NovelToon NovelToon
Putri Modern Pembawa Keberuntungan

Putri Modern Pembawa Keberuntungan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno / Ruang Ajaib
Popularitas:78.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Mei Lan, seorang gadis cantik dan berbakat, telah hidup dalam bayang-bayang saudari kembarnya yang selalu menjadi favorit orang tua mereka. Perlakuan pilih kasih ini membuat Mei Lan merasa tidak berharga dan putus asa. Namun, hidupnya berubah drastis ketika dia mengorbankan dirinya dalam sebuah kecelakaan bus untuk menyelamatkan penumpang lain. Bukannya menuju alam baka, Mei Lan malah terlempar ke zaman kuno dan menjadi putri kesayangan di keluarga tersebut.

Di zaman kuno, Mei Lan menemukan kehidupan baru sebagai putri yang disayang. Namun, yang membuatnya terkejut adalah gelang peninggalan kakeknya yang memiliki ruang ajaib. Apa yang akan dilakukan Mei Lan? Yuk kita ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Transmigrasi Dan Ruang Ajaib

Suara tangisan pelan menyayat hati terdengar samar seperti seseorang yang sedang kehilangan harapan.

Kelopak mata Mei Lan perlahan terbuka. Pandangannya buram, lalu mulai jelas. Langit-langit kayu tua, lampu minyak redup, dan suara jangkrik malam semuanya terasa asing.

Ia mengerjap bingung. “Di ... mana ini?” gumamnya pelan.

Ruangan itu sederhana. Dinding dari kayu, atap bocor sedikit di sudut ruangan, tikar jerami di bawah tubuhnya, dan aroma obat herbal menyengat hidung. Suara seseorang tiba-tiba memanggilnya.

“Mei’er!”

Seorang wanita paruh baya dengan rambut setengah beruban dan pakaian lusuh menumpahkan air lalu berlari kecil ke arahnya. Wanita itu langsung memeluknya erat, tubuhnya bergetar menahan tangis.

“Syukurlah … syukurlah kamu bangun, Mei’er Ibu sangat takut kehilanganmu.” Suaranya serak, penuh air mata.

Mei Lan membeku di tempat. Ibu? Siapa wanita ini? Pikirnya.

Tangannya terangkat kaku, tidak tahu harus membalas pelukan itu atau tidak. “M–maaf, Nyonya ....” ucapnya pelan dan bingung, “Anda siapa?”

Wanita itu tersentak. Pelukannya terlepas perlahan. Wajahnya yang penuh keriput menegang, matanya membulat tak percaya. “Kamu … kamu tidak mengenali Ibu?”

Mei Lan mengernyit, hatinya berdetak cepat. Ibu? Perasaan wanita ini bukan ibunya?

Tiba-tiba, rasa sakit menusuk kepalanya. “Ahh!” Ia memegangi pelipis, tubuhnya bergetar. Potongan-potongan ingatan asing membanjiri pikirannya.

Seorang gadis berusia 15 tahun bernama Qing Mei, gadis iti tinggal bersama ibu dan kedua kakaknya. Mereka sering dihina dan dikucilkan oleh orang-orang karena miskin. Dan Mei Lan berakhir meninggal karena jatuh saat mencari kayu bakar di hutan.

Aku bertransmigrasi? batinnya membelalak.

Wanita paruh baya di depannya menatapnya dengan mata memerah. “Nak, kamu Qing Mei, anak Ibu. Apa Mei'er benar-benar lupa pada Ibu?”

“Qing … Mei?” bibir Mei Lan bergumam pelan, nama itu keluar begitu saja.

Tangisan wanita itu pecah. Ia meraih tangan Mei Lan dan menekannya ke pipinya. “Maafkan Ibu … maafkan Ibu, Nak. Ibu tidak punya koin untuk memanggil tabib. Ibu kira … Ibu kira Ibu akan kehilanganmu selamanya.”

Mei Lan terdiam, dadanya terasa sesak. Dalam hidup sebelumnya, ibunya bahkan tak pernah menggenggam tangannya apalagi menangisinya seperti ini. Bahkan terakhir ibunya justru mengusir dan mengutuknya anak pembawa sial.

Langkah kaki terburu-buru terdengar dari luar. Dua pemuda masuk tergesa-gesa pakaian mereka tambal-sulam, wajahnya penuh peluh dan debu jalanan.

“Adik!”

Mereka berlutut di sisi tempat tidur, wajah mereka panik. Pemuda tinggi kurus itu menggenggam tangan Mei Lan. “Syukurlah kau bangun, Kakak pikir ....” Suaranya tercekat.

“Kami benar-benar minta maaf, Mei’er.” Pemuda satunya, lebih besar dan tegap, menunduk dalam-dalam. “Kalau saja kami punya koin untuk beli obat, kau tidak akan begini.”

“Jangan bilang begitu,” sahut Qing Rong sambil menyeka air matanya. “Yang penting Mei’er selamat.”

Mei Lan memandangi mereka bertiga, wanita yang dipanggil Ibu dan dua pria yang memanggilnya adik. Mereka miskin, itu jelas. Tapi dari mata mereka terpancar ketulusan dan kasih sayang yang belum pernah ia rasakan seumur hidup.

Perlahan, air mata menetes di sudut mata Mei Lan.

Qing Rong panik. “Nak, kenapa menangis? Apa kau masih sakit?”

Mei Lan menggeleng kecil. Ia tersenyum untuk pertama kalinya sejak lama, senyum lembut yang membuat ibunya tertegun. “Bukan … aku hanya .…” suaranya bergetar, “senang.”

“Senang?” Qing Wei, sang kakak tertua mengernyit bingung.

Mei Lan mengusap air matanya. “Iya … senang kalian ada di sini.”

Qing Dao, kakak kedua menepuk bahu adiknya dengan hati-hati. “Bodoh. Tentu saja kami di sini. Kita kan keluarga.”

Kata keluarga itu terasa hangat, menembus dinding hati Mei Lan yang selama ini beku.

Ia menatap mereka satu per satu. Kalau ini kesempatan kedua bolehkah aku mempertahankannya? Batinnya.

Qing Rong memeluknya lagi, erat. “Mulai sekarang, semuanya akan baik-baik saja, Mei’er. Ibu janji.”

Mei Lan membalas pelukan itu dengan pelan. Bibirnya bergetar, tapi hatinya terasa hangat untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

“Terima kasih, Ibu,” bisiknya lirih.

“Baiklah, Mei’er, kau baru saja sadar. Sekarang istirahat dulu, ya,” ujar Qing Rong lembut sambil membetulkan selimut di tubuh putrinya.

“Iya, Ibu,” jawab Qing Mei pelan, tersenyum kecil.

“Kami akan siapkan makan malam,” sahut Qing Wei, sang kakak tertua. “Nanti Kakak panggil kalau sudah siap.”

“Adik, istirahatlah. Jangan banyak bergerak dulu,” tambah Qing Dao, sang kakak kedua, sebelum mereka keluar dari kamar.

Pintu kayu tertutup perlahan, meninggalkan kesunyian yang hanya diiringi suara jangkrik dari luar.

Qing Mei menarik napas panjang, menatap langit-langit bambu di atasnya. Semuanya terasa seperti mimpi tapi rasa hangat di dada dan aroma kayu tua membuatnya sadar ini nyata.

“Zaman kuno,” bisiknya pelan. “Aku benar-benar hidup di tubuh orang lain.”

Ia mengangkat tangannya. Di sana, gelang perak peninggalan kakeknya masih melingkar lembut di pergelangan. Entah bagaimana benda itu ikut bersamanya ke dunia ini.

Tiba-tiba cahaya lembut berwarna perak memancar dari gelang itu, berdenyut pelan seperti detak jantung.

Mata Qing Mei membulat. “Apa-apaan ini?”

Cahaya itu makin terang hingga seluruh ruangan tertelan oleh sinarnya. Lalu, seolah ada kekuatan tak terlihat menarik tubuhnya kuat-kuat.

“Aaaaaaa!”

Ia menjerit pelan, tapi suaranya tenggelam dalam pusaran cahaya.

Seketika semuanya gelap. Ketika ia membuka mata, dunia di sekitarnya sudah berbeda.

Qing Mei erdiri di tengah ruangan luas tanpa dinding, langitnya berwarna lembayung, dan udara terasa hangat. Di depan sana terbentang perkebunan hijau, pohon-pohon kecil dengan buah berkilau, serta kolam air jernih yang memantulkan cahaya seperti kristal.

Qing Mei tertegun. “Di mana aku?”

Tiba-tiba suara lembut bergema dari udara.

“Selamat datang, Tuan, di ruang ajaib ini.”

Suara itu dalam dan tenang, namun terdengar seperti berasal dari segala arah.

Qing Mei menoleh ke sekeliling. “Siapa di sana?!”

Dari udara muncul sesosok roh berbentuk kabut biru, perlahan membentuk wajah lelaki muda berpakaian kuno. Sorot matanya ramah namun penuh wibawa.

“Saya Mailong, penjaga ruang ini,” katanya sambil membungkuk hormat. “Saya sudah menunggu Anda selama ribuan tahun.”

“Ribuan tahun?” Qing Mei melangkah mundur setengah langkah, matanya melebar. “Tunggu! Kau bilang menungguku? Tapi aku baru datang ke sini!”

Mailong tersenyum samar. “Benar, Tuan. Tapi takdir sudah lama menuliskan pertemuan ini. Hanya pewaris gelang warisan yang bisa membuka ruang ajaib ini.”

Qing Mei memandangi gelang di tangannya, yang kini berkilau lembut. “Jadi ini semua karena gelang ini?”

“Betul,” jawab Mailong. “Ruang ini adalah warisan dari garis keturunan kuno keluarga Anda. Dulu, kakek Anda pernah membuka sedikit kekuatannya, tapi baru Anda yang berhasil membangkitkannya sepenuhnya.”

Qing Mei teringat ucapan sang kakek sebelum meninggal. "Gelang ini akan bermanfaat untukmu, Nak."

Hatinya bergetar. Jadi ini yang beliau maksud?

“Mailong,” katanya perlahan, “apa sebenarnya fungsi ruang ini?”

Roh penjaga itu menatapnya dengan penuh hormat. “Ruang ini dapat Anda gunakan untuk banyak hal, Tuan. Untuk berlatih, bertani, dan menyimpan barang. Semakin kuat kultivasi dan kekuatan Anda, ruang ini akan semakin luas dan berkembang.”

Qing Mei melongo. “Jadi seperti dunia kecil milikku sendiri?”

“Tepat sekali,” jawab Mailong. “Dan waktu di sini berjalan berbeda dari dunia luar. Satu hari di luar bisa sama dengan satu minggu di sini.”

Mata Qing Mei bersinar. “Kalau begitu aku bisa menanam makanan di sini!”

Mailong tersenyum. “Anda sangat cerdas, Tuan. Di sana,” ia menunjuk ke arah ladang yang kosong, “sudah tersedia beberapa bibit padi, kentang, dan cabai. Anda bisa mulai menanam sekarang. Tanah di sini penuh energi spiritual pertumbuhan tanaman akan sangat cepat.”

Qing Mei menatap ke arah ladang itu, lalu mengangkat lengan bajunya. “Baiklah, mari kita coba.”

Ia menanam dengan hati-hati menyentuh tanah, menabur bibit, menutupnya kembali. Setiap kali jarinya menyentuh tanah, terasa hangat dan hidup, seolah bumi itu menyambutnya.

Mailong memperhatikan dari samping dengan senyum puas. “Benar, seperti itu. Semakin Anda menanam dengan niat baik, semakin subur tempat ini.”

Qing Mei menatap hasil tanamannya dan tersenyum tipis. “Kakek mungkin inilah takdirku.”

Tapi sebelum ia sempat melanjutkan, suara gaduh terdengar samar dari kejauhan. Suara itu seperti suara orang-orang bertarung.

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
sumpah part ini buat saya emosi tingkat dewa Thor kl mereka ada di hadapan saya akan saya jadiin samsak biar mampus 😤😤😤
Miss Typo
semua pasti karna Mei Lin yg pinter bersandiwara, dan keluarga ini emang bodoh selalu memihak pada yg salah, awas kalian menyesal seumur hidup
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
akhirnya ada jg kisah keluarga Mei di zaman modern 👍👍👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
ternyata BESTie nya Mei sama transmigrasi ke zaman kuno ya 😅
Miss Typo
apa akan sedih mendengar Mei Lan kecelakaan, kayaknya sih gak
Miss Typo
Alhamdulillah Mei ketemu kedua sahabatnya, jadi skrg punya teman sahabat dari dunia modern. jadi putri dari jendral juga Kaisar
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
Fransiska Husun
👿👿🤬/Panic//Panic/
Umi Pipin
najis....Gedeg bnget
Chauli Maulidiah
lanjoooooootttt thoorrrr
V
lagi kak lagiii update yang banyak² pokoknya 😤😤😤😤
ratu
maaf tambah lagi Thor 🥺
vj'z tri
persahabatan bagai kepompong merubah ulat menjadi kupu-kupu ahay🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Ariska26
ikut emosi boleh gk si,,pngen ngebantai tu kluarga rasanya
Fransiska Husun: sampe ke ubun2 emosi q
total 1 replies
mama_im
gilaaaaaaa 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
bunda kk
keren
Yuni Alyssa
nanggung Thor lg donk biar ga penasaran 😂😂
Zea Rahmat
gregetannnnnnnnnnn🤬🤬🤬🤬🤬
Zea Rahmat
si peaaaaa🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Nurhayati Nurhayati
bikin penasaran 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!