Istri Kecil CEO Mesum

“Makanlah ini,” Hans memegang semangkuk bubur di tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang gelas berisi air putih.

Lianne menatap semangkuk bubur itu dengan tatapan datar. “Tidak.” ujar Lianne menoleh ke arah lain.

“Aku tahu kau belum makan,”

Lianne menoleh memandangi wajah tampan Hans sebelum beralih pada bubur di tangan pria itu, tanpa sadar, Lianne memegang perutnya yang kosong tak terisi apapun.

Pria itu lantas meraih satu tangan Lianne dan menaruh mangkuk berisi bubur yang masih terasa sedikit panas itu pada tangan nya.

“Makanlah. Aku akan keluar,” titah Hans kemudian menaruh gelas di samping Lianne pada lantai dan pergi dari sana.

Setelah kepergian Hans, Lianne segera menoleh ke arah lain guna menghindari bubur yang sudah menggoda nya sejak pria itu membawanya tadi. Ia lantas menaruh mangkuk itu pada lantai juga.

Baru beberapa detik mengalihkan pandangan, Lianne sudah kembali menatap bubur itu dengan saliva yang sudah beberapa kali ia telan. Tangan nya sudah bergerak hendak meraih mangkuk itu, tapi segera ia tarik kembali.

“Tidak, aku tidak boleh teralihkan oleh bubur ini, jika pria brengsek itu menaruh sesuatu pada buburnya, maka aku akan habis di tangan nya,” gumam Lianne mengalihkan pandangan kembali ke arah lain.

“Tapi aku sudah tidak tahan,” ujar Lianne kembali menoleh. Wanita itu menggigit bibir bawah sebelum mengambil mangkuk itu dan memakan bubur nya dengan lahap.

▪️▪️▪️

Hans menyunggingkan senyum miring menatap layar laptop yang menampilkan wajah Lianne di sana. Ya, Hans memasang kamera berukuran kecil pada kamar itu untuk memantau aktifitas Lianne nanti, kamera itu sudah ia pasang kemarin, saat Lianne pergi dari mansion nya.

“Kenapa kau mau memakan bubur itu jika kau sudah curiga aku menaruh sesuatu di sana?” gumam Hans menggigit bibir bawah memandangi wajah cantik Lianne.

“Luar biasa,”

“Sungguh wanita yang menarik,”

Hans menutup laptop setelah mengatakan deretan kata itu. Tangan kekarnya lantas ia masukkan ke dalam saku celana dan berjalan kembali menuju kamar yang di tempati oleh Lianne.

Ceklek!

Hans membuka pintu kamar dengan gerakan pelan, setelah itu kepala nya menyembul untuk melihat Lianne di dalam kamar tersebut.

Keadaan wanita itu sudah jatuh pingsan tak sadarkan diri membuat Hans kembali tersenyum miring. Kemudian ia memasuki kamar itu dan tak lupa menutup pintu sembari berjalan mendekati Lianne.

Hans berjongkok, lalu tangan dengan urat-urat kentara itu bergerak menyingkirkan rambut Lianne yang menghalangi wajah cantik nya.

“Maaf, aku tidak bermaksud untuk melakukan ini padamu,” gumam Hans secara tiba-tiba.

“Apa kau tidak mengenaliku, Lianne ? Apa kau sudah lupa dengan ku ? Dulu kita sering bersama,” tatapan itu berubah menjadi tatapan sendu. Entah apa maksud dari perkataan nya itu. Hans seolah sudah mengenal Lianne sejak lama.

“Aku mencintaimu .... ” ucap Hans membelai lembut pipi itu. “Aku tidak akan pernah melepaskan mu lagi,” senyum nya seperti orang yang terobsesi.

...▪️◾◼️◾▪️...

“Devan!”

“Iya, Tuan?”

“Persiapkan pesta pernikahan nya hari ini,” perintah Hans menuruni anak tangga dan menghampiri Devan.

“Hari ini? Bukan kah—” belum sempat Devan melanjutkan kalimat nya, Hans sudah lebih dulu memotong dengan cepat.

“Lakukan saja apa yang aku katakan, jangan bertanya dan jangan bersuara, aku sudah malas membalas perkataan bodoh mu itu,” sela Hans berjalan kembali menuju sofa ruang tamu.

Devan menghembuskan nafas kasar, jika saja Hans bukan atasan nya, mungkin sudah sejak lama ia memukul pria itu.