Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Memantapkan hati.
💐💐
Pagi ini Dinar mendadak tidak enak badan. Si Mbok dan Mama Dindra menemaninya di dalam kamar.
"Mbok, Dinar pengen rujak mangga." Pinta Dinar.
Mama dan Si Mbok saling melirik dengan ekpresi wajah yang seakan bisa menjawab keadaan.
Belum sempat ada pertanyaan lebih, Papa Herca dengan murka masuk ke dalam kamar dan mencengkeram kuat pakaian putrinya.
"Apa Mahesa yang melakukannya????" Bentak Papa Herca. "Sebegitu murahan kah kamu tidak bisa menjaga diri??????"
"Bang.. tunggu..!! Dengar Dindra bicara." Bujuk Mama Dindra.
"Mau bicara apa lagi. Tidak ada pembelaan untuk Dinar. Dia sudah mencoreng wajahku. Kamu pasti tau kalau Dinar sedang hamil muda." Papa Herca yang begitu emosi sampai menghajar tubuh putri kecilnya.
"Baaaaaang.. anakmu perempuan..!!" Pekik Mama Dindra gelisah bercampur ketakutan.
Papa Herca tak mendengarnya, beliau kalap seakan tak mendengar teriakan Mama Dindra hingga seseorang mencekal tangannya dan langsung memeluk Dinar.
Disisi lain seorang pria balik menampar Papa Herca lalu memeluknya.
Tangis Bang Rinto pecah melihat keadaan Dinar di antara sadar dan tidak. Wajah Dinar lebam berdarah tapi dia hanya diam. Tak banyak bicara, Bang Rinto segera membawa Dinar keluar dari kediaman wakil panglima.
"Jangan bawa putriku..!!!!!!!" Teriak Papa Herca.
"Hercaaaaa.. sadaaarrr.. Papa sudah pernah menghubungimu tapi kamu keras kepala. Kamu sendiri yang bilang silakan nikahkan Dinar dengan si Black tapi kau tidak mau datang karena tidak merestuinya. Maka dari itu Papa menikahkannya. Tanpa sadar kau sudah memberi Papa ijin, kenapa kamu jadi sinting begini?????? Papa tidak main-main, Papa sudah menikahkan mereka..!!!!"
"Aku tidak mau punya menantu tentara, latar belakangnya terlalu berat, Paaaaaa. Sampai kapanpun aku tidak akan merestui mereka..!!!!!!"
//
"Pergilah, Om. Papa bisa mencelakaimu..!!" Kata Dinar.
"Maafkan saya. Saya yang bo*oh membuatmu menanggung semuanya sendirian."
"Tidak bisakah Dinar melihat pria yang Dinar cintai bahagia??"
Bang Rinto memeluk Dinar dengan erat, sungguh penyesalan tiada habisnya. Gemetar tangan Dinar menyentuh Bang Rinto namun akhirnya terlepas begitu saja.
"Dinaaaaaarr..!!!!"
...
Ambulans tiba tepat di depan kediaman wakil Panglima. Papa Herca terpaku menatap jenazah putrinya sedangkan Bang Rinto sudah tidak sanggup melangkah. Kehilangan istri sekaligus calon buah hatinya membuat batinnya sungguh terluka. Terbersit dendam dalam hatinya.
Luka di dalam hatinya kian menyiksa. Di saat yang sama Bang Rakit yang turut tiba di Jawa usai penyelesaian permasalahan Ayu menjadi cemas dengan kondisi sahabatnya. Tak hanya dirinya, tapi Bang Satria sebagai 'Abang' juga turut kembali mengantar adiknya pada peristirahatan terakhir.
Semua sibuk dengan diri mereka, hanya Opa Danar yang datang memeluk Bang Rinto memberikan dukungan mental Bang Rinto.
"Aku tidak bisa memaafkannya, Opa. Dia sudah menyakiti istriku. Akan ku balas segalanya..!!!" Kata Bang Rinto.
"Istighfar, Le. Opa tidak membelanya juga tidak menyalahkan mu. Pada kenyataannya takdir belum bisa mempersatukan kalian di dunia." Jawab Opa Danar.
~
"Ayu.. setelah semua beres, Abang ingin menikahimu." Ujar Bang Rakit mengutarakan perasaannya meskipun saat ini bukanlah saat yang tepat.
"Tapi Bang, Ayu hanya anak angkat......."
"Pertama memang saya ada rasa dengan kamu tapi dengan adanya kejadian ini, saya sangat takut kamu akan terkena imbas dari kejadian ini. Alasan kedua, saya pantang menerima tuduhan. Yang ada di dalam perutmu adalah anak saya. Tentu kamu harus terus bersama saya."
Bang Satria tidak bisa berkata apapun tentang hari ini. Ia cukup merasa bersalah dengan segala bentuk kehilangan, hatinya tidak cukup kuat untuk memperdebatkan hal apapun.
"Kalau sebegitu parahnya imbas akan hal ini, lalu bagaimana dengan An??"
"Itulah PR nya. Sekarang dia masih di jalan."
...
Keranda sudah nyaris di usung tapi An si burung gereja kecil belum juga tiba. Hingga saat jenasah akan di angkat, seorang gadis berlari masuk ke dalam rumah. Ia menumpahkan tangisnya hingga puas.
Bang Rinto masih tidak bertenaga menghadapi kenyataan bahwa Dinar telah tiada.
💐💐
"Astaghfirullah hal adzim.. Lailaha illallah." Bang Rinto terbangun dengan gemetar.
Nyaris dua bulan ini dirinya terombang ambing oleh perasaan. Jika bukan karena tugas dan jarak lautan pasti dia akan mengambil sang istri saat itu juga.
cckkllkk..
"Mimpi buruk lagi??" Tanya Bang Rakit.
Bang Rinto mengangguk. Kepalanya terasa berat, dadanya masih berdebar hebat. Usahanya untuk menaikan nama Dinar tak kunjung mendapatkan hasil. Papa Herca menolak segala bentuk komunikasi dengannya bahkan dirinya hanya bisa tau kabar tentang Dinar hanya dari Mama Dindra, itu pun terbatas.
"Aku nggak kuat mikirnya, aku mau ambil cuti..!! Bagaimana kalau ada apa-apa sama Dinar."
Bang Rakit mengerti akan posisi sahabatnya, ia mendukung penuh keputusan sahabatnya.
\=\=\=
"Mbok.. mangganya sudah??" Tanya Dinar sembari mengurut keningnya di kursi ruang makan.
Seseorang segera menyerahkan sepiring mangga muda lengkap dengan bumbu rujaknya.
Dinar menoleh dan ternyata Bang Rinto sudah berada di sampingnya.
"Ooomm.. kenapa kesini?? Nanti Papa marah." Dinar cemas sampai mendorong Bang Rinto agar keluar dari rumah.
"Semarah apapun akan saya hadapi. " Kata Bang Rinto.
Dinar mulai mual. Kecemasan Bang Rinto kini semakin bertambah apalagi tiba-tiba ia teringat akan mimpinya.
"Kamu ha_mil??" Tanya Bang Rinto.
Dinar tidak memperdulikan pertanyaan Bang Rinto, ia terus mendorongnya hingga keluar dari pintu samping dapur.
"Siapa disana??" Suara Papa Herca mengagetkan. Langkahnya terhenti melihat sosok di hadapannya. "Beraninya kau datang kesini, siapa yang mengijinkanmu?????"
Cemas akan terjadi sesuatu, Dinar segera berdiri menghalangi Papa Herca melukai Bang Rinto.
"Kalau Papa sentuh Om Black, Dinar akan bunuh diri..!!" Ancam Dinar.
"Apa-apaan kamu, Dinar. Jangan bo*oh mengorbankan diri demi pria yang tidak pernah mencintaimu..!!!!" Bentak Papa Herca.
Kini Bang Rinto mengarahkan Dinar ke belakang punggungnya. Ia mencemaskan keadaan Dinar tapi juga tidak ingin menunjukkan rasa cemasnya.
Dinar terus menarik punggung Bang Rinto agar tidak bersitegang dengan Papanya. "Bagaimana harus saya tunjukan bahwa saya mencintai putri komandan?"
"Ikhlaskan Dinar menikah dengan Mahesa..!!" Pinta Papa Herca.
"Suruh dia bersujud di kaki saya, beraninya dia meminang istri saya..!!"
"Kau benar-benar menikahinya tanpa restu dari saya????? Jangan membuat situasi." Suara Papa Herca semakin menggelegar. Ia mengambil pedang pada hiasan dinding dapurnya.
Dinar semakin lemas dan akhirnya hanya bisa memeluk punggung Bang Rinto dengan erat.
"Silakan bunuh saya, tapi putri komandan akan langsung menjadi janda." Kata Bang Rinto.
Seketika Dinar merosot lemas, Bang Rinto menahannya. Papa Herca kebingungan melihat situasi yang membuatnya dilema.
.
.
.
.