NovelToon NovelToon
Bringing Back My Ex Wife

Bringing Back My Ex Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:39.7k
Nilai: 5
Nama Author: moon

WARNING❗

CERITA INI BUAT YANG MAU-MAU SAJA.

TIDAK WAJIB BACA JUGA BILA TAK SUKA.

⚠️⚠️⚠️

Setelah hampir satu tahun menjalani pernikahan, Leon baru tahu jika selama ini sang istri tak pernah menginginkan hadirnya anak diantara mereka.

Pilihan Agnes untuk childfree membuat hubungannya dengan sang suami semakin renggang dari hari ke hari.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Debby, sahabat Leon yang sekian lama menaruh rasa yang tak biasa pada Leon.

Badai perpisahan pun tak bisa mereka hindari.

Tapi, bagaimana jika beberapa tahun kemudian, semesta membuat mereka kembali berada di bawah langit yang sama?

Bagaimana reaksi Leon ketika tahu bahwa setelah berpisah dari istrinya, Leon tak hanya bergelar duda, tapi juga seorang ayah?

Sementara keadaan tak lagi sama seperti dulu.

"Tega kamu menyembunyikan keberadaan anakku, Nes." -Leonardo Alexander-

"Aku tak pernah bermaksud menyembunyikannya, tapi ... " -Leony Agnes-

"Mom, where's my dad?" -Alvaro Xzander-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Leon Dan Al

#25

“Makan yang banyak, biar nanti tidak lekas lelah saat bermain,” tutur Leon, Agar Al menghabiskan buah mangga sebagai menu sarapannya. 

Leon tersenyum senang, akhirnya Bunda Emira memiliki teman dengan selera sarapan yang sama. 

“Okay, Uncle.” Al mengacungkan jempolnya. 

“Al, nanti di taman hiburan, dengar apa kata Uncle dan Mommy, ya?”

“Iya, Oma. Lagipula Al kan anak baik,” ucap Al bangga. 

“Oh, iya. Kenapa Oma bisa lupa, ya?” 

Tak lama kemudian Agnes juga bergabung di meja makan, wanita itu memakai celana jeans serta blouse lengan panjang dengan motif garis vertikal berwarna merah muda. Rambutnya digulung menggunakan jepit rambut, menampilkan kesan santai sesuai kesehariannya yang hanya berada di dapur toko dan melayani pembeli yang datang. 

Setelah sarapan usai tiga orang itu pun pamit meninggalkan rumah. 

“Bye, Oma.” 

“Bye, Al, selamat bersenang-senang.” Dari depan pintu Mama Wina melambai ke arah cucu, anak, dan mantan menantunya. 

Wanita itu menghembuskan nafas perlahan, berdoa dan berharap, ada jalan terbaik untuk mereka bertiga. Jika memang Agnes sudah tak berjodoh dengan Leon, semoga Al bisa lega menerima keputusan kedua orang tuanya. 

“Uncle, boleh Al duduk di depan?” pinta Al, memupuskan harapan Leon yang ingin duduk bersebelahan dengan Agnes. 

“Baiklah, tapi jangan lupa pakai seatbelt-nya, ya,” jawab Leon pasrah. 

“Ok.”

Suasana terasa sangat canggung, dan terlalu senyap bagi Agnes yang lebih banyak diam. Hanya terdengar celotehan Al dan suara Leon yang menanggapi setiap omongan Al. Sedangkan Agnes lebih banyak diam, tanpa ikut menimpali obrolan dua orang tersebut. 

“Uncle, kenapa gak ajak Mayra?” 

“Tidak bisa, karena sedang ada tamu di rumahnya.”

“Tamu siapa?” tanya Al sok tahu. 

“Eyangnya dari Yogya.” 

“Ooww, kalau aku gak punya eyang, adanya Oma, hehehe,”

“Kamu punya eyang, Nak. Hanya belum pernah bertemu,” gumam Leon dalam hati, sedih rasanya karena hingga di usia ini Al belum mengenal kedua eyang-nya. 

Leon melirik Agnes melalui kaca spion, sejak perdebatan mereka beberapa saat yang lalu, Agnes tak bicara sama sekali. Dan kini hanya diam menatap keluar jendela. 

“Eyang dari Yogya itu, orang tua siapa? Bunda atau ayahnya?”

“Dari Bundanya.” 

Al manggut-manggut, “Al juga punya eyang dari daddy, kan?”

“Entah, daddy Al terlalu sibuk, jadi nggak sempat mengenalkan Al dengan Eyang,” cetus Al singkat. 

“Daddy pasti datang, kok. Al tunggu saja,” kata Leon, berharap Al berubah pikiran. 

“Biarkan saja, daddy tak datang pun tak masalah, Al masih punya Mommy, dan Uncle Rama. Al gak butuh Daddy, karena daddy juga gak butuh Al. Mungkin karena Al merepotkan?” 

Leon meringis dengan kedua mata berkaca-kaca, kalimat yang tercetus dari bibir mungil Al, benar-benar menampar dirinya. Harapan ingin segera dipanggil dengan sebutan daddy kini semakin besar. 

Kembali pria itu melirik Agnes dari kaca spion, berharap wanita itu membantunya mengatakan apa saja, yang membuat Al mengerti alasan daddy tak kunjung datang menemui dirinya. 

Namun kedua mata Agnes terpejam, entah wanita itu benar-benar tidur, atau hanya berpura-pura saja. 

“Tidak, anak sepintar Al, mana mungkin merepotkan. Atau begini saja, nanti jika daddy datang Al minta saja semua yang Al mau,” usul Leon. 

Al mengerutkan kedua alisnya, membuat wajah bocah itu semakin mirip dengan Ayah Juna. 

“Masa? Tapi Mommy bilang, untuk mendapatkan sesuatu yang sangat kita inginkan, kita harus belajar dan berusaha untuk mewujudkannya. Bukan berharap pada yang tak pasti, apalagi meminta-minta.” 

Leon kembali terdiam, bangga sekaligus bingung harus menanggapi ucapan putranya. Jiwa Agnes benar-benar tertanam dalam diri Al, pantang berharap apalagi meminta-minta. Jika menginginkan sesuatu, maka belajar dan berusahalah untuk mewujudkannya. 

“Maaf, Uncle malah mengajarimu melakukan hal yang salah,” ucap Leon, sambil mengulurkan tangannya untuk tos dengan Al. 

“Nggak papa, Uncle. Salah boleh, tapi jangan terulang lagi.”

“Kalau terulang lagi?” 

“Itu bodoh, namanya.”

Keduanya tergelak, diam-diam Agnes tersenyum bahagia. Karena Al mengingat semua nasehat dan ucapannya, ketika berada di titik terendah, Agnes pernah merasa putus asa, lelah, kasihan pada Mamanya yang pontang-panting bekerja untuk menyambung hidup mereka. 

Hingga terpaksa datang dan meminta uang pada papanya, namun, yang ia dapatkan hanya rasa kecewa dan penghinaan dari ibu tirinya. 

Tak ingin Al merasakan kecewa seperti dirinya di masa lalu, Agnes pun memberi Al banyak nasehat, wejangan agar Al tak mudah meminta-minta. Tak hanya pada Rama, yang saat itu bukan siapa-siapa bagi Agnes. Tapi juga pada semua orang yang berlabel keluarga Al. 

•••

Taman hiburan mulai ramai oleh pengunjung yang rata-rata keluarga lengkap dengan anak mereka, pasangan muda, dan juga para remaja yang sedang hengkang dengan kawan sebaya. 

“Ayo, beli tiket dulu,” ajak Leon, tentu pada Agnes dan Al. 

“Uncle, nanti mau naik itu.” Al menunjuk kereta gantung yang melintas di atas mereka. 

Leon tersenyum mengangguk, sementara pandangannya tertuju pada seorang ayah yang tampak mesra menggendong anak laki-lakinya di atas pundak. Rupanya Al pun melihat hal itu, “Al mau digendong begitu?”

Wajah Al berbinar, “Bolehkah,Uncle?”

“Boleh, dong.” Leon pun mengangkat tubuh Al, kemudian membuat bocah itu duduk nyaman di atas pundaknya. 

Namun, sebelum itu Leon melakukan hal yang membuat Agnes cukup terkejut. Pria itu menyerahkan ponsel, dan dompetnya. Reflek Agnes mundur, “Aku minta tolong, bawakan barang-barangku.” 

“Tapi, ponselmu? Bagaimana bila ada telepon?” tanya Agnes kikuk. 

“Aku sudah memastikan bahwa hari ini tak ada hal penting yang akan mengganggu,” jawab Leon santai, kemudian memutar posisi topi baseball yang dipakainya. 

“Waaahh, Dari sini aku bisa melihat semua!” teriak Al. 

“Kamu, suka?”

“Suka sekali! Lihat di sana ada badut, Uncle! Ayo, ke sana!” teriak Al tak sabar. 

“Kita beli tiket dulu,” jawab Leon tenang, sambil masuk ke baris antrian yang lumayan panjang. 

“Mom, aku mau minum,” pinta Al. 

“iya, tunggu di sini, Mommy belikan.” 

“Nes!” seru Leon ketika Agnes berbalik. 

“Iya?” 

“Pakai uangku,” perintahnya. 

“Tapi—”

“Tak ada tapi, aku yang mengajak kalian, jadi aku tak mau kamu mengeluarkan uang sepeser pun!” 

Tak ingin ribut di tempat umum, Agnes pun mengiyakan permintaan mantan suaminya. 

Ketika menunggu antrian kasir, Agnes pun terpaksa membuka dompet Leon, rupanya pria itu sudah menyiapkan uang tunai untuk berjaga-jaga. Diam-diam Agnes kepo memeriksa apa saja isi dompet mantan suaminya. 

Tak ada yang istimewa, selain uang  hanya beberapa kartu debit dan kredit, serta kartu identitas. Selembar foto pun tak ada. 

Ketika kembali menutup dompet, ponsel Leon berdering, darah Agnes berdesir ketika melihat siapa orang yang menelepon mantan suaminya. Debby. 

Namun Agnes tak selancang itu, hingga ingin menjawab, atau me-reject panggilan. Jadi Agnes hanya diam melihat layar ponsel, hingga panggilan berakhir dengan sendirinya. 

Beberapa saat kemudian, sebuah pesan masuk. 

📥 I've got my tickets to Indonesia. Call me when you're free.

(Aku sudah mendapatkan tiket ke Indonesia. Telepon aku saat kamu tak sibuk lagi.) 

###

Sumbu kompor mulai dinyalakan, ayo, mau gercep, atau mau gemes-gemesan terus?! 

Mbak Demit mau cari perkara gaes 🥴

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
jujur aja Nes 😔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
Dih ada ulet bulu 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
didikan yg bagus 👍🏻
Bunda Idza
salahnya ngomong nya mbuletttt aja
DozkyCrazy
up lagi donk kak
Rahmawati
lanjuttt
Rahmawati
hayo leon, pengen liat gimana sikapmu ke Agnes setelah debby datang
Gita mujiati
👍👍bagus ceritanya menarik
Lovita BM
sumbunya lsg dicelupin Aer ajah, biar kapok sekalian, ngrusak rumah tangga orang, memisahkan anak ayah 😡
Arieee
selama Mak lampir Debby masih menempel kayak lintah jangan harap bisa sama Agnes, si Leon lemot😡😡😡😡😡😡😡
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Cindy
lanjut kak
Nar Sih
😭😭kak moon kok di gantung lgi
moon: kan, naik kereta gantung, kak. 👻
total 1 replies
Dewi Yanti
jagan mau nerima leon lg agnes selama dia msh saja tdk peka sprt itu, nnt hanya akan terluka lg
Fa Yun
yah habis
Nar Sih
demit deby dtg pasti mslh akan dtg juga🤣
DozkyCrazy
goood anak cerdass
DozkyCrazy
jlebbb🔫🔫
DozkyCrazy
pakeeein dunk uncle Daddy wkwkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!