NovelToon NovelToon
Jodoh Tak Terduga : Ketika Gadis SMA Dan CEO Dingin Bersatu

Jodoh Tak Terduga : Ketika Gadis SMA Dan CEO Dingin Bersatu

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Yp_22

•Sinopsis

Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?

Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.

Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.

Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?

Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

"Akh.. Om sakiit.."

"Tahan Viona, sakitnya cuman sebentar."

"Pelan-pelan Om, aw.. sshh"

"Ini juga udah pelan. Tahan ya, bentar lagi selesai. Lama-lama bakal enak kok."

"Cepetan Om.. Sakiit.."

Amora mematung. Sekitar dua menit yang lalu ia berdiri di depan pintu kamar Viona, namun ia tak berani mengetuk pintu ataupun memanggil sang pemilik kamar saat ia mendengar samar-samar suara aneh dari dalam sana.

Ia tak bergerak, terlalu syok mendengar suara yang mengarah pada sesuatu yang... Ah entahlah, dia tak bisa mengungkapkan nya dengan kata-kata.

"Kenapa Mah? Kok lama?."

Alexander yang merasa khawatir karena istrinya tidak segera kembali, akhirnya nya memutuskan untuk menyusulnya ke lantai dua—kamar Viona.

Amora segera menoleh dan menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya, mengisyaratkan untuk Alexander tetap diam.

Alexander yang mengerti, merapatkan bibirnya dan berjalan perlahan lebih dekat dengan Amora.

"Aw... Om, kok masih sakit sih?.."

Alexander menoleh pada Amora dengan spontan saat mendengar suara Viona dari dalam kamar.

Alexander dan Amora saling pandang dengan senyuman mengembang.

"Jangan di ganggu Mah, kita turun lagi aja yuk" bisik Alexander dengan menggandeng tangan istrinya meninggalkan kamar Viona.

Sesampainya di meja makan kembali, semua orang yang tengah menunggu tampak mengernyit heran.

"Loh, pengantin nya mana? Kok cuma berdua?" Tanya Abimana.

Alexander dan Amora tak langsung menjawab, ia lebih memilih duduk terlebih dahulu.

Semua tatapan tetap mengarah pada mereka, menanti jawaban yang tak kunjung mereka berikan.

"Pengantin nya gak bisa di ganggu, lagi ngejalanin misi" ujar Alexander santai.

Semua nya terdiam, mencerna ucapan Alexander.

Nathan yang lebih dulu mengerti segera menerbitkan senyuman usilnya.

"Wah.. semangat banget pengantin baru kita, padahal masih siang. Minimal nunggu yang lain tidur lah.. jangan langsung main kuda-kudaan pas masuk kamar. Baru juga setengah sembilan" gumamnya dengan senyuman yang tak pudar.

Yang lain tersenyum mengerti.

"Maklumi saja, toh kita juga pernah ada di posisi itu. Stamina nya masih membara, jadi pengen langsung gass" ucap Brenda—istri Abimana, kakak Amora.

"Aku belum ngalamin loh bun" Nathan menyela ucapan ibunya.

Semua tersenyum mendengar ucapan Nathan.

"Makanya nikah, biar ngalamin. Umur kamu juga udah pas buat punya istri."

'Nah kan, salah lagi nih gue ngomong nya. Malah gue yang kena mental ini mah.'

Sementara itu, di dalam kamar dengan kelopak mawar yang memenuhi lantai. Viona tampak meringis saat Michael mengurut kakinya yang terkilir.

"Nah, selesai" ucap Michael sambil menurunkan kaki kanan Viona ke kasur.

"Coba gerakan pelan-pelan" lanjutnya memberi instruksi.

Viona memandangi kakinya yang terlihat berkilau bekas minyak urut. Dengan perlahan ia mulai mencoba menggerakkan pergelangan kakinya.

"Wah, Om ternyata jago mijit ya? Kenapa gak buka praktek aja? Kan lumayan dapet duit" ujar Viona dengan tatapan yang tetap mengarah pada pergelangan kakinya yang terus ia gerakkan.

Tanpa berniat membalas ujaran Viona, Michael turun dari ranjang untuk menyimpan minyak urut pada tempatnya kembali.

"Om laper gak?" Viona mengalihkan pandangannya ke arah Michael menunggu jawaban.

"Kamu laper?" Bukannya menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh istrinya, Michael malah balik bertanya dengan nada datar.

"Enggak sih, ogah juga kalo harus turun lagi, masih sakit kakinya" jawab Viona.

Michael mengangguk mengerti dan meraih ponselnya di atas sofa.

"Om Mic laper gak? Kalo laper turun aja gak papa" tanya Viona kembali.

Michael melirik Viona sambil mendudukkan tubuhnya pada sofa.

"Enggak terlalu" jawabnya sambil mulai memainkan ponselnya.

Viona terdiam memikirkan ucapan apa yang akan ia lontarkan selanjutnya. Karena jujur saja, berada dalam satu ruangan dengan lelaki dewasa mampu membuatnya gugup setengah mati. Ya walaupun lelaki itu suami nya sendiri sih, tapi perlu di garis bawahi, mereka menikah karena PERJODOHAN. Inget 'PERJODOHAN.'

Hening menyelimuti keduanya untuk sesaat. Michael tampak sibuk dengan ponsel yanga ada di dalam genggaman nya. Dan Viona yang mencoba menyibukkan dirinya dengan terus menerus memperhatikan kakinya yang keseleo.

'Duh.. Mulai ngantuk nih gue' gumamnya dalam hati saat merasa kelopak matanya mulai terasa berat efek mengantuk.

"Om kalo mau tidur selimutnya di lemari. Kalo mau bantal, ambil aja yang ini" ucap Viona tiba-tiba dengan menunjuk ke arah bantal di sebelahnya.

Michael menghentikan pergerakan jarinya pad layar pipih dalam genggaman nya, ia mengernyit bingung.

"Maksudnya?"

"Ya.. Om kan mau tidur di sofa, jadi pastinya butuh selimut kan?"

"Kata siapa saya akan tidur di sofa?"

"Ya.. ya masa di ranjang?"

"Emang harusnya di ranjang kan? Kita juga udah sah menjadi suami istri. Jadi gak ada salahnya jika kita tidur bersama"

"Apaan.. enggak enggak, gue gak mau. Om tidur di sofa aja, biar gue yang di ranjang"

"Sofanya sempit, gak muat di badan saya. Kalo emang kamu gak mau tidur seranjang sama saya, berarti kamu yang harus ngalah dan tidur di sofa. Lagian badan kamu juga kecil, pasti muat kalo tidur di sofa ini, beda sama saya."

"Enggak ya. Om liat, kaki gue masih sakit.. masa harus tidur di kasur sih? Gak kasian apa?"

"Itu salah kamu. Siapa suruh gak hati-hati."

"Udah ah, berisik. Saya mulai ngantuk, capek, butuh istirahat."

Michael bangkit dari duduknya dan berjalan menuju sisi ranjang yang kosong.

"Ih.. Om, jangan tidur di sini, ini kamar gue. Om cuma tamu di kamar ini, jadi gak boleh tidur di kasur" Viona tantrum. Ia melempar bantal di dekatnya ke arah Michael.

"Kalo begitu, kamu melupakan sesuatu yang penting. Tamu adalah raja, harus di layani dengan sebaik-baiknya" Michael membalas ucapan Viona setelah menangkap bantal yang di lemparkan ke arah nya.

Viona membuka mulutnya hendak mengeluarkan suara, namun kata-kata nya seolah menyangkut di tenggorokan dan tak mau keluar.

Michael segera berbaring di sebelah Viona yang masih duduk memandangi nya dengan tatapan jengkel.

'Ini gimana konsepnya? Kok dia malah ikut molor di sini sih?kan berabe. Gimana kalo gue di grepe-grepe pas tidur? Tapi kalo di suruh tidur si sofa juga kayaknya di gak bakal nurut sih ini.. kalo gue yang ngalah?.. wah enggak dulu deh, gue masih sayang sama badan gue yang bahenol ini. Bisa-bisa ntar encok lagi kalo tidur di sofa'

'Tapi.. masa harus tidur sekasur?'

Viona terus bergumam dalam hatinya dengan memandangi Michael yang menutup matanya dengan lengan, menghalau cahaya lampu yang membuat nya silau.

"Om" panggil Viona.

"Hmm" Michael menjawab tanpa mengubah posisinya.

"Om yakin mau tidur di sini?" Tanya Viona.

"Tidur saya berantakan loh Om. Kalo lagi tidur saya suka nendang-nendang. Ntar gimana kali badan Om ketendang? Mending tidur di sofa aja ya?" Lanjutnya.

"Ngak!" Michael menjawab dengan tegas.

Viona mengerucutkan bibirnya kesal dengan jawaban Michael yang tak sesuai harapan nya.

"Kalo kamu ngotot gak mau tidur seranjang sama saya, kamu yang tidur di sofa. Jangan nyuruh-nyuruh saya" lanjut Michael dengan posisi yang tetap sama.

"Enggak mau tidur di sofa." Ujar Viona dengan lirih.

"Ya udah gak usah ribet. Tidur, saya gak bakal macem-macem."

Viona tampak memikirkan ucapan Michael yang terdengar bersungguh-sungguh.

"Om beneran gak bakal macem-macem kan? Gue gak mau ya.. kalo misalkan Om cari kesempatan dalam ketiduran gue!"

"Hmm."

Viona meraih dua guling dan meletakkan nya di tengah-tengah antara dirinya dan Michael.

Michael yang merasakan sesuatu yang empuk menyentuh sikunya mengernyit. Ia mengangkat lengannya untuk melihat apa yang tengah di lakukan oleh istrinya itu.

"Ngapain?" Tanya nya.

Viona menoleh ke arah wajah Michael yang kini memandanginya dengan tatapan heran.

"Bikin pembatas. Om jangan ngelewatin batas ini, kalo Om ngelewatin batas nya, om bakal dapet hukuman" jawab Viona sambil mulai membaringkan tubuhnya.

"Kalo misalkan kamu yang ngelewatin batas?" Michael bertanya dengan alis terangkat.

"Ya gak mungkin lah. Kan gue yang bikin nih pembatas, jadi gue gak bakalan ngelewatin ini."

Michael tersenyum menyeringai. Ia kembali membaringkan tubuhnya dengan posisi ternyaman menurut nya.

Viona yang merasa kantuk menyerangnya dengan mati-matian, namun ia tidak bisa terlelap dengan lampu uang benderang seperti ini. Ia sudah terbiasa dengan lapu temaram saat malam hari.

"Lampunya belum di matiin Om" ucapnya.

Michael kembali membuka matanya. Ia mendengus, enggan untuk berdebat kembali dengan perempuan yang baru menyandang status sebagai istrinya ini.

Ia beranjak menuju saklar dan mematikan lampu. Membuat ruangan tersebut hanya di terangi oleh lampu tidur dan lilin aroma terapi yang menenangkan.

Viona yang pada dasarnya memang mudah tertidur, akhirnya terlelap tanpa bisa ia cegah. Apalagi lilin aroma terapi yang menenangkan, dan di tambah oleh kelopak mawar yang memenuhi kamar dengan aromanya yang khas semakin membuatnya mudah menyelam ke alam mimpi.

Michael ikut berbaring di sisi kasur yang lain. Saat ia tak lagi mendengar suara Viona, ia mendekatkan wajahnya pada Viona memastikan bahwa gadis itu sudah tertidur.

"Dasar kebo. Baru juga berhenti ngomong, sekarang udah tepar aja" ejeknya.

Ia menjauhkan kembali wajahnya dan berbaring, mencoba untuk menyusul Viona ke alam mimpi.

Namun, setelah beberapa menit berlalu. Michael masih terjaga, ia tak bisa terlelap.

Ia mendudukkan tubuhnya dan mulai membuka baju kaos yang di gunakan oleh nya. Setelah terlepas ia melemparkan kaos tersebut ke sembarang arah.

Michael memang selalu membuka bajunya pada malam hari, risih katanya, kayak ada yang ngiket.

Ia kembali berbaring menghadap langit-langit kamar yang temaram. Menarik selimut hingga menutupi sebatas perutnya. Perlahan matanya tertutup seiring dengan nafasnya yang mulai berhembus dengan teratur.

Michael dan Viona tertidur dalam selimut yang sama. Berbagi ranjang dengan guling yang berada di tengah sebagai pembatas.

Tak perduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang terpenting sekarang, mereka sudah menyelam dalam alam mimpi mereka masing-masing.

1
Chipmunks
Jalan ceritanya bikin penasaran
Aono Morimiya
Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!
Linda Ruiz Owo
Suka sejak awal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!