumur hidup pun."
"Emang kamu mau ditumpangi hidup seumur hidup?"
Rama menatap dalam. "Mau."
Wajah Lia merona sedikit, dia jadi sedikit canggung karena merasa jawaban Rama seperti sungguhan. "Ehem! Yah, gimana, lagi, akhir-akhir ini aku memang suka banyak makan. Enggak tau kenapa, segala macam makanan bisa masuk ke perutku," ujarnya menunduk, menyibukkan diri memotong salmon sashimi.
"Bagus, dong! Itu artinya, kamu sehat."
Di tengah tawa kecil mereka, Rama menyimpan satu hal dalam diam, perasaan yang selama ini ia pendam sejak mereka bertemu. Namun, Lia tak pernah menyadarinya. Rama sangat senang saat tau pernikahan Lia gagal dan menghubungi dirinya untuk sampai di kota M ini. Ia kini menunggu momen yang tepat, untuk mengungkapkan segalanya.
###
Sementara itu, di negara lain…
Langit sore mulai berubah kelabu saat Bara keluar dari ruang meeting. Ia membuka jas dan menyampirkannya di bahu.
"Aku mau ke hotel."
"Baiklah, akan kuminta mereka menyiapkan kamarmu, tuan Bara." Bebby, orang kepercayaan Bara menyahuti cepat sambil mengeluarkan ponselnya.
"Tidak perlu, kita langsung ke sana."
Di hotel, Bara langsung ke kamarnya, ia menyisir pandangan mencari jejak Lia.
"Wanita itu tidak ada di sini," bisiknya. "Jelas saja. Ini sudah cukup lama. Lagi pula, dia sudah mengambil uangnya."
Matanya tajam menatap layar ponselnya. Di sana, ia menyimpan foto Lia yang lelap hanya tertutup selimut. Malam yang penuh gairah itu, membuat Bara tak bisa melepaskan.
"Kapan dia meninggalkan hotel?" tanyanya pada sang manager yang dipanggil ke resepsionis.
"Tuan Bara. Tamu atas nama Lia Larasati sudah check out sejak tiga minggu yang lalu," jawab sang manager sopan. "Dia juga membawa uang 2 milyar yang anda siapkan."
Bara mengangguk pelan. Raut wajahnya serius. Ia berbalik dan langsung memberi perintah pada orang kepercayaannya.
"Bebby. Temukan wanita itu."
"Wanita yang mana?"
Bara menatap Bebby. Tatapan tajam yang membuat tangan kanannya itu tersenyum kaku.
"Saya akan memeriksa semua data yang ada," katanya menunduk hormat.
"10 menit."
10 menit kemudian, setelah bebby mengecek cctv dan data cek in Lia.
"Nona Lia sekarang ada di Indonesia. Kota M. Sudah aku kirim lokasinya ke ponsel Tuan."
Tanpa pikir panjang, Bara menatap keluar jendela dengan sorot tak tergoyahkan.
"Kita ke sana sekarang."
Pesawat jet pribadinya sudah siap. Dan hatinya tak tenang. "Aku pasti menangkapmu, wanita nakal."