Elara Calista seorang wanita cantik yang menjadi istri kedua dari Erlangga Lysander pria tampan yang begitu dicintainya. Sayang saja hubungan mereka tidak pernah mendapatkan restu. Membuat rumah tangga mereka sering di landa masalah. Yang dibuat oleh istri pertama Erlangga serta ibu mertuanya yang begitu tidak menyukainya.
Mereka melakukan berbagai cara untuk menghancurkan pernikahan nya. Hingga akhirnya pernikahan Elara dan Erlangga benar benar berada di ujung tanduk.
Apakah Elara harus bertahan atau memilih untuk menyerah?. Dan apakah Erlangga akan membiarkan Elara pergi dari kehidupannya?.
(Jangan lupa yaww bantu folow akun Ig @sya_gelow )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syana Elvania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Lucen
Selama diperjalanan hanya ada keheningan yang diisi oleh suara hujan. Lucen tengah fokus menyetir sesekali melirik wanita disebelah nya yang kembali melamun menatap keluar jendela. 'Apa hobinya melamun.' batin lucen heran lantaran selalu mendapati wanita disebelahnya ini sering kali tiba tiba melamun.
krucuk.. krucuk...
Elara tertegun mendengar suara itu, reflek ia memegang perutnya yang berbunyi. Menunduk dalam ia benar benar malu pada pria disebelah nya jika sampai mendengar nya. 'Aduh ni perut ngga bisa diajak kerjasama.' runtuknya didalam hati.
krucuk.. krucuk...
Lucen menatap sejenak Elara dengan senyum geli ketika suara perut wanita itu kembali berbunyi. "Kamu belum makan sejak kapan?. Hingga cacing diperut mu terus berbunyi." Ledek lucen kembali fokus pada jalan. Dengan senyum geli.
Elara tertegun memaksakan senyumnya. " E-eh, Ma-maaf ya.... Perut aku emang terlalu jujur." Cicit nya benar benar malu. 'mama, malu...' batinnya menggigit bibir bawahnya meruntuki perut nya yang terlalu jujur.
"Hm, santai saja." Ujar Lucen dengan senyum geli, kembali melajukan mobilnya dengan menambah sedikit kecepatan.
Hingga akhirnya mobil lucen sampai dikediaman nya. Rumah mewah dengan dua lantai. Pria itu memarkirkan mobilnya di garasi dan turun dari mobil disusul Elara.
"Ayo masuk." Ajak lucen dan Elara mengikuti nya dari belakang dengan canggung.
Lucen membawa Elara keruang keluarga rumahnya. "Bik...!." Panggil lucen keras agar pembantu dirumahnya itu dapat mendengar panggilan nya. Sebelum akhirnya duduk disofa.
"Duduk lah." Suruh lucen melihat Elara masih diam berdiri.
"Tidak usah baju aku basah nanti sofa kamu basah." Tolak Elara tidak enak hati. Ia juga sadar diri bahwa pakaian nya belum kering.
Tidak berselang lama seorang wanita paruh baya dengan tubuh sedikit gempal. Menghampiri mereka. "Ada apa den." Tanya art itu melirik wanita disebelahnya yang memakai pakaian rumah sakit yang basah ditambah jas dari majikannya. "Ini pacar Aden ya?." Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bik Jum yang membuat dua orang itu menoleh bersamaan dengan terkejut.
"Bukan bik. Dia temanku." Jawab cepat lucen. Agar tidak membuat bik jum yang sudah bekerja bertahun tahun dengannya, itu salah paham.
"Kirain den. Soalnya kan Aden jarang banget bawa wanita kerumah. Jadi bibik kira pacar Aden." Bik Jum tersenyum lembut menatap Elara yang semakin merasa canggung. Elara bahkan menunduk dalam menatap kakinya sendiri.
"Udah jangan dibahas bik. Saya mau minta tolong, siapkan pakaian dan juga kamar tamu untuk nya membersihkan diri serta beristirahat." Pinta lucen menatap sebentar wanita itu.
"Siap atuh aden. Ayo neng bibi anter kekamar tamu."
Elara mengangguk dengan canggung. "Sekali lagi terimakasih sudah mau membantuku." Ucap Elara begitu berterimakasih atas bantuan lucen. Sebelum akhirnya mengikuti art lucen yang mengantarkan nya kekamar tamu.
Ia masuk kedalam kamar tamu yang nampak bersih. Sedangkan bik Jum art lucan itu pergi ke lemari pakaian, mengambil sebuah handuk bersih yang terbungkus plastik. Mengeluarkannya dan memberikan kepada Elara.
"Ini non. Non pergi mandi dulu biar bibi siapin baju sama beresin kamar non, ya." Ujarnya penuh pengertian.
Elara mengangguk. "Makasih, ya. Bik." Ia kemudian berlari kecil masuk kedalam kamar mandi yang sudah tersedia didalam kamar ini. Jujur saja ia sudah menggigil kedinginan dengan pakaian basahnya ini.
Selang berpuluh menit, akhirnya Elara sudah selesai membersihkan diri dan sudah memakai sebuah dress cantik yang di berikan bik Jum padanya. "Sekali lagi makasih ya bik."
"Jangan berterimakasih sama bibi non. Itu dress nya dibeliin Aden. Non jadi tambah cantik." Pujinya tulus. "Kalau begitu ayo non. Den lucen udah nunggu dimeja makan." Ajak bik Jum yang menarik lembut lengan Elara untuk pergi kemeja makan dimana lucen sudah duduk menunggu.
Pria itu menoleh, menyadari kehadiran Elara. Sejenak ia tertegun terpesona oleh kecantikan wanita itu dengan wajah yang tampak lebih Fresh dan dress putih bersih dengan motif bunga yang membalut tubuh rampingnya, serta rambut panjangnya yang tergerai indah.
Membuat pria itu begitu terpukau. Karna selama ini ia selalu melihat penampilan Elara yang cukup berantakan dengan pakaian rumah sakit, wajah pucat pasi seakan tak ada kehidupan lagi didalam nya.
"Den natap nya lama banget." Goda bik Jum yang menyadarkan lucen dari ke terpesonaan nya pada Elara.
Pria itu langsung berdehem dengan canggung. "Duduklah dan kita makan malam bersama." Ujarnya sekedar mengalihkan perhatian. Menatap tajam bik Jum yang malah tersenyum senyum sendiri.
Elara duduk dengan canggung, jelas tak nyaman. Namun coba ia sembunyikan. Pandangan nya menatap berbagai makanan yang tersaji di atas meja dengan ngiler. Apalagi sup iga hangat yang bahkan asapnya masih mengepul pasti sangat lezat dimakan pas hujan hujan.
Lucen tersenyum tipis menyadari tatapan mata Elara. Dengan isyarat tangan dia mengisyaratkan bik Jum untuk menyajikan semangkuk sup iga pada wanita itu dan bik Jum segera menyajikan nya.
"Makan lah, sekalian menghangatkan tubuhmu." Ujar Lucen lembut. Mereka berdua akhirnya makan dalam keheningan yang nyaman, hanya ada suara sendok dan garpu yang saling berdenting dengan piring.
Entah mengapa makan malam kali ini terasa berbeda untuk lucen. Lantaran biasanya ia hanya sendirian duduk di meja makan. Dan kali ini, terasa lebih hangat. Dia tersenyum tipis melihat bagaimana wanita itu dengan lahap menyantap makanan nya.
Mungkin, jika wanita itu belum menikah. Dia sudah mendekati nya. Sayang saja wanita itu sudah berkeluarga. Tapi, yang di heran kan, dia tak pernah melihat suami Elara dan dari sedikit informasi yang didapat nya dari Dania saat dirumah sakit waktu itu jika, rumah tangga Elara tengah renggang. Entah apa yang sudah terjadi pada wanita itu.
Setelah selesai makan Elara disuruh lucen untuk kembali kekamar tamu agar bisa beristirahat dan ia menurut saja. Dengan lelah Elara menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang empuknya. Begitu bersyukur, malam ini dirinya tak jadi lontang Lantung dijalan.
"Tapi... Apa mas Langga mencari ku yah?." Gumamnya teringat suaminya. "Ah sudah lah untuk apa aku memikirkan nya." Ketusnya cemberut. Mencoba menghapus pikiran nya tentang suaminya itu.
Kini yang harus dipikirkan nya adalah kehidupan nya selanjutnya. Ia tak mungkin terus tinggal disini dan terus menyusahkan lucen . Ia harus mencari jalan keluar untuk kedepannya. Mungkin untuk sekarang ia bisa beristirahat sejenak mengembalikan energi nya yang sudah habis. Lalu mencoba mencari pekerjaan.