George Zionathan. Pria muda yang berusia 27 tahun itu, di kenal sebagai pemuda lemah, cacat dan tidak berguna.
Namun siapa sangka jika orang yang mereka anggap tidak berguna itu adalah ketua salah satu organisasi terbesar di New York. Black wolf adalah nama klan George, dia menjalani dua peran sekaligus, menjadi ketua klan dan CEO di perusahaan Ayahnya.
George menutup diri dan tidak ingin melakukan kencan buta yang sering kali Arsen siapkan. Alasannya George sudah memiliki gadis yang di cintai.
Hidup dalam penyesalan memanglah tidak mudah, George pernah membuat seseorang gadis masuk ke Rumah Sakit Jiwa hanya untuk memenuhi permintaan Nayara, gadis yang dia cintai.
Nafla Alexandria, 20 tahun. Putri Sah dari keluarga Alexandria. Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa di paksa menjadi pengganti kakaknya menikah dengan putra sulung Arsen Zionathan.
George tetap menikahi Nafla meskipun tahu wanita itu gila, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masalalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 IGTG
“Nafla.. kau.. kau... " Naraya terbata-bata kala beberapa kali dia hendak melayangkan tamparan dan beberapa kali juga Nafla menangkisnya lalu membalas tamparan itu lebih kuat.
Plakk
Plakk
Naraya memerangi pipinya yang terasa panas, perempuan yang biasa sangat mudah dia tindas, sekarang dengan mudah melawannya. Bahkan tatapan mata itu terlihat mengerikan.
“Nafla, jika George tau kau menamparku, kau akan mendapatkan masalah dan mungkin akan kembali ke rumah sakit jiwa." Ancam Naraya dengan mata yang terus waspada.
Nafla menyeringai kecil, dia tetap melangkah maju, sebelah tangannya memegang vas bunga dan Naraya terus berjalan mundur.
Tidak ada sepatah kata yang terucap dari mulut Nafla, diamnya seakan menahan gejolak yang membara dalam jiwanya.
Naraya menoleh ke kanan dan kiri, mencari keberadaan George, pria itu meninggalkan keduanya sebab ada sekertarisnya datang untuk membicarakan urusan kantor.
Awalnya Naraya ingin menggunakan kesempatan itu untuk menindas Nafla, tapi siapa sangka, perempuan yang dia anggap gila dan tidak berdaya itu, melawanya.
Praang!!
“Awwhhhh!!!" Jeritan kesakitan Naraya menggema di ruang keluarga bersamaan dengan itu George muncul bersama dengan sang sekertaris.
Nafla melompat-lompat kecil kegirangan sembari bertepuk tangan seakan yang baru saja dia lakukan adalah sebuah pencapaian yang harus di apresiasi.
“George!! aku pukul.. Pukul.." Serunya menghampiri sang suami.
George tersenyum tipis, matanya melihat kearah Naraya yang tidak sadarkan diri, mungkin sangking kuatnya pukulan Vas bunga itu.
“Kemarilah!" George menepuk pahanya, meminta Nafla untuk duduk. Dengan senang hati perempuan itu mendaratkan bokongnya di paha sang suami.
George meraih tangan istrinya, melihat dengan teliti apakah ada yang terluka, hanya sedikit kemerahan dan George membiarkan kecupan singkat.
“Pintar, kau harus memukul siapapun yang menyakitimu, aku akan melindungimu." Ucapnya lagi sembari tersenyum.
Nafla mengangguk. “Termasuk kamu? aku boleh membunuhmu?" Celetuknya, sedikit memiringkan kepalanya sembari menunjukkan deretan gigi putihnya.
George tidak langsung menjawab sampai beberapa detik kemudian barulah dia menganggukkan kepalanya. “Kau boleh membunuhku, tetapi tidak sekarang, karena kau masih membutuhkan perlindunganku." Nafla langsung melingkarkan kedua tangannya di leher George.
Pria yang duduk di kursi roda itu memberikan kode pada sekertarisnya agar segera pergi dan meminta anak buahnya untuk mengurus Naraya.
Setelah beberapa saat kemudian.
“Kau sudah bangun?"
Naraya meringis sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit.
“George, lihat kepalaku terluka karena perempuan gila itu, dia sangat berbahaya, kalau kamu tidak mau membalasnya untukku, aku akan melaporkannya pada polisi." Ancamnya.
George mengut-mangut pelan. “Sejak kapan Orang gila bisa dipidanakan?" Pria tersebut menaikan sebelah alisnya.
“Kalau begitu kau harus memberinya pelajaran, aku tidak suka melihatnya begitu dekat denganmu, menciummu sesukanya, bukannya kau sudah berjanji akan membalas semua penderitaanku selama ini?" Naraya berucap dengan berapi-api.
“Apa yang harus aku lakukan?" Tanya George santai, namun tatapan mata itu terlihat sangat datar.
“Kembalikan dia kerumah sakit jiwa dan kita lanjutkan pernikahan yang sempat tertunda.' Pintanya memelas.
“Ok!.. Sekarang kau istirahat, aku harus menyelesaikan pekerjaanku."
Naraya menggelengkan kepalanya. “Aku ingin kau menemaniku malam ini."
“Aku harus memikirkan cara, bagaimana membuat Nafla kembali ke rumah sakit jiwa, kalau tidak, Daddy ku akan curiga." Jelasnya. Dan mau tidak mau, Naraya membiarkan George pergi.
George keluar dari lift dan melanjukan kursi rodanya, ketika melewati kamar Nafla dia berhenti sejenak dan ingin masuk, namun pintu terkunci.
Pria itu menakutkan kedua alisnya, “Nafla!" Panggilannya sambil mengetuk pintu beberapa kali.
Tidak ada jawaban sampai beberapa menit kemudian, salah satu maid datang menghampiri. “Nyonya sepertinya sudah tidur, Tuan." Ucapnya.
“Tidur?" Ulang George, maid itu menganggukkan kepalanya.
Bukan masalah tidurnya, tetapi sejak kapan Nafla tidur pintu kamarnya di kunci?
“Ambil kunci cadangannya." Titah George.
Maid tersebut segera turun dan mengambil kunci cadangan kepada kepala Maid. tidak butuh waktu lama, kepala Maid datang membawa kuncinya.
“Tuan" George menganggukkan kepalanya, maid tersebut segera membuka pintu kamar Nafla.
Setelah pintu terbuka, hal pertama yang mereka lihat hanya kegelapan dan pintu balkon yang terbuka.
“Astaga Nafla.. cepat lihat jangan sampai dia loncat dari balkon!" Titah George, mereka bertiga masuk dengan salah satu maid berlari menuju kearah balkon.
Blaamm
Terdengar suara pintu tertutup membuat mereka menghentikan pergerakan, diam mematung, tidak ada satupun yang bergerak.
Baru kali ini George merasa gugup dan merinding, tidak mungkinkan kamar mewah yang di tempati oleh Nafla berhantu? lagi pula di jaman modern seperti ini hantu gabut mana yang mau menakutinya.
Tangan George sudah siap untuk menarik sesuatu dari balik punggungnya. Dan dalam hitungan ketiga dia akan siap..
“Aahhhhhhhhwwwww!!...." Suara teriakan Nafla terdengar begitu nyaring bersamaan dengan George menodongkan senjatanya.
Cepat, kepala maid menyalakan lampu kamar Nafla. Kedua maid itu melebarkan matanya.
“Tutup mata kalian!!" Titah George dan segera menyimpan kembali pistolnya, dia cukup terkejut melihat penampilan istrinya.
Setelah dua maid itu keluar, Nafla tidak mendekati suaminya, malah naik keatas ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.
“Nafla, kemarilah, biarkan aku melihatmu." Pintanya dengan lembut, namun Nafla tetap menolak.
George bukan orang yang suka membujuk dan melemah lembut, tetapi pada Nafla dia bisa mengubah dirinya, sungguh perempuan gila yang mengobrak-abrik prinsip George.
Tok
Tok
“Tuan!!" Max mengetuk pintu membuat George urung untuk naik keatas ranjang.
George menghela nafas berat. “Baiklah, kalau kamu tidak ingin aku melihatmu, patutlah, sekarang kamu istirahat, besok aku akan mengajakmu jalan-jalan."
Setelah mengatakan itu, George keluar dari kamar Nafla. Mereka memang tidak satu kamar, bukan George yang tidak mau, tetapi istrinyalah yang berpindah-pindah kamar. Dan ini salah satu kamar favorit Nafla.
“Ada apa?" Tanya nya ketika mereka sudah sampai di ruang kerja.
Max sedikit membungkukkan badanya. “Tuan, baru saja saya menerima kabar, jika rumah sakit jiwa tempat Nyonya Nafla dulu, telah habis terbakar."
Seketika mata George langsung membulat. “Bagaimana mungkin, siapa yang melakukannya?" Max menoleh pada rekannya yang seperti bayangan itu.
“Maafkan saya Tuan, beberapa anak buah kita juga terbunuh olehnya, sebelum sempat melarikan diri, kami sempat bertarung dan kita sama-sama mendapatkan luka." Timpal pria yang berdiri di dekat Max.
George tidak menjawab. Jika pengawal bayangan itu sampai terluka, tentunya pelakunya ahli bela diri. tetapi siapa yang melakukan itu dan apa tujuannya sampai membakar rumah sakit jiwa?
“Bagaimana dengan orang-orang yang ada di dalam sana?" Tanya George, tentunya akan banyak korban jika sampai semua terbakar.
“Mereka selamat, Tuan, hanya saja.. " pria itu menggantung kalimatnya.
“Katakan!" titah George penasaran.
gk pnts jd ank
puas kau... kau tendag perut ny brkali"... laki kau...
tlg psh kn merk
kalau aku jadi nafia aku si ogah balik lagi ke orang yg plin plan
ud aq tebak dy gk gila cp" kau nara