NovelToon NovelToon
ALVANA

ALVANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: aufalifa

"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja

🍃🍃🍃

Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.

Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?

🍃🍃🍃

"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rencana dan keputusan

Di dalam apartemen, Alvan bagaikan pangeran yang selalu patuh tentang apa yang diperintahkan Baginda ratu yakni, Herlin. Sedangkan anak buah alvan seketika menjadi prajurit yang diperintah sana-sini.

"Alvan."

"Iya?"

"Bunda ada uang tabungan yang mungkin cukup buat kamu jadikan mahar untuk nak Ana. Juga cukup untuk modal kalian nanti setelah menikah." Ujar Herlin yang jelas ditolak mentah oleh Alvan

Alvan menggeleng, ia memperhatikan berkas penting meliputi sertifikat tanah rumah Yono dan sertifikat tanah perusahaan yang dikelola Yono.

"Yono dipenjara dengan masa lima puluh tahun, sedangkan Erik tengah menjadi buronan polisi. Kemarin Alvan langsung menyewa pengacara dan hasilnya sudah ada di tangan Alvan. Sebagian harta Yono di atas namakan bunda. Alvan memilih perusahaan Yono yang di atas namakan bunda karena kita nanti bisa langsung kelola. Sedangkan rumah dan tanah lainnya jatuh pada Erik. Berhubung Erik masih jadi buronan, Alvan dan bunda berhak mengelola harta Yono." Balas Alvan menjelaskan

Herlin menggeleng. "Tidak sayang, bunda tidak mau sedikitpun mengambil kekuasaan Yono. Meski bunda bukanlah orang yang mengerti agama, bunda tahu jika pekerjaannya tidaklah halal. Yono dan anggota sekelompoknya telah memperdagangkan manusia ke luar negeri. Mengapa bunda tidak dijual? Karena bunda sudah berumur dan organ bunda tidak semuanya berfungsi. Alhasil bunda yang dijadikan kepuasan mereka."

Kedua tangan Alvan mengepal. Meski Yono sudah ada di dalam sel, Alvan masih belum puas jika Yono hanya dipenjara. Tetapi, Alvan juga harus memaklumi keputusan Herlin. Karena semua juga demi kebaikannya dan juga masa depannya dengan Ana.

"Lebih baik tabungan bunda untuk biaya berobat bunda. Sisanya biar Alvan tambahi. Alfan memang pengangguran, tetapi alvan mempunyai hasil dari ke gabutan yang alvan buat."

Herlin menganga tak percaya. "Kegabutan?"

Alvan mengangguk. "Iya. setiap malam Alvan sama teman-teman Alvan patroli malam dengan keliling kota. Dan di setiap malam itu selalu ada begal kalau nggak ya maling. Rata-rata yang dibegal sama yang di malingi orang-orang kaya. Setelah Alvan selamatkan orang tersebut, Alvan sama teman-teman Alvan dikasih uang segepok." terang alvan membuat Herlin tersenyum hangat

"Kalau bunda minta kamu nikahin Ana besok mau?" Pertanyaan Herlin yang berhasil mengundang godaan dan cibiran dari teman-teman Alvan

"Gasslah, Al."

"Kalau Alvan nikahi Ana besok, belum tentu Ana nya siap, bunda. Yang ada kalau Alvan ngebet minta nikah, Ana nggak suka dan berakhir alvan sama Ana nggak jadi nikah." Balas alvan selembut mungkin

"Nanti malam kita ke rumahnya. Lamar nak Ana sekaligus acara tunangan kalian. Sekarang kamu keluar dan cari cincin untuk pertunangan kalian nanti malam." Final Herlin tak menerima bantahan.

Dengan sisa kepasrahan, Alvan pun mengangguk dan mengiyakan perintah ibundanya tanpa ada sedikitpun bantahan. Alvan langsung masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap, sedangkan semua anak buah Alvan seketika jadi narasumber bagi Herlin yang terus bertanya-tanya tentang Alvan selama herlin tak di samping putranya.

"Selama beberapa tahun ini, Alvan ada pernah berbuat yang tidak tidak?" Tanya Herlin

"Alvan selama beberapa tahun ini baik kok, Tan. Cuma ya itu, kalau lagi emosi suka nggak dikontrol, bahkan dulu Alvan sering berantem." Balas Arden

"Lalu apalagi? Bunda nggak yakin kalau cuma itu."

"Jujur nih ya, Tan. Alvan tuh curang kalau masalah uang. Setiap kita kita dikasih uang segepok, semuanya pasti kembali pada Alvan. Tapi, setiap hari Alvan nggak pernah telat untuk mengisi rekening kita. Padahal kalau dihitung jasanya, alvanlah yang menolong. Kita-kita cuma disuruh ngepung sama jaga-jaga. Selebihnya semua ditanggung Alvan." sambung Kenzie ikut menjawab

"Alvan juga pernah sampai ditawari sebagai pimpinan polres tapi, Alvan menolak. Alvan itu maunya menolong orang baik, bukan menangkap orang jahat. Kira-kira begitu katanya." Noval ikut menjawab

Herlin mengangguk mengerti serta memperlihatkan senyum hangatnya. Merasa lega ketika putra satu-satunya ternyata tidak berperilaku buruk seperti suami yang menjual istrinya.

Herlin membungkukkan badannya, membuat semua teman-teman Alvan langsung merapat ke arah Herlin.

"Bunda boleh minta tolong sama kalian?" Tanya Herlin

"Apa tan?" Tanya Arden mewakili semuanya

"Tolong carikan alvan pekerjaan tetap. Bunda tidak mau Alvan menjadi pengangguran setelah menikah nantinya." balas Herlin

Semua tersenyum manis ke arah Herlin. Arden yang di dekat Herlin langsung mengeluarkan ponselnya, menunjukkan sebuah foto bangunan besar yang belum sepenuhnya jadi.

"Ini foto bangunan yang Alvan bangun beberapa tahun lalu dari hasil kerja keras Alvan untuk membangun perusahaan. Perusahaan yang nantinya akan mengelola pertambangan. Dan perusahaan Alvan adalah cabang kedua perusahaannya Om Riyad yang meminta  Alvan untuk bekerja sama."

Herlin tersenyum penuh haru ketika putranya yang bisa se mandiri itu. Dilihatnya Alvan yang baru keluar dari kamar, putranya yang tampan rupawan itu sudah sangat rapi.

"Kalau  gitu Alvan pamit bunda. Hm, bunda mu nitip sesuatu nggak? Biar sekalian nanti Alvan beliin buat bunda." Ujar Alvan

"Nggak perlu. Bunda lagi nggak mau apa-apa."

"Beneran?"

"Kita nggak ditawari, boss?" Tanya Kenzie

"Nggak." Balas Alvan tanpa menatap

"Buruan Alvan. Nanti takut kesorean dan malamnya kita nggak jadi."

"Alvan pamit, assalamualaikum." Pamit Alvan dengan mencium punggung tangan Herlin

"Hati-hati,   sayang."

Alvan mengangguk, ia segera berjalan keluar. Baru juga membuka pintu, Alvan langsung bertatapan dengan Ulya yang hendak mengetok pintu.

"Ulya?"

"Hai. Hm, llo mau keluar ya?" Tanya Ulya dengan senyum mengembang

"Iya. Lo kalau mau masuk, masuk aja

Gue ada urusan bentar." Balas Alvan tanpa ekspresi

"Gue cewek sendiri dong?"

"Bukannya biasanya juga begitu?"

"Hehehe, iya juga ya. Yaudah deh, gue nggak papa nih berarti masuk ke apartemen lo?"

"Hm."

"Oke, gue masuk."

"Sekalian,  jagain bunda gue dulu."

"Siap!!"

🍃🍃🍃

Ulya menatap Alvan dengan sorot penuh kecewa. Ulya udah berusaha mencuri perhatian Alvan berkali-kali tetapi, tak ada sedetik pun respon dari lelaki itu. Ulya telah dibutakan cinta dan Alvan telah mengunci rapat perasaannya.

Mau benci pada Ana, tetapi Ulya sadar bahwa rasa bencinya tidak akan mengubah segalanya. Alvan dan Ana akan tetap bersama meski seheboh apapun Ulya mencoba untuk memisah.

Hari ini, Alvan dan Herlin akan berangkat ke rumah Ahmad untuk menseriusi niatnya. Ini yang paling Ulya tak sukai ketika berteman dengan lawan jenis. Selalu ada yang terjebak permasalahan perasaan.

"Nak Ulya mau ikut atau gimana? Bukannya kamu juga temannya nak Ana?" Tanya Herlin dengan ramahnya

Ulya menunjukkan cengiran terpaksa nya. "Nggak deh Soalnya tugas kuliah Ulya numpuk."

"Yaudah, sekalian pulang sama Bunda yuk. Rumah kamu dekat dengan nak Ana kan?

"Nggak deh, Ulya nanti biar diantar Arden. Sekalian sama anak lainnya yang mau latihan." Balas ulya dengan menyenggol lengan Arden tanda mengkode lelaki itu

"Eh, iya. Ulya nanti biar sama saya, tan."

"Yaudah, Bunda sama Alvan pamit. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah melihat kepergian Herlin dan Alvan, Air mata Ulya berhasil menetes dari sudut matanya. Membuat yang lain saling menatap dengan penuh tanda tanya.

"Gue harap, setelah ini lo nggak benci sama Ana." Ujar Arden

"Ya nggak bakal lah "Sahut Ulya cepat

"Ya kali, biasanya kan cewek emang gitu. Yang salah siapa yang dilabrak siapa."

🍃🍃🍃

Entah kenapa baru kali ini Alvan merasa sangat grogi di depan Ahmad. Segala ketakutan hadir pada Alvan.

"Kalau Abah Ahmad pandang fisik, pandang Alvan aja jangan bunda. Soalnya bunda udah berumur, kalau Alvan kan masih tampan." Ujar Alvan dengan konyolnya.

Ahmad tertawa melihat Kekonyolan Alvan. Tak habis pikir pada Alvan yang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

"Sudah ada pekerjaan tetap, rnak Alvan?" Tanya Ahmad mengawali obrolan seriusnya.

"Alhamdulillah. Lagi proses mengurus pertambangan, Bah." Balas Alvan dengan sopannya. Membuat Ahmad tersenyum lega.

"Agama?"

Pertanyaan Ahmad kali ini membuat Alvan tegang . "Insyaallah Alvan akan mulai belajar untuk itu. Jika Abah Ahmad bersedia mengajari saya, saya akan lebih bersyukur. Jika tidak, saya akan berguru pada yang lain." Balasnya.

Ahmad menatap manik Alvan, mencoba mencari letak keseriusan Alvan. "Saya mencari menantu yang Siap membimbing putri saya. Meski Ana nanti lulusan pesantren, dia akan tetap membutuhkan bimbingan tambahan dari suaminya."

Ucapan Ahmad terlihat meragukannya. Namun, ia teringat obrolan Ana dan bundanya kemarin. "Dalam hubungan sepasang pasti ada istilah bersyukur dan juga bersabar. Jika Alvan bersyukur mendapatkan Ana, insyaallah Ana akan bersabar menghadapi Alvan dan siap menanti perubahan Alvan. Sabab, dalam hubungan itu harus saling melengkapi satu sama lain. kira-kira Seperti itu ucapan Ana kala hari itu."

"Saya belum sepenuhnya yakin dengan kamu. Tetapi, jika keputusan Ana meyakinkan, hal itu bisa saya pertimbangan. Ana belum pernah mengenal laki-laki lebih dari seorang guru dan sepupu sepupunya. Jika dia nanti menerimamu, itu berarti sudah keputusan matangnya." Balas Ahmad membuat Alvan menjadi digantungkan.

Alvan mengangguk asal, ia yakin kalau hasil dari keputusan Ana nanti akan memperpesta jantung dan juga hatinya.

"Panggil Ana suruh dia tur-"

"Assalamualaikum." Ucap Ana dengan sopannya. Ana mendekat kearah Herlin, Meraih tangan kanan Herin untuk ia cium punggung tangannya. Setelahnya Ana langsung duduk disebelah Ida, tepat berhadapan dengan Alvan.

"Wa'alaikumsalam"

"Ana, kedatangan nak Alvan bersama ibundanya kesini karena mau melamar kamu. Semua tengah menunggu keputusanmu sekarang. Keputusanmu gimana?"

Ana tersenyum mendengar pertanyaan Ahmad "Ana tidak bisa menjamin jika masih mau menunggu Ana."

"Kami hanya butuh jawaban dan kepastian kamu nak, Ana." Balas Herlin mewakili

"Iya." Balas Ana terlihat tenang tanpa berpikir dulu

"Kamu yakin, nak?" Tanya Herlin

"Bismillah yakin."

"Kalau bunda minta kamu sama Alvan nikah besok gimana?" Tanya Herlin

Ana tersedak. Padahal Ana tidak makan ataupun minum tetapi bisa tersedak. Spontan Ana langsung meneguk minuman  yang ada di depannya. Sedangkan Alvan melotot melihat Ana meneguk minumannya, spontan ia memegang mulutnya. "Njir, Ana minum air bekas gue. Fix, emang istri Sholehah gue. Batinnya

Ana yang Sadar akan kelakuannya langsung bingung gelagapan campur malu "Eh kok?!"

Sedangkan semuanya langsung tertawa melihat kelakuan Ana yang cukup dibilang tidak sopan. Berhubung calon suami sendiri, jadinya ngak papa. Ahmad menggeleng mendapati kelakuan putrinya

"Pasti ini kebiasaan di pesantren." Ujarnya dengan mengusap puncak kepala Ana lembut. Ana hanya membalas dengan senyum malu-malu.

"Maaf ya. Bentar aku ganti yang baru." Ujar Ana membuat Alvan tercandu- candu akan suara Ana.

Begitu Ana hendak beranjak dari duduknya, Alvan langsung menghentikannya. "Tidak perlu, gue hm maksud gue eh aku nggak terlalu haus kok."

"Nak Alvan memangnya siap jika menikah tanpa persiapan? Tanya Ahmad

"Belum, Bah. Tetapi, jika tidak bisa menikah besok, Alvan takut ketika Ana nanti mempertimbangkan pilihannya saat tiba di pesantren

"Maaf. Ana lupa menyampaikan. Ana menerima lamaran Alvan dengan syarat Ana menyelesaikan pendidikan di pesantren. Baru setelahnya insyaallah Ana siap menikah." Ujar Ana dengan pandangan menunduk

"Sayang, gimana kalau nikahnya tetap besok dan kamu boleh melanjutkan pendidikan di pesantren. Sekalian biar Alvan juga belajar agama?" Tanya Herlin mencoba usul

"Tapi-"

"Bunda cuma takut kalau sampai bunda tidak bisa melihat pernikahan kalian." sahut Herlin

"Tidak apa-apa, na. Abah juga setuju jika kamu tetap lanjut meski sudah menikah. Dan Alvan biar belajar sama Abah." ujar Ahmad

Ana menghembuskan nafas kepasrahannya. "Ana nurut. Bisakah kalau menikahnya besoknya lagi. sekalian biar Ana mempersiapkan diri?"

"Tentu boleh dong. sekalian besok fitting baju."

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!