Sekian lama Rion menderita karena selalu saja kerasukan setiap saat, mau itu siang atau pun malam maka setan terus saja merusak tubuh anak laki laki ini. bahkan Rion sampai berpikir untuk bunuh diri saja, sangking lelah nya dengan hidup yang selalu di rasuki setan.
Namun seorang wanita bernama Purnama berjuang keras untuk membuang setan yang ada di tubuh Rion, dia tidak sendirian karena ada adik nya juga yang membantu.
Mampu kah Purnama membuang iblis di tubuh Rion?
Atau justru Purnama malah gagal dan Rion harus meninggal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Kemalangan Dian
Kleteeek.
"Apa itu?" Manda yang sedang rebahan bersama dengan Lipa jadi kaget.
Suara cicak saja bisa membuat Manda jadi parno karena sekarang memang ia tidak bisa duduk tenang karena kepikiran dengan apa saja yang bersangkutan dengan Rion, takut bila mendadak saja pemuda itu datang dan mengambil bayi milik dia untuk di hisap darah nya sampai habis.
"Hanya cicak saja, hahhhh semoga tidak ada apa apa." batin Manda.
Manda menarik nafas lega karena memang tadi hanya cicak saja dan karena dia memiliki ketakutan yang sangat besar sehingga mendengar suara seperti itu sudah membuat jantung seakan mau lepas, bahkan Lipa tidak pernah dia letakkan Karena bila terjadi sesuatu maka anda berpikir untuk segera berlari bersama sang bayi.
Keadaan di rumah Manda sedikit lebih aman karena dia memang sudah mengunci seluruh pintu dan juga jendela sehingga tidak ada yang bisa masuk ke dalam rumah, Surya juga berkata bahwa dia tidak akan lama karena takut meninggalkan istri sendirian bersama dengan bayi yang baru saja di lahirkan.
Mungkin tidak ada tragedi seperti itu maka pastinya dia tidak akan memiliki kecemasan yang begitu tinggi tentang keadaan yang ada di rumah, namun apa daya karena suasana memang sangat genting dan tidak bisa di anggap remeh sehingga tidak bisa untuk bersikap santai atau meremehkan begitu saja, yang menjadi taruhan bukan hanya harta tapi juga nyawa.
Sedangkan saat ini di rumah Dian terlihat terasa mencekam juga karena dia merasa ada seseorang yang berjalan di bawah rumah panggung ini, rumah keluarga Dian dan juga Beni memiliki gaya panggung yang bagian bawah tersimpan banyak barang yaitu bisa di sebut sebagai gudang.
Namun ini terasa aneh karena bagian gudang sana begitu berisik seolah ada seseorang yang sedang mencari sesuatu, Dian perlahan berjalan untuk memastikan apakah memang ada orang atau itu hanya suara yang tidak penting karena rasa takut yang timbul di dalam hati sehingga segala sesuatu yang terdengar pelan saja malah terasa begitu kencang dan berisik.
"Apa ada yang sedang mencuri sesuatu?" Dian berusaha mengintip dari celah papan yang ada di lantai.
"Hah apa itu?!" Ibu muda ini tersentak kaget karena melihat bayangan seseorang yang berlari cepat di bawah gudang rumah nya.
Glodaaaak.
"Oeeeeek, Oeeeeek."
"Anak ku!" Dian segera masuk kembali ke dalam kamar karena mendengar suara anak yang sedang menangis.
"Oeeeeek, Oeeeeeek!"
"AAAAAGHHHH!"
"Heheeeee.....
"Jangan, Rion! tolong letakan anak ku sekarang, jangan lakukan itu pada anak ku." hiba Dian panik bukan main.
"Heheeeeee...aku akan segera bebas." Rion tersenyum menyeringai.
"Ku mohon taruh kembali anak ku, tolong lah." Dian menangis gemetar.
Jendela kamar terbuka lebar sehingga mungkin saja Rion masuk lewat sana dan pemuda yang sedang kerasukan ini sudah menggendong anak dari Dian, keinginannya untuk mendapatkan darah bagi akan segera terpenuhi karena sekarang menemukan kesempatan yang sangat tepat untuk membawa kabur bagi tersebut.
Dian memang tidak mengunci jendela kamar karena dia berpikir tidak bisa juga Rion naik ke atas ini karena rumah mereka yang panggung, di tambah lagi anaknya terus saja menangis karena kepanasan sehingga dia memutuskan untuk membuka jendela saja agar ada udara yang masuk ke dalam kamar sehingga terasa lega.
Namun apa daya Karena sekarang justru malah petaka yang datang di hidupnya, ini sedang tidak ada orang di dekat sini kecuali para wanita yang memiliki bayi karena mereka tidak bisa pergi melayat di tempat Ustad Toni. bagian para pria tentu saja belum ada yang pulang karena mereka baru pergi sekitar lima belas menit yang lalu, bahkan mungkin saja ada sebagian yang akan ikut menguburkan ustad tersebut.
Wuuussssh.
"TIDAAAAAAK, KEMBALIKAN BAYI KU!" Dian histeris dan keluar dari rumah untuk mengejar Rion.
"Heheheeee....Heheeeee...." Rion terus saja tertawa karena dia merasa bahagia.
"TOLOOOOOONG, TOLONG BAYI KU DI BAWA KABUR RION!" jerit Dian panik dan juga ketakutan.
"Siapa pun tolong anak ku, anak ku di bawa Rion!" Dian sangat panik ini sekarang.
"Apa?!" Manda yang ada di dalam rumah juga ikut kaget mendengar teriakan dari mulut Dian.
"Siapa pun tolong bantu lah aku, Rion membawa anak ku." isak Dian lemas seolah tidak punya tulang.
Manda yang mendengar itu semua dari dalam rumah hanya berani terduduk dan memeluk Lipa dengan erat karena dia juga takut nanti akan mengalami hal yang serupa seperti Dian, bukan karena dia tidak kasihan karena tidak bisa keluar dari rumah tapi karena memang Manda pun merasa tidak bisa menolong kesusahan yang sedang Dian alami.
"Ya Allah maafkan lah aku, aku tidak boleh keluar." Manda juga berdegup kencang mendengar tangisan Dian.
"Anak ku, Ya Allah anak ku!" Dian masih saja menjerit dan sekarang harus mencari Beni di rumah ustad Toni.
"Cepat pergi ke rumah Ustad Toni dan minta tolong kepada mereka semua agar mencari anak mu sekarang juga!" Manda tidak tahan dan akhirnya membuka pintu agar Dian menemukan kesadaran.
"Huhuhuuu anak ku, tolong anak ku ya Allah." Dian berjalan sempoyongan menuju rumah Ustad Toni.
"Semoga anak mu masih selamat, Dian." Manda juga kasihan karena dia membayangkan bila ada di posisi Dian saat ini.
"Kenapa harus anak ku? kenapa kau curi anak ku, Rion!" isak Dian sambil berlari agar segera sampai di rumah Ustad Toni.
"Kasihan sekali dia, tolong lindungi lah Haikal dari tangan Rion." Manda juga berdoa untuk keselamatan anak Dian yang sekarang pasti sudah dibawa oleh Rian menuju ke suatu tempat.
Membayangkan saja perasaan Manda sudah tidak karuan karena dia takut akan mengalami hal serupa dan pasti itu sangat menyakitkan bagi orang tua yang memiliki bayi, ini nanti entah bagaimana karena pasti akan terjadi kehebohan besar setelah Rian berhasil menculik bayi yang selama ini memang selalu dia inginkan untuk kesempurnaan atau kekuatan diri.
Keringat dingin membasahi tubuh Manda karena dia sangat cemas dan juga mulai ketakutan membayangkan bagaimana Rion akan membunuh Haikal, mungkin itu juga yang saat ini sedang dipikirkan oleh Dian karena tadi terlihat Dian sudah begitu lemah dan tidak sanggup untuk berlari namun masih di paksa saja karena dia harus memberitahu sang suami.
"Ya Allah kenapa terasa jauh sekali rumah Ustad Toni bila sedang susah seperti ini?" Dian kembali mengeluh karena rumah ustad Toni memang terasa begitu jauh.
"Bang Beni, Abaaaaaang!" Dian menjerit agar suara dia bisa terdengar sekarang.
"ABAAAAAANG ANAK KITA DI CULIK RION!" Dian sampai serak karena berteriak.
Namun karena rumah ustad Toni melantunkan surah Yasin sehingga sudah pasti berisik dan tidak bisa mendengar suara Dian yang sangat serak itu, mereka semua sedang sibuk mengurus pemandian karena Ustad Toni akan segera di makamkan hari ini juga agar tidak menunggu terlalu lama dan nanti takutnya malah malam datang.
Beni sendiri sedang sibuk mengurus kain kafan yang sudah di sediakan karena dia memang selama ini sering membantu orang yang meninggal seperti itu, tidak tahu bahwa sang istri sekarang tengah berusaha untuk mendatangi dia untuk minta tolong bahwa sang anak telah di culik oleh Rion yang di rasuki oleh iblis jahat bernama Zahra yang tidak lain adalah anak Purnama sang ratu ular
Selamat siang besti, jangan lupa like dan komen nya.
Zahira sudah tenang dna ikhlas saja masih di ganggu..
maunya apa sih dia...
darah iblisnya bener3 tiada tanding...
semiga Purnam abisa mengambil langkah yangg tepat agar tidak merugikan semua pihak...
Zidan berilah kekuatan dan semangat ke Purnama untuk melawan kebathilan....
dia xucu adi...bukan anakmu...🥲🥲🥲🥲