Lily harus bekerja menggantikan sang ibu menjadi pelayan yang bertugas merawat tanaman di kediaman orang kaya dan terpandang yaitu keluarga Thomson. Keluarga Thomson memiliki perusahaan besar dan sudah memiliki anak perusahaan di berbagai kota bahkan di luar negri.
Lily mengira awalnya dia akan bekerja dengan lancar di kediaman Thomson untuk mengakhiri kontrak sang ibu yang tersisa 1 tahun lagi. Namun siapa sangka, takdir membuatnya menjadi rumit saat Lily bertemu dengan putra kedua keluarga Thomson yang bernama Ethan. Keduanya terlibat takdir yang rumit. Ethan yang sudah memiliki tunangan merasa sesuatu yang berbeda pada Lily. Pria dingin itu mencoba mengelak dan mulai menyadarkan dirinya untuk kembali ke jalur yang seharusnya. Namun lagi-lagi sesuatu dalam dirinya menolak dan membuat dirinya menjadi egois.
Lalu bagaimana Lily menghadapi takdir yang rumit tersebut? Apakah dia bisa bertahan selama 1 tahun di kediaman Thomson?
Ikuti kisah mereka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Maria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah
"Jadi, kucing itu milik tunangannya?" tanya Lily lagi.
Anne pun mengangguk,
"Iya, karena Nona Evelyn akan kemari beberapa hari lagi, maka kucingnya telah dikirim terlebih dahulu kemari. Mereka bilang itu kucing kesayangan nya, jadi Nona Evelyn harus membawanya" jawab Anne sedikit mengejek.
"Hah.. Aku tidak dapat membayangkan jika Tuan Ethan menikah dengan Nona Evelyn nanti, apa rumah ini akan di penuhi dengan kucing? Sungguh mengesalkan" ucapnya.
Lily hanya diam menanggapi ucapan Anne. Hatinya kembali resah dengan nasibnya esok hari. Tuan Ethan telah bertunangan dan dia sepertinya begitu mencintai tunangannya. Pria itu pasti marah dengan kejadian tadi pagi saat mereka tidak sengaja berciuman. Bagaimana ini? pikir Lily resah. Gadis itu refleks mengusap wajahnya dengan frustasi. Anne yang melihat hal itu seketika mengernyitkan keningnya,
"Ada apa?" tanyanya penasaran.
Lily menatap Anne dengan gugup dan menggeleng,
"Ti.. tidak, aku hanya lelah dan mengantuk. Kalau begitu.. aku akan istirahat lebih dulu, kau juga harus membersihkan diri" ucap Lily cepat.
Anne pun mengangguk dan mulai berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
~
Keesokan harinya, Lily telah berada di rumah kaca. Gadis itu merasa tidak konsentrasi bekerja, pikirannya selalu resah sejak kemarin. Semalam pun Lily tidak bisa tidur dan masih memikirkan nasibnya karena kejadian kemarin. Lily mencoba tenang dan kembali fokus untuk memilih bunga.
Lalu, terlihat Donna yang masuk ke dalam rumah kaca dan menghampiri Lily,
"Lily" panggil Donna yang membuat Lily terkejut.
Lily menegang di tempatnya dan menunduk saat Donna menghampirinya. Jantungnya berdebar kencang melihat Donna yang menghampirinya secara tiba-tiba. Wanita paruh baya itu tidak biasanya menemui Lily di rumah kaca. Apa.. ia akan memecatnya atas perintah Ethan karena kejadian kemarin? pikir Lily cemas.
"Lily, hari ini tolong buat 4 rangkaian bunga di dalam pot. Dua seperti biasa untuk Nyonya Brenda dan dua lagi untuk di simpan di ruangan Tuan Ethan" ucap Donna yang membuat jantung Lily semakin berdetak saat mendengar nama Ethan di sebut.
"Setelah selesai tolong antarkan ke ruanganku seperti biasa" lanjut Donna yang dibalas anggukan kaku dari Lily.
"Baik" jawab gadis itu pelan.
Setelah itu Donna pun kembali pergi dan membuat Lily menghela nafasnya. Sepertinya kejadian kemarin tidak terlalu dianggap pusing oleh Tuan Ethan, buktinya ia meminta rangkaian bunga hari ini. Lily mencoba berpikir positif dan merasa sedikit lega untuk saat ini. Lagipula, Tuan Ethan itu juga tidak akan mengenalinya. Ia mungkin lupa dengan wajah pelayan yang secara tidak sengaja terjatuh dari pohon kemarin. Lily mencoba menghela nafasnya untuk tenang dan dia pun mulai memilih bunga dan menyusunnya di dalam pot sesuai permintaan Donna.
Setelah selesai, Lily seperti biasa membawa rangkaian bunga itu ke ruangan Donna. Lily mengetuk pintu dan masuk sambil membawa rangkaian bunga yang telah selesai di dalam pot. Setelah Donna menerimanya Lily pun kembali ke rumah kaca untuk melanjutkan pekerjaannya. Lily sedikit merasa lega saat ini karena sepertinya semua berjalan baik-baik saja. Kejadian kemarin mungkin bukanlah hal yang membuat Tuan Ethan marah besar. Tapi, Lily sudah memutuskan bahwa ia tidak akan pernah mau lagi bertemu atau berpapasan dengan pria itu. Bukan karena malu, tapi karena Lily mencoba untuk melupakan apa yang telah terjadi. Itu adalah ciuman pertamanya, dan Lily merasa cukup kecewa karena ciuman pertamanya hilang begitu saja akibat kejadian konyol kemarin.
Lily menghela nafasnya dan mencoba menjernihkan pikirannya. Ia pun kembali fokus bekerja dan berhenti memikirkan hal-hal yang tidak penting. Ia harus bekerja dengan baik di tempat ini untuk menyelesaikan kontrak ibunya. Dan Lily tidak mau pekerjaannya terganggu oleh hal apapun.
~
Hari sudah siang, matahari terlihat terik dan cuaca saat ini cukup panas. Lily melepaskan topinya dan bergegas untuk beristirahat. Namun saat gadis itu hendak keluar dari rumah kaca, seketika Donna terlihat melangkah cukup cepat kearahnya,
"Lily!" panggil Donna.
Lily terdiam di tempatnya dan menunduk pelan pada Donna. Donna menghela nafasnya yang sedikit terengah dan seketika menarik tangan Lily,
"Ikut aku, ini sungguh gawat!" ucap Donna cepat sambil membawa Lily pergi.
Lily yang bingung mencoba sedikit melambatkan langkahnya,
"Ada apa? Kita mau kemana?" tanya Lily bingung.
Donna menghentikan langkahnya dan menatap Lily,
"Kau di panggil oleh Tuan Ethan ke ruangannya!" ucap Donna cukup keras.
DEG!
Jantung Lily seketika berdegup dengan kencang. Ia seketika merasa gugup dan takut. Apa yang terjadi? Mengapa Tuan Ethan memanggilnya? Apa.. itu karena kejadian kemarin dan dirinya hari ini akan di pecat? pikirnya takut.
"A.. ada apa? Apa aku melakukan kesalahan? Apa aku akan di pecat?" tanya Lily cepat dan gugup.
Donna menghela nafasnya cukup keras,
"Aku tidak tau, yang jelas ini ada sangkut pautnya dengan rangkaian bunga yang kau buat. Sepertinya Tuan Ethan tidak menyukainya, dan dia meminta ku untuk memanggil siapa pelayan yang membuat rangkaian bunga tadi" ucap Donna yang sama gugupnya.
Lily pun terdiam dan merasa sangat cemas. Kakinya mulai lemas dan hal yang ia takutkan sepertinya akan terjadi..
Setelah tiba di depan pintu ruangan Ethan, Donna pun masuk terlebih dahulu, Lily menunggu di luar ruangan dengan gugup, tangannya basah karena keringat. Pintu pun terbuka dan Donna memberikan isyarat pada Lily untuk masuk.
Terlihat Ethan duduk di meja kerjanya, Lily menunduk dalam dengan jantung yang berdebar. Pria itu tidak menatap Lily namun menatap dua vas bunga yang telah di buat Lily tadi pagi,
"Tuan, ini Lily, dia pelayan baru yang menggantikan ibunya. Lily yang membuat rangkaian bunga itu" ujar Donna pelan.
Ethan menghela nafasnya dan berdiri, ia menyentuh bunga-bunga yang ada di pot dengan ekspresi dinginnya,
"Jadi dia yang membuatnya?" tanya Ethan lagi yang membuat bulu kuduk Lily meremang ketakutan.
"I.. Iya Tuan" jawab Donna.
Ethan mengambil bunga-bunga di dalam pot itu dan melemparnya ke lantai dengan gerakan lambat,
"Aku tidak suka dengan rangkaian bunga ini. Beritahu dia untuk menggantinya sekarang juga" ucap Ethan dingin.
Lily semakin menunduk dan menautkan jemarinya dengan takut,
"Apa dia pandai mengkombinasikan bunga dengan baik? Apa dia tau arti dari warna-warna yang tercampur pada bunga ini?" tanya Ethan tajam.
Donna ikut menunduk dalam pada Ethan,
"Maaf Tuan" ucap Donna.
Ethan menatap Lily yang menunduk dalam,
"Bukan kau yang seharusnya meminta maaf" ujarnya dingin yang mengarah pada Lily.
Lily seketika menegang dan menunduk dalam,
"Ma.. maaf Tuan, a.. aku akan mengganti rangkaian bunganya" ucap Lily bergetar.
Ethan memasukan tangannya ke dalam saku celana,
"Kalau begitu lakukan sekarang, ganti bunga-bunga itu sekarang juga. Dan aku ingin kau menyelesaikannya dalam waktu 30 menit" ujar Ethan yang membuat Lily terbelalak.
Lily sebenarnya merasa keberatan karena itu waktu yang sangat singkat bagi dirinya merangkai bunga dalam dua pot, namun Lily tidak punya pilihan lain. Lily pun akhirnya mengangguk dan menunduk dalam,
"Baik Tuan" balas Lily.
Lily dan Donna pun akhirnya keluar dari ruangan Ethan. Ben, pelayan pribadi Ethan menatap sang majikan dengan kening yang berkerut, baru kali ini dia melihat Ethan bersikap kasar seperti itu, membuang bunga yang telah di rangkai ke lantai dengan tak berperasaan pada pelayan muda tadi. Namun, Ben tidak ingin ikut campur dan hanya menatap Ethan yang kembali duduk di mejanya dengan ekspresi dingin.
Bersambung..
Halo, bantu dukung cerita ini dengan beri like, tinggalkan komentar beri vote dan gift juga ya, terimakasih banyak bagi readers yang menyempatkan memberi dukungan itu buat author 🥲 itu sangat berharga dan membuat mood author jadi semangat lagi buat nulis. Mohon bantu ya jika suka sama cerita ini 🙏