NovelToon NovelToon
Object Of Desires

Object Of Desires

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Pengantin Pengganti / Romansa / Kaya Raya
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Elin Rhenore

Takdir kejam menuntutnya menjadi pengantin pengganti demi menebus sebuah kesalahan keluarga. Dan yang lebih menyakitkan, ia harus menikah dengan musuh bebuyutannya sendiri: Rendra Adiatmaharaja, pengacara ambisius yang berkali-kali menjadi lawannya di meja hijau. Terjebak dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan, Vanya dipaksa menyerahkan kebebasan yang selama ini ia perjuangkan. Bisakah ia menemukan jalan keluar dari sangkar emas Rendra? Ataukah kebencian yang tumbuh di antara mereka perlahan berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elin Rhenore, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

IT FIT BUT IT'S NOT MEANT TO BE

Sebuah tamparan keras melayang ke wajah tampan Rendra, seorang berperawakan sedang dengan jambang di dagunya terlihat sangat arogan meski umurnya jauh di bawah Rendra. Rendra bergeming di tempatnya, nyalinya sangat besar meski ia harus menahan diri karena dipermalukan sedemikian rupa oleh pria konglomerat di hadapannya ini.

"Aku memerkerjakanmu bukan untuk hal bodoh semacam ini!" raungnya. Dia adalah Albert Ankara, mantan suami Vallencia. Pria yang mendapatkan hak asuh atas anak-anak hasil pernikahannya dengan sang mantan istri. Salah satu calon pewaris Group Ankara yang terkenal.

"Kita masih bisa melakukan negosiasi, Pak."

"Aku tidak mau bernegosiasi dengan jalang itu." Albert Ankara dengan arogan.

"Melihat bukti yang diserahkan ke pengadilan, akan sulit untuk mempertahankan hak asuh anak-anak." Rendra masih berusaha untuk membujuk.

"Darimana jalang itu mendapatkan bukti-bukti itu?" geram Albert.

Bukti yang dimaksud oleh Rendra berupa bukti yang ia simpan selama ini, ada laporan hasil pemeriksaan psikiatri. Dalam laporan itu jelas tertulis bahwa Albert sedang melakukan terapi karena kecanduan alkohol dan sifat abusivenya. Tak hanya itu, ada pula bukti-buktinya melakukan kekerasan terhadap orang-orang di sekitarnya. Bukti yang akan langsung menggugurkan Albert sebagai pemegang hak asuh atas anaknya.

"Itu tidak penting," ujar Rendra. Terpaksa ia mengatakan omong kosong ini karena ingin melindungi seseorang yang telah mencuri bukti itu darinya. Bukti-bukti tersebut hanya tersimpan di cloud komputernya. Tidak heran jika orang itu bisa membuka akses ke cloudnya karena kata sandinya yang sesederhana tanggal kematian Abhimanyu.

"Yang terpenting saat ini adalah memikirkan cara untuk menyelesaikan ini lebih cepat."

"Apa usulanmu hanya negosiasi? Aku tidak mau membagi anak-anakku dengan jalang itu," ucap Albert.

"Itu adalah satu-satunya cara. Daripada kehilangan seluruh hak asuh, kita bisa melakukan negosiasi." Rendra berbalik ke mejanya lalu duduk di sana. Memperhatikan Albert dengan seksama, sebenarnya Rendra sendiri merasa bahwa Albert-lah yang tak pantas mengurusi anak-anaknya.

Pria itu, tidak memiliki kewarasan, kecanduan narkoba dan selalu melakukan tindakan yang agresif. Anak-anak tidak bisa tumbuh di lingkungan itu. Lebih baik mereka bersama dengan Ibunya, meski Vallencia juga mendapatkan terapi dari psikiater, tapi terlihat dari sikapnya, perempuan itu tidak akan menyeret anak-anaknya ke dalam kubangan lumpur.

"Atur pertemuan dengan mereka. Aku ingin tahu apa yang diinginkan jalang itu, kenapa dia terus mengusik hidupku!" Albert langsung pergi setelah mengatakan itu diikuti oleh sekertarisnya.

Kepergian Albert membuat Shouta yang sedari tadi mengamati akhirnya melangkah mendekat pada Rendra. Sungguh ia merasa iba kepada Rendra karena mendapatkan perlakukan memalukan dari Albert seperti itu.

"Saya akan atur pertemuan dengan pihak mereka, bang."

"Iya, tolong lakukan itu."

"Tapi, bang ...." Shouta belum ingin pergi karena dirinya sendiri pun merasa penasaran dengan apa yang terjadi. Bukti-bukti baru yang diajukan ini benar-benar membuatnya terkejut, mereka sudah berusaha menutupinya sedemikian rupa tapi masih bisa bocor.

"Ada apa lagi?" tanya Rendra agak kesal.

"Bagaimana bukti-bukti itu bisa bocor?"

"Tidak perlu memikirkannya, sekarang kamu pikirkan surat permohonan dan bantahan untuk dikirim ke pengadilan." Kini Rendra terdengar lebih kesal dan ini membuat keadaan semakin aneh. Rendra tidak pernah sekesal itu. Melihat mood Rendra yang sedang tidak baik akhirnya Shouta memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan tersebut dan melakukan tugasnya.

Setelah Shouta pergi dari ruangannya, Rendra mengambil ponsel yang terletak di atas mejanya. Ia mengirimkan pesan kepada istrinya, ia lupa memberitahu Vanya jika hari ini ibunya memintanya untuk melakukan fitting baju pengantin.

**

Vanya membolak-balikkan katalog dari designer baju pengantinnya, di hadapannya sang ibu mertua juga sedang menggulir-gulir layar ponselnya—entah apa yang dilihatnya. Mereka sedang menunggu seseorang lagi untuk melakukan fitting baju. Mereka sudah menunggu sepuluh menit lamanya dan orang itu juga muncul.

"Selagi menunggu anak itu, sebaiknya kamu coba fitting baju kamu dulu, Nak." Dewisari memberikan saran kepada Vanya.

"Apa tidak masalah, Bu?" ini pertama kalinya bagi Vanya melakukan fitting baju seperti ini. sehingga dirinya tidak tahu harus melakukan apa.

"Tidak masalah, Nak. Sebentar ...." Tak lama kemudian, Dewisari memanggil seseorang yang ia sebut 'Danny'. Pria tinggi dengan rambut yang memiliki semburat abu-abu itu datang kepada mereka. Danny adalah designer langganan Dewisari.

"Ya, Dewi ... bagaimana? Mau fitting sekarang atau nunggu Rendra?"

"Sekarang ajalah, kalo nunggu Rendra bisa lumutan." Dewisari pun beralih pada menantunya. "Ayo, Nak. Coba baju kamu dulu ya."

"Iya, bu."

Vanya menurut saja, ia mengikuti Danny menuju ke ruang fitting. Dibantu dengan pegawainya yang perempuan, Vanya mengenakan gaun pengantinnya.

Tak berselang lama setelah Vanya masuk ke dalam ruang fitting, sosok yang ditunggu kehadirannya itu akhirnya menampakkan batang hidungnya. Setelah memberikan kecupan ringan di pipi ibunya, ia duduk di samping sang ibu.

"Vanya lagi coba bajunya, bu?" tanya Rendra. Ia menyesuaikan dirinya dengan menyandarkan punggungnya santai di sofa.

"Iya, nunggu kamu kelamaan."

"Maaf ya, bu. Pekerjaan saya sedikit banyak hari ini. Ibu dan Vanya sudah makan siang?" tanya Rendra untuk mengalihkan perhatian sang ibu.

"Belum sih, rencananya nanti mau makan siang sama kamu sekalian."

"Baiklah, aku pesankan restorannya sekarang ya?"

"Ibu sudah pesan restoran, tenang aja. Sekarang tugas kamu di sini fitting baju dengan santai."

"Baiklah kalau begitu."

Rendra nyaris saja meraih katalog di ujung meja, namun suara gesekan pintu membuat gerakannya terhenti. Pandangannya otomatis beralih, dan saat itu pula udara di ruangan seperti berhenti berputar.

Vanya berdiri di sana, langkahnya keluar dari ruang fitting begitu anggun, tubuhnya terbalut gaun pengantin berwarna champagne yang jatuh lembut mengikuti lekuk tubuhnya. Cahaya lampu kristal di atas memantul pada kain berkilau halus itu, seolah menyalakan aura yang membuat seluruh ruangan merunduk memberi tempat hanya untuknya.

Rendra menelan ludah, dadanya bergetar hebat seakan setiap helaan napas Vanya menyeret denyut jantungnya semakin kacau. Tatapannya tak bisa beralih, matanya terkunci pada sosok perempuan itu—Istri yang dia nikahi dengan cara tidak pantas.

Di antara detik yang terasa panjang itu, ada sesuatu yang mengalir sebuah pemujaan diam-diam. Bukan sekadar kekaguman pada keelokan rupa istrinya, melainkan perasaan tak terbendung pada kehadiran Vanya yang seolah menjadi pusat semesta miliknya. Jemari Rendra yang tadi hendak menyentuh katalog kini mengepal kaku, karena tubuhnya tak sanggup mengimbangi gejolak hatinya.

Ia merasa dirinya seperti lelaki yang baru pertama kali melihat cinta dalam wujud paling murni—indah, rapuh, sekaligus menyiksa.

"Istri kamu cantik ya?"

Suara Dewisuri menggugah lamunan Rendra. Hingga pria itu langsung mengedipkan pandangannya. Menghilangkan jejak-jejak pemujaan di wajahnya. Apa jadinya jika ibunya tahu dirinya sangat memuja perempuan yang saat ini sedang mengenakan gaun pengantin itu.

Tapi ternyata Dewisuri bukan seseorang yang mudah dikelabuhi, ia tahu putranya memiliki cinta yang mendalam untuk sang menantu. Semua terlihat jelas dari sorot matanya yang penuh pemujaan dan gesture kecil tubuhnya. Aura seseorang yang jatuh cinta itu tidak bisa dibohongi.

"Ehm ...."

"Gimana, Mas?" tanya Vanya tiba-tiba. Rendra agak terkejut karena Vanya yang begitu dingin kepadanya akhir-akhir ini memberikan tanya untuknya lebih dulu.

Rendra berusaha untuk duduk dengan benar, ia melihat sekali lagi keindahan di hadapannya itu. Rasanya sangat sayang untuk melewatkannya, selagi bisa menikmatinya ia tidak akan ragu-ragu.

"Lumayan," balas Rendra sekenanya.

"Lumayan saja?" pekik Dewisuri tak terima dengan penilaian sang anak.

"Kata lumayan dari mulut Rendra itu berarti luar biasa, aku sudah hafal dengan sifat kakunya itu," seloroh Danny. Designer pilihan sang ibu itu adalah langganan keluarga, hampir semua pakaian di keluarga Adiatmaharaja adalah buatan Danny. Begitu juga dengan milik Rendra.

"Kurasa dia hanya malu mengutarakan maksud hatinya, anak ini ... kenapa bodoh sekali dalam urusan seperti ini," gerutu Dewisuri.

"Baiklah, kita coba kebayanya ya. Sekalian deh Rendra juga coba bajunya," usul Danny.

Acara fitting baju itu berjalan cukup lama karena ada beberapa penyesuaian dengan pakaiannya. Setelah selesai melakukan fitting mereka pun pergi untuk makan siang di restoran yang sudah dipesan oleh Dewisari.

Selama perjalanan itu, Dewisari merasakan ada ketegangan aneh di antara anak dan menantunya ini. Sebagai seseorang yang sudah hidup enam puluh tahun dan tiga puluh tujuh tahun menjadi seorang ibu, ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres di sekitarnya apalagi terkait sebuah hubungan rumah tangga. Namun, Dewisari menahan dirinya untuk tidak bertanya sampai mereka tiba di restoran dan memesan makanan.

"Kalian sedang bertengkar?"

"Uhukk." Rendra tersedak minumannya mendengar pertanyaan Sang Ibu.

"Tidak, bu," jawab Vanya dengan lembut. "Saya dan mas Rendra tidak bertengkar, kok."

"Jangan berbohong, Nak. Aku bisa merasakannya. Sepanjang jalan kalian berdua saling diam, aura orang yang sedang dalam masalah itu tidak bisa ditutupi."

"Vanya marah kepada saya, hanya pertengkaran suami istri yang wajar, bu. Jadi Ibu tidak perlu khawatir."

"Kamu kalau ada buat salah jangan gengsi untuk meminta maaf, Rendra." Dewisuri menasehati, sebuah nasehat yang seolah-olah langsung ke inti permasalahan yang dihadapi oleh sepasang suami istri ini.

"Iya, pasti, Ibu." Rendra berusaha untuk menenangkan ibunya. Sementara Vanya enggan mendengarkan bualan Rendra karena nyatanya kata maaf yang terucap dari mulut Rendra adalah permintaan maaf yang entah apa alasannya. Saat pria itu melakukan kesalahan dengan menyabotase kasusnya, tak ada kata maaf yang keluar dari bibirnya sekali saja.

"Vanya juga ... memberikan ruang maaf seluas mungkin adalah tugas istri, Nak."

"Iya, saya akan ingat nasehat ibu, terima kasih." Meski dirinya menerima nasehat Dewisuri rasanya tetap menyesakkan. Ia hanya butuh kata maaf dari Rendra tapi pria itu tak memberikannya. Lantas apa yang bisa ia lakukan? Bersikap seolah tidak ada yang terjadi?

"Jangan biarkan masalah kalian berlarut-larut, tidak baik. Nak." Dewisuri menarik tangan Rendra dan Vanya lalu ia satukan di bawah genggaman tangannya sendiri.

Pandangan mata Vanya tertuju pada kehangatan yang bergelung di atas meja itu, kehangatan ini rasanya sangat menenangkan, rasanya sangat sesuai dengan keinginan hatinya—mendapatkan kehangatan. Namun, seiring dengan perasaan itu ada yang mengganjal dalam hatinya. Memang sesuai dan terasa sempurna tapi kenapa rasanya seperti tidak di ditakdirkan untuknya?

...*Bersambung*...

...OBJECT OF DESIRES | 2025 ...

1
👣Sandaria🦋
baca satu bab, Kakak. asik nih cerita pengacara saling bakutikam di ruang sidang, kemudian saling bakugoyang di ranjang👍😆
Elin Rhenore: terima kasih kakak /Hey/
total 1 replies
d_midah
selain cantik, yang aku bayangin pipinya yang gemoy☺️☺️🤭
Tulisan_nic
sidangnya siaran langsung apa gimana Thor?
Elin Rhenore: sidangnya siaran langsung, karena sifatnya terbuka untuk umum.
total 1 replies
Tulisan_nic
Baca bab 1 udah keren banget,aku paling suka cerita lawyer² begini.Lanjut ah
Elin Rhenore: terima kasih yaaa, semoga sukaa
total 1 replies
Ayleen Davina
😍
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025
Hallo Kak. Semangat berkarya ya 🫶
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: seru ceritanya 🫶
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
"istri saya" kulanjutin dah😂
Mei Saroha
ayooo kakak othorr lanjutkaann... yukkk bisa yuukkk
Elin Rhenore: sabar yaaaa hehehehe
total 1 replies
Mei Saroha
rendra bertekad untuk lindungi Vanya..
Mei Saroha
alurnya keren thorr
semangat nulisnyaa yaaaa
Mei Saroha
hareudangg euyyy
Mei Saroha
morning wood itu apa kak 😃😀😁
Mei Saroha
apakah keluarga rendra membunuh orangtua Vanya?
Siti Nina
Lanjut thor jgn di gantung cerita nya
Siti Nina
Nah lho perang akan segera di mulai
Siti Nina
Oke ceritanya 👍👍👍
Siti Nina
Meleleh gak tuh mendengar ucapan Renrda manis banget
Mei Saroha
wahh.. ini masuk KDRT bukan sih
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
good
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
nah, sumber masalah nya harus diusut nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!