NovelToon NovelToon
CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pembantu / Pernikahan rahasia
Popularitas:160.1k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

Sean, seorang Casanova yang mencintai kebebasan. Sean memiliki standar tinggi untuk setiap wanita yang ditidurinya. Namun, ia harus terikat pernikahan untuk sebuah warisan dari orang tuanya. Nanda Ayunda seorang gadis yatim piatu, berkulit hitam manis, dan menutup tubuhnya dengan jilbab, terpaksa menyanggupi tuntutan Sean karena ulah licik dari sang Casanova.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9

Esok paginya,

Sean tak bisa menahan senyum melihat mata Nanda yang kini seperti panda. Ia yakin betul bahwa gadis itu tak tidur nyenyak semalam. Ia berhasil mengerjai istri kontraknya itu.

"Masak apa pagi ini?" ujar Sean setelah berdehem, menahan senyum.

"Aku nggak masak. Nggak ada bahan makanan."

"Kamu nggak nyetok?"

"Nggak ada uang," balas Nanda santai, meski hatinya masih dongkol karena Sean sudah membuatnya tak bisa tidur akibat kecemasan yang berlebihan.

Sean mendengus. "Kerja udah, dapat gaji dariku juga udah, tambah part-time lagi. Tapi bisa bilang nggak ada uang? Hebat sekali," sindirnya.

Tak ada respons dari Nanda.

"Kemana uang-uangmu lari? Apa kamu menghidupi laki-laki yang sedang dekat denganmu itu?" ucap Sean dengan nada mengejek.

"Aku menghidupimu, Kak Sean. Lupa kalau setiap makan malam kamu ikut makan!?" Nada suara Nanda meninggi.

"Aku bayar! Ingat?"

Nanda mencelos.

"Kalau mau dimasakin sekarang, harus bayar dulu!"

"Ya sudah, ayo belanja! Mumpung weekend."

Nanda terperangah. Ini pertama kalinya Sean mengajaknya keluar bersama.

"Kenapa?"

"Ini menyalahi aturan. Bukankah seharusnya kita tidak saling kenal?" Nanda masih merasa heran.

"Buruan! Kalau aku pergi sendiri, aku nggak tahu harus beli apa. Jadi, jangan ge-er!"

Nanda mengangguk. "Benar juga."

"Udah, cepetan! Makin siang, makin macet!"

"Aku tegaskan sekali lagi, di luar kita adalah orang asing."

"Iya, aku tahu!" jawab Nanda malas.

Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju ke sebuah pusat perbelanjaan.

Begitu tiba dan mobil terparkir, Nanda keluar lebih dulu, barulah Sean menyusul dengan jarak sekitar dua meter. Nanda mengambil troli, lalu menoleh ke arah Sean. Lelaki itu mendelik memberi peringatan.

"Ini Kak Sean yang membayar, kan?"

"Iya!" gumamnya, menggeram.

Nanda tersenyum, membuat Sean merinding. "Entah kenapa aku jadi merasa isi dompetku akan berkurang banyak."

Nanda masuk ke bagian swalayan, mengambil bahan-bahan kaleng dan bumbu-bumbu yang sudah habis atau menipis. Sean mengikuti dari belakang, ikut memilih apa yang dia inginkan. Sesekali, ia meletakkan barang di troli Nanda tanpa menoleh.

Nanda tertegun melihat mi instan mendarat di troli—hasil lemparan Sean. Merasa sedikit geram, ia mengembalikan mi instan itu ke rak.

"Cari aja nanti, mi-nya sampai ubanan juga nggak ketemu," ujar Nanda menyeringai.

Ia kembali berjalan mengikuti langkah Sean yang memimpin satu meter di depan.

Namun, Nanda kembali terperangah melihat dua botol minuman beralkohol masuk ke dalam trolinya.

"Apaan nih, Kak?" protesnya.

"Jangan bicara denganku."

"Kalau mau miras, pegang sendiri!" Nanda mengambil botol dan mendorongnya ke dada Sean, hingga laki-laki itu terpaksa menahan agar tidak jatuh.

"Aku yang bayar."

"Aku nggak mau ikut kena dosanya gara-gara membawa barang haram ini!" seru Nanda, kesal.

Sean menyeringai, lalu meletakkan kembali botol itu ke troli. Sukses membuat Nanda semakin kesal. Gadis itu kembali mengambil botol dan mendorongnya lagi ke tubuh Sean. Lelaki itu tak mau kalah—meletakkan kembali ke troli. Begitu terus hingga terulang beberapa kali, seperti anak kecil.

"Sean!"

Dua orang yang sedang berseteru itu seketika menoleh ke arah suara.

Salah satu teman kencan Sean tampak sangat keheranan melihatnya ada di swalayan. Wanita itu mengenakan blouse kuning tanpa lengan bermotif polkadot, dipadukan dengan celana jeans dan sneakers. Rambut gelombangnya terurai menyentuh kulit lengannya yang putih. Ia tampak cantik dengan sapuan make-up di wajahnya.

"Maura?"

"Nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini," cetus wanita bernama Maura itu, mendekat.

Sean tersenyum tipis. Memang, ia hampir tak pernah menyentuh swalayan, kecuali bersama Mama Gea. Baginya, belanja adalah hal yang merepotkan dan menghabiskan waktu.

"Kamu belanja?" Maura melirik troli di depan Sean yang didorong oleh Nanda.

"Siapa gadis ini?" tanyanya, menelisik wajah dan penampilan Nanda yang sederhana.

"Dia..."

"Apa kamu meninggalkan aku karena dia?" Maura terus memindai Nanda dengan pandangan merendahkan. Lalu menggeleng. "Nggak mungkin! Aku tahu, dia pasti pembantumu, kan?"

Nanda sedikit tertegun. Pembantu? Asal saja! Dia tak tahu kalau kami sudah menikah! Pasti dia mati berdiri kalau tahu. Yah, walau hanya nikah kontrak...

"Aaah, iya. Dia memang pembantuku," jawab Sean santai.

Jawaban itu sedikit melukai hati Nanda. Walau mereka tidak terlibat urusan hati dan asmara, lebih baik bersikap tak saling kenal daripada hanya dikenalkan sebagai pembantu di hadapan orang lain.

"Kamu sendiri di sini?" Sean berjalan sambil merangkul Maura.

Maura terkekeh, tangannya ikut memeluk pinggang Sean dari belakang. "Enggak. Tadi sama teman. Kami terpisah nyari buruan masing-masing." Wanita itu melirik Nanda lagi. "Udah kuduga kalau dia pembantumu. Nggak mungkin kamu menjatuhkan selera dengan bersama gadis berkulit hitam itu."

Sean dan Maura tertawa kecil, berjalan menjauh tanpa memperdulikan Nanda.

"Ini mau dipotong bagaimana?"

Nanda diam. Sejak pulang dari swalayan, ia tak banyak bicara. Sean kesal. Selama ini, tak pernah ada wanita yang mendiamkannya.

Ia membanting kangkung ke meja. "Baper!"

Nanda melirik kangkung yang teronggok di atas meja, lalu menatap Sean dengan sengit.

"Kamu marah?" tanya Sean tanpa perasaan. "Harusnya kamu ingat perjanjian kita. Baca ulang, biar nggak baper!"

"Aku ingat, sangat ingat. Jadi, mari kita bertingkah sesuai perjanjian. Tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Hanya sebagai tetangga kamar. Kalau kamu lapar dan ingin makan, cukup tunggu di kamar sampai aku selesai masak. Nggak perlu susah-susah membantu!"

Ada yang terbakar di dada Sean. Tanpa sanggahan, ia berlalu dari dapur. AC ruangan tak cukup mendinginkan kepala dan hatinya yang entah kenapa terus membara.

Sejak hari itu, Nanda dan Sean seperti perang dingin. Baik di rumah maupun di kantor, tak ada tegur sapa. Saat memasak, Nanda tetap membuat porsi untuk Sean, tapi ia memanggilnya hanya setelah selesai mencuci alat makan. Sean pun baru keluar kamar setelah mendengar suara pintu kamar Nanda menutup.

Sean mengunyah makan malamnya tanpa selera. Meski masakan Nanda cocok di lidahnya, entah kenapa makan sendiri terasa ada yang kurang.

Kesal dengan perasaan yang tak jelas ini, Sean melempar sendok ke piring. Suara dentangan terdengar nyaring.

Tiba-tiba, pintu kamar Nanda terbuka.

"Iya, Bu Zara, Nanda ke sana sekarang!" ucap wanita itu, buru-buru keluar sambil menenteng tas.

"Iya, iya, baik," lanjutnya, sebelum menutup pintu.

"Bu Zara?" Sean bergumam. "Bukankah itu kepala panti? Ada apa?"

1
Uthie
Duhhh.. masih pada Ego nii 😁
Uthie
Nanda juga sihhh 😤😤
partini
dulu pas Malika di culik pamer gercep selangkah di depan ko ini tidak ,masa iya ga tau yg terjadi ma Malika
Casanova OGEB
Nurul Khomariyah
dasar Lo Sean CEO botol alias bodo tolol
Yessi Kalila
telpon siapa.....wanita siapa ya...????
Bunda Silvia
aq ikut sedih dengan keretakan Sean dan nanda mengapa Saling melukai hati masing2
Nurul Khomariyah
luar biasa lanjut thor
Raffi Djaya
masih panas ternyata sedang memendam ego sendiri-sendiri
yang satu ingin selesaikan yang satu menghindar
kapan selesainya
ketakutan yang belum tentu benar ayolah bus akok
partini
dah sering baca novel Casanova baru kali ini kata kata nya luar biasa mencabik cabik hati busehhhh
sakit banget denger nya
coba kalau keluarga Sean tau pastinya ga setuju anaknya berbuat seperti itu,,, kata ma"af dari Malika terlalu mahal buat kamu Sean dasar iblis
Raffi Djaya
ya lagian ga cerita dari awal
orang udah nikah juga kan harus terbuka bukan hanya terbuka saat berhubungan juga
padahal udah banyak perubahan tapi rasa ketakutan yang berlebihan membuatmu bersikap bodoh Nanda
dan Sean harusnya selesaikan masalah hari itu juga bukanya menghindari jadi berlarut larut hal seperti ini yang membuat para pasangan akhirnya berpisah kurang komunikasi selain perselingkuhan
tapi ya ada beberapa yang masih bertahan hingga akhir meski begitu berantem baikan jauahan kangen Deket beda pendapat tapi bukankan dalam pernikahan hal yang demikian adalah tantangan yang seru beda pendapat beda pandangan dan solusinya ya komunikasi

dari awal hubungan kamu selalu meminta imbalan setiap tersentuh bahkan disaat sudah semakin lebih baik sikap Sean kamu masih dengan diammu dan diam-diam mengulang KB jadi kalo kamu berfikir demikian Sean pun juga berhak berfikir demikian
selesaikan masalah kalian hari ini juga ya meski yang namanya masalah dalam rumah tangga selalu ada
lekas baikan
Bunda Silvia
sama2 salah tapi tak mau bicara 1 sama lain
Desi Permatasari
bagus
azalea_lea
bingung mau coment apa 😭😭
partini
aihhhss pergi aja dari pada nyesek di situ
Nurul Khomariyah
lanjut thor
Uthie
Serrruuuu... lanjutt 💪😍
Uthie
Nahh... lohhh 😂
Nur Adam
llnjt
Asyatun 1
lanjut
Muchamad Ridho
gmn sh..dr awal emng GK ada keterbukaan..JD yaa gini jdinya..sama²egois jd buat apa jg ada pernikahan..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!