PERNIKAHAN TANPA CINTA

"Ed...A-ku bukan Cassandra!"

Benar saja, mendengar kata-kata Sidney menghentikan aktivitas Edxel.

Perlahan Edxel mengangkat wajahnya menatap Sidney yang tampak pasrah di bawah kungkungan tubuhnya. Menatapnya dengan tatapan sayu dan wajah polos yang terlihat semakin memutih.

"Ah...shitt!"

Edxel menjauhkan wajahnya.

"Demi Tuhan Sidney, kenapa kau mengingatkan aku nama itu. Aku tahu kamu bukan Cassandra. Aku sadar menyentuh mu. Dan aku sangat menginginkan mu saat ini", tegas Edxel tidak bisa menyembunyikan kesal diraut wajahnya.

Kedua manik berwarna biru itu menatap iris Sidney yang sudah berkabut gairah.

Mendengar itu, jemari lentik Sidney terangkat mengusap lembut rahang laki-laki yang kini berjarak dengannya.

"Ed... A-ku takut. Disaat aku telah menaruh hati untuk mu, kau akan meninggalkan aku".

Edxel menyelami kedua manik gadis itu. Ed menemukan ketakutan dan rasa cemas di situ.

"Tidak ada yang salah dengan hubungan ini. Kau istri ku, kita telah resmi menikah. Bagaimana kalau aku katakan mencintai mu sejak pertama pertemuan kita? Apa akan membuat mu tenang sekarang?", ucap Edxel terdengar begitu lembut di telinga Sidney yang memejamkan kedua matanya kala bibir Edxel kembali menciumnya dengan penuh perasaan, seperti laki-laki yang sungguh-sungguh mencintai wanitanya. Sidney dapat merasakan itu. Pun membalas dengan perasaan mendalam.

"Bukankah kau sudah berjanji akan membantu ku melupakan masa lalu ku. Bukti kan itu sekarang. Aku membutuhkanmu".

Edxel menyatukan kedua tangannya pada jemari Sidney. Keduanya saling bertautan dan meremas. Lidah saling mencecap, benar-benar melumpuhkan akal sehat Sidney.

"Ed ... A-ku menginginkan mu juga", bisiknya di sela-sela sentuhan Edxel yang bisa merasakan tubuh gadis itu bergetar hebat di bawah kendali tubuhnya.

Sementara pakaian Edxel masih lengkap melekat di tubuh atletisnya. Berbeda dengan Sidney yang sejak tadi telah polos dan menjadikannya objek sentuhan jemari hingga bibir Edxel.

"Curang", ujar Sidney melihat tubuh laki-laki itu masih tertutup pakaian lengkap.

"Tidak ada yang curang", jawab Edxel tanpa mengalihkan perhatian dari tubuh polos Sidney yang begitu seksi.

Edxel membuka satu-persatu kancing kemeja berwarna putih yang yang ia pakai.Jemari tangan kokoh itu begitu lamban membuka satu persatu kancingnya, dengan gerakan begitu seksi. Bukan tanpa alasan Edxel sengaja melakukannya, ingin menggoda Sidney yang nampak frustasi di buatnya.

Berulang kali Sidney menelan saliva nya.Pikirannya sudah berkabut adegan dewasa.

Edxel menatap lembut wajah Sidney yang sudah kian nampak memerah dengan mulut terbuka yang terlihat bengkak karena ulahnya.

Rambutnya pun sudah acak-acakan, menambah seksi tampilan gadis itu di tengah-tengah tempat tidur Edxel.

Tangan Edxel meremas lembut kedua puncak yang sudah membusung menantang milik gadis itu.

"Akh Ed.."

Bibir laki-laki itu menyusuri setiap jengkal tubuh Sidney dan berakhir di inti pusat tubuhnya, berwarna merah muda yang sangat bersih dan terawat.

Tanpa ragu Edxel membenamkan wajahnya disana, lidahnya menggelitik milik gadis itu. Tindakan Edxel seketika membuat Sidney menjerit. Tubuh polosnya menggelinjang sambil meremas sprei berwarna putih. "Oh god..."

"Ed...Akh! A-pa yang kau laku hentikan. Aku mohon. Akh ...A-ku tidak kuat lagi sayang. Please", ucap Sidney lirih dengan suara bergetar.

Racauan gadis itu tidak membuat Edxel lantas menurutinya. Bahkan laki-laki itu semakin dalam membenamkan wajahnya di tempat itu. Seperti telah menemukan tempat bermain baru yang lebih asyik. Namun akibat perbuatannya membuat bibir Sidney tak henti meracau dan menjerit.

Sidney mengangkat kepalanya dengan bertumpu pada kedua siku tangannya, menatap Edxel yang masih berada di pusat tubuh. Diantara kedua pahanya.

Tidak bisa di gambarkan lagi kondisi Sidney saat ini. Begitu kacau dengan tubuh bergetar hebat dan tak henti mendesah atas perbuatan Edxel. Namun ia tak mampu untuk mengakhiri. Sesungguhnya ia pun menginginkan lebih dari itu.

Edxel menghentikan permainannya, ia kembali mencium bibir Sidney yang terbuka. "Milikmu sudah sangat basah", bisiknya mesra mengigit pelan telinga bawah Sidney.

Tindakan Edxel semakin membuat tubuh Sidney bergidik geli. Desahan tak henti terdengar keluar dari bibirnya.

Edxel mengarahkan miliknya ke inti Sidney yang memejamkan matanya dengan mulut terbuka.

Tapi...begitu sulit menerobos masuk ke inti gadis itu seakan ada tembok penghalang.

"Ahh, hentikan. S-akit!".

Sidney terpekik sambil mendorong dada Edxel yang berada diatas tubuhnya.

Seakan menutup telinga nya, laki-laki itu masih berusaha memasuki milik Sidney.

Dan pada percobaan yang ketiga baru milik Edxel berhasil masuk.

"Owhhh. S-ayang... aku tidak tahan, sakit sekali. A-ku mohon hentikan, jangan sekarang, aku tidak kuat".

Sidney menjerit, menahan rasa sakit di intinya yang terasa begitu menyakitkan. Perih, pedih menjadi satu. Sampai-sampai kristal bening di pelupuk matanya pun menetes dengan sendirinya tanpa ia kehendaki.

"Shitt...."

Edxel menatap lekat wajah Sidney yang kesakitan. Bahkan ia melihat tetesan air mata gadis itu saat miliknya berhasil mengoyak intinya.

"Sidney..kau masih virgin?".

Edxel menatap tak percaya wanita di bawah kungkungan tubuhnya. Kini kedua tangan laki-laki itu membingkai wajah Sidney yang nampak pucat semakin memutih.

Sidney membalas menatap kedua netra Edxel. Ya... Laki-laki itu yang pertama baginya.

Sidney menggigit bibir bawahnya, sambil menganggukkan kepalanya pelan. "Ya..kau yang pertama bagi ku, Ed".

...***...

To be continue

SELAMAT MEMBACA 😄