Lamha yang masih dalam keadaan berduka karena kehilangan bayinya kini dihadapkan dengan keadaan sulit dimana pemilik kontrakan tempatnya menyewa rumah memaksa Lamha untuk segera mendapatkan uang dalam waktu satu malam.
Dan akhirnya takdir membawanya kepada keluarga Graham. Lamha bekerja disana sebagai ibu susu baby A yang juga baru saja kehilangan ibunya. Pada suatu hari Lamha diminta pulang oleh ibunya dikampung, karena akan ada seorang lelaki yang akan mempersunting Lamha. Dengan berat hati Tuan El (Ayah baby A) terpaksa menikahi Lamha agar tetap berada disisi baby A yang sudah sangat ketergantungan kepada Lamha.
"Aku menikahimu karena baby A sangat membutuhkanmu, maka jangan pernah mengharapkan apa-apa dari pernikahan konyol ini." tuan El.
"Aku menikah denganmu ikhlas karena Allah. Jika kita berjodoh dan ditakdirkan bersama maka cinta akan tumbuh dengan sendirinya." Lamha.
Bagaimana kisah perjalan cinta mereka? apakah Lamha berhasil meluluhkan tuan El yang ternyata sudah memiliki kekasih bernama Mia. Ikuti kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRATA_YUDHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Sekufu
Nyonya Grace yang tak sengaja mendengar pertengkaran putra dan menantunya itu mengepalkan tangannya dengan kuat saat mendengar El meninggalkan Lamha dikamar hotel sendirian demi wanita lain. Nyonya Grace sangat kecewa terhadap kelakuan putranya yang sudah keterlauan itu.
Dok dok dok!
"El buka pintunya!" nyonya Grace menggedor keras pintu ruang kerja milik tuan El.
Klek!
Plaakk!
Entah mimpi apa semalam, baru membuka pintu sudah dihadiahi stempel cap lima jari dari mama tercinta. Sungguh malang nasibmu timbangan oleng!
"Kenapa mama menampar El?" tanya tuan El sembari memegangi pipinya yang terasa perih. Bukannya menjawab, mama Grace menyelonong masuk kedalam ruang kerja itu.
"Siapa wanita itu?" tanya mama Grace tanpa basa-basi.
"Wanita? wanita siapa?" tanya tuan El bingung.
"Tidak usah berpura-pura bodoh! siapa wanita yang kau temui semalam yang membuat kamu meninggalkan Lamha sendirian?!" tanya mama Grace dengan keras.
"Cih! dasar pengadu!" ucap tuan El pelan, namun nyonya Grace masih dapat mendengarnya.
"Lamha tidak mengadu, tidak! justru sebaliknya, dia menutupi kelakuan bejatmu dari mama!" ucap mama Grace.
"Sekarang katakan siapa wanita itu?" tanya mama Grace mata melotot.
"Mia" jawab tuan El dengan jujur.
"Mia? apa Mia adiknya Patricia?" tanya mama Grace memastikan.
"Ya. Selama El di Paris, El menjalin hubungan dengannya hingga sekarang" jawab tuan El.
"Putuskan hubunganmu dengan wanita itu!" titah mama Grace.
"Tidak ma! setelah aku dan Lamha bercerai, kami akan segera menikah" ucap tuan El.
"Apa kamu sudah gila ingin menjadikan wanita jal*ng itu menjadi istrimu?" ucap mama Grace.
"Mia bukan jal*ng ma, Mia wanita baik-baik!" ucap tuan El tak terima.
"Sampai kapanpun mama tidak akan setuju, dan jangan harap mama menerimanya dirumah ini" ancam mama Grace.
"Aku bukan anak kecil yang suka diatur-atur!" ucap tuan El keras kepala.
"Lalu kenapa kamu menikahi Lamha jika sudah punya kekasih, ini tidak adil bagi Lamha, kau sudah mengagalkan pernikahannya dengan calon suaminya dikampung, dan tidak lama kau akan mencampakkannya begitu saja, apa kamu tidak punya otak!? mama malu sekali memiliki seorang putra yang berkelakuan bejat sepertimu!" ucap mama Grace mengeluarkan emosi dan amarahnya.
"Aku melakukan semua ini demi baby A ma, jangan mama fikir hanya Lamha yang tersiksa, aku juga tersiksa karena harus menikahi wanita yang tidak selevel dengan ku! aku mempertaruhkan harga diriku dengan menikahi wanita miskin sepertinya!" ucap tuan El.
Prang!!!
Tiba-tiba terdengar bunyi pecahan kaca dari balik pintu. Mama Grace dan tuan El segera memeriksanya. Ternyata Lamha sudah ada disana sedang membersihkan pecahan gelas kaca yang berserakan. Ya, tadinya Lamha ingin memberikan secangkir teh hangat untuk suaminya, karena Lamha merasa bersalah sudah membuat tuan El tersinggung dengan ucapannya sehingga dia marah besar. Tapi ternyata saat didepan ruang kerja tuan El, Lamha mendengar semua percakapan antara ibu dan anak itu yang langsung membuat hatinya terasa ditusuk belati tajam bertubi-tubi. Lamha kini sadar posisinya, Lamha tahu seperti apa dia dimata tuan El.
"Lamha, sudah biarkan Giyem saja yang membersikannya. Lihatlah tanganmu sampai berdarah" ucap mama Grace. Lamha tak bergeming dan terus membersihkan pecahan beling itu hingga benar-benar bersih. Dan setelah itu membawanya kembali kedapur.
"Maaf tuan, nyonya, saya tidak sengaja menjatuhkannya" ucap Lamha dengan suara bergetar. Lalu melangkah pergi membawa serpihan gelas itu. Sedangkan tuan El, entah kenapa dia merasakan sakit melihat mata Lamha yang berkaca-kaca saat tak sengaja memandanganya. Ditambah suaranya yang bergetar menandakan wanita itu tengah menangis walau terhalang cadar, El bisa melihatnya. Apa Lamha sudah mendengar ucapannya? atau dia menangis karena jarinya terkena pecahan beling? kenapa hatinya merasa gusar? kenapa dia merasa bersalah dan juga sesak?
El berlari mencari kotak P3K dikamarnya, setelah itu mencari Lamha di dapur namun tak menemukannya. Dia bulak balik mencari Lamha kesetiap sudut ruangan namun tetap saja tak menemukan keberadaan wanita itu. Dan saat menoleh kearah taman belakang, akhirnya dia menemukan sosok yang dicarinya.
"Kalau luka diobatin, jangan hanya dipandang, mana bisa sembuh" ucap El sembari menyerahkan kotak P3K itu. Lamha menoleh sekilas lalu kembali menunduk.
"Saya boleh duduk disampingmu?" tanya tuan El. Lamha bergeser memberi jarak yang luamayan jauh, namun tetap tak bersuara. Entah kenapa dadanya terasa begitu sesak dan juga tak ingin berbicara pada lelaki yang berstatus suaminya itu.
El yang melihat darah terus menetes dari jarinya Lamha, langsung menyentuh dan meraih tangan Lamha untuk diobati. Lamha terkejut dan menarik tangannya yang digenggam oleh tuan El, namun El menggenggamnya dengan kuat membuat Lamha pasrah tak bisa menolak membiarkan tuan El mengobati luka dijarinya.
Lamha membuang pandangannya kearah lain. Dia berusaha sekuat mungkin untuk tak menangis. Sedangkan El sendiri masih fokus memberi betadin dan membalut jari Lamha dengan perban. El melihat luka itu cukup dalam, tapi anehnya Lamha tetap tenang dan tak mengaduh kesakitan.
"Sudah" ucap tuan El, lalu melepas tangan Lamha dari genggamannya.
"Apa kamu tidak ingin mengucapkan terimakasih?" tanya tuan El yang merasa sedikit kesal karena Lamha hanya diam saja.
"Aku paling tidak suka didiamkan oleh orang yang sedang aku ajak bicara!" kini nadanya mulai tegas. Bukannya menjawab ucapan tuan El, Lamha malah berdiri dan beranjak pergi dari situ.
"Lamha!" bentak tuan El yang kini naik pitam. El tidak suka Lamha mendiamkannya, dan meninggalkannya begitu saja, El merasa harga dirinya sudah diinjak-injak oleh wanita itu. Lamha tak menggubris dan malah mempercepat langkahnya.
🍁🍁🍁🍁🍁