NovelToon NovelToon
CEO KEJAM SUAMIKU

CEO KEJAM SUAMIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Kontras Takdir / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: CrystalCascade

Seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang mempunyai kepribadian yang ceria dan selalu tersenyum.

seketika semuanya berubah ketika dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan CEO yang sangat kejam dan tak tau belas kasih.

Semua keceriaan nya dan senyum nya berubah menjadi tangisan.

hiks hiks kak jangan pukul aca"
aca terisak CEO yang telah menjadi suaminya , memukul nya tanpa belas kasihan.

apakah aca sanggup menghadapi CEO yang kejam , dingin dan tak berperasaan dan yang telah menjadi suami sah nya itu dengan belah kasihan .

Dan apakah aca bisa mengubah sifat dingin dan kejam suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23. MANJA

Assalamualaikum semuanya ✨

Sebelum baca jangan lupa like dan komen ya dukungan kalian buat aku semangat nulis cerita 😚😋

Tak lama, pintu kembali terbuka. Seorang suster muda masuk, mendorong nampan berisi makanan di atas meja dorong kecil. "Ini makan malamnya, Bu Aca. Mohon dimakan, ya," ucapnya ramah sambil meletakkan makanan itu di atas meja kasur yang sudah disiapkan.

"Terima kasih, Suster" balas Aldo singkat.

Begitu suster keluar dan menutup pintu kembali, Aldo menoleh ke arah Aca dan berkata, "Ayo, makan dulu. Baru istirahat.

Aca meringis kecil. "Aca nggak suka makanan rumah sakit"

Aldo memicingkan mata. "Aca."

"Aca beneran nggak suka. Rasanya aneh" gumamnya pelan sambil menghindari tatapan Aldo.

Aldo menarik napas panjang, lalu mengambil sendok. "Kalau gitu, aku suapin"

"Eh, nggak usah"

"Jangan banyak alasan" potong Aldo tegas, lalu mulai menyuapinya. Aca sempat mengerucutkan bibir, namun tak punya tenaga untuk menolak lebih jauh. Dengan wajah cemberut, ia membuka mulut perlahan.

Satu suapan, dua suapan. Aca mulai menyerah. Diam-diam, ia tersentuh. Pria dingin dan kejam yang dulu begitu jauh, kini duduk sabar di sisinya, menyuapi dengan telaten.

Setelah makan selesai, Aldo meletakkan nampan di samping meja. "Sekarang, tidur."

Aca mengerang pelan. "Belum ngantuk"

Aldo mendekat, membantu Aca merebahkan diri perlahan ke bantal. Ia menyesuaikan selimut hingga menutupi tubuh Aca dengan rapi. Lalu, ia duduk di tepi ranjang, mengamati wajah istrinya yang masih terlihat pucat.

Tangan Aldo terulur, menggenggam jemari Aca yang terasa dingin. Ia mengusap kepala Aca pelan-pelan, membelai rambutnya lembut

"Tidurlah. Saya di sini" bisiknya.

Aca menatapnya sebentar, matanya mulai mengantuk. Sentuhan lembut di kepalanya, kehangatan tangannya, membuat jantungnya terasa hangat. Beberapa menit kemudian, kelopak matanya menutup perlahan. Ia pun terlelap.

Setelah Aca tertidur lelap, Aldo hanya berdiri di sisi ranjang, memandangi wajah istrinya yang tenang dalam tidur. Ada sesuatu yang hangat mengendap di dadanya, perasaan yang tak ia mengerti, namun perlahan mulai ia terima.

Alih-alih ikut berbaring di sebelah Aca seperti sebelumnya, Aldo pun melangkah menjauh dan meranjakan dirinya ke sofa panjang yang ada di pojok ruangan. Ia duduk sebentar, lalu berdiri kembali.

Pikirannya dipenuhi tugas-tugas yang masih menumpuk. Ia menghela napas panjang, lalu mengambil ponselnya dan menelepon asisten nya. menyuruh asisten nya untuk mengambil berkas-berkas penting yang ada di kantornya dan mengantarkan nya.

Hari itu sebenarnya ada rapat besar yang tak bisa ia tinggalkan. Namun karena kondisi Aca, Aldo memilih untuk tidak hadir. Ia rela melewatkan rapat penting itu dan menanggung konsekuensinya.

Tak lama kemudian, asisten nya datang membawa setumpuk map dan laptop. Di sudut ruangan, ia mulai membuka dokumen-dokumen penting, mengejar ketertinggalan rapat yang ia tinggalkan.

Ruangan itu hening, hanya suara klik-klik keyboard dan napas teratur Aca yang tertidur.

Aldo sibuk bekerja hingga malam berganti. Tumpukan file dan data ia baca satu per satu, tangannya terus bergerak tanpa henti. Fokusnya penuh, tetapi matanya mulai terasa berat.

Hingga akhirnya, ketika dokumen terakhir selesai ia susun dan kirim, ia merapikan semuanya, menaruh laptop dan berkas kembali ke dalam tas.

Dengan tubuh lelah, Aldo kembali ke sofa, merebahkan dirinya dengan malas. Matanya tak lagi mampu terbuka, dan tanpa disadari, ia pun tertidur pulas di sofa rumah sakit itu dengan baju yang sudah kusut dan tubuh yang kelelahan.

🌤️☀️

Pagi pun tiba. Cahaya matahari masuk menyelinap melalui celah tirai kamar rumah sakit, menyapu permukaan ruangan dengan kehangatan. Di sudut, Aldo masih tertidur di sofa, tubuhnya meringkuk dan napasnya dalam.

Di ranjang, Aca perlahan membuka matanya dan saat menoleh ke arah sofa, senyum lembut pun terbit di wajahnya.

Dia melihat Aldo. Lelaki yang diam-diam menjaganya semalaman tanpa kata, tanpa paksaan, tapi dengan perhatian yang begitu nyata.

Aca mengernyit, hatinya menghangat sekaligus terenyuh. Dengan perlahan, ia bangkit dari tempat tidur, menarik tiang infusnya pelan-pelan agar tak menimbulkan suara. Ia berjalan menuju lemari penyimpanan kecil di ruangan itu. Tangannya membuka laci bagian bawah, dan di sana ia menemukan satu selimut cadangan yang dilipat rapi.

Setelah mengambilnya, Aca pun berjalan pelan ke arah sofa. Dengan hati-hati, ia membentangkan selimut itu dan menutupi tubuh Aldo yang sedang tidur.

Namun, saat ia tengah menyelimutinya, tubuh Aldo bergerak pelan. Matanya terbuka sedikit, lalu menatap Aca dengan pandangan setengah sadar. "Hmm...Aca?"

Aca terkejut. "Eh, kak... maaf, Aca nggak berniat ganggu..."

Belum sempat ia mundur, tangan Aldo menariknya perlahan, membuat Aca jatuh duduk di pangkuannya dan Aldo langsung memeluk tubuh mungil Aca. Tubuh Aca menegang seketika, wajahnya memerah karna malu Aca menyembunyikan wajahnya.

"Kenapa kamu bangun dari tempat tidur?" tanya Aldo, suaranya masih berat karena baru bangun.

"Aca nggak tega lihat kk tidur di sofa. Aca cuma mau kasih selimut," jawab Aca pelan.

Aldo tersenyum miring, lalu menggeleng pelan. "Saya bukan kamu yang lemah Saya kuat, Hanya tidur di sofa gak bikin saya sakit?"

Aca hanya diam, menatap Aldo dalam-dalam. Tatapannya tak bisa dijelaskan.

Aldo menatap balik, lalu dengan lembut menuntun Aca untuk ikut rebahan di sofa yang sempit itu. "Sini tidur bersama saya"

"Sofanya kecil..." gumam Aca.

"cukup buat kita berdua" balas Aldo, sudah memejamkan matanya kembali.

Aca tak bisa menolak. Ia ikut merebahkan tubuhnya, pelan-pelan menyesuaikan diri agar tidak menyenggol infus. Posisi mereka cukup dekat, bahkan bisa dibilang berpelukan. Aca bersuara lirih, "Kak... Kk Aldo, tidur ya?"

Tak ada jawaban.

Aca menatap wajah Aldo. Tenang. Damai. Nafasnya teratur.

Dan benar saja, Aldo sudah tertidur kembali.

Aca tersenyum kecil, lalu memegang tangan Aldo yang berada di bawah kepalanya, menjadikannya sebagai bantal. Genggamannya erat, seolah tak ingin melepas.

Tak lama kemudian, Aca pun menyusul tidur di pelukan Aldo. Di sofa sempit itu, mereka berdua tertidur berdekatan, dalam kehangatan yang perlahan-lahan tak lagi asing.

Isi dong Kata-kata dari kalian untuk hari ini ges😋

> Please vote, follow, dan komen ya...

Soalnya autor udah mulai ngomong sendiri depan monitor, nanya:

“Apakah mereka suka? Kenapa nggak ada komen?” 😩💔

Ayo selamatkan autor dari overthinking berkepanjangan 😆🧠

1
slebewwws
kenapa setiap bab slasu ada pengulangan
Blu Lovfres
aku baru masuk baca ,tpi ada penyiksaan waduh jdi penasaran gimana, kelanjutan nya,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!