NovelToon NovelToon
Bangkitnya Ksatria Terkutuk

Bangkitnya Ksatria Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kutukan / Kebangkitan pecundang / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Balas Dendam
Popularitas:59
Nilai: 5
Nama Author: Dhimas21

Alistair, seorang pemuda desa yang sederhana, mendapati dirinya dihantui oleh mimpi-mimpi aneh tentang pertempuran dan pengkhianatan. Tanpa disadarinya, ia adalah reinkarnasi dari seorang ksatria terhebat yang pernah ada, namun dikutuk karena dosa-dosa masa lalunya. Ketika kekuatan jahat bangkit kembali, Alistair harus menerima takdirnya dan menghadapi masa lalunya yang kelam. Dengan pedang di tangan dan jiwa yang terkoyak, ia akan berjuang untuk menebus dosa-dosa masa lalu dan menyelamatkan dunia dari kegelapan abadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhimas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Sambutan Dingin Di Gerbang

...Wajah mereka para penjaga gerbang tampak keras dan tanpa ekspresi, mata mereka menatap Alistair, Lyra, dan Merlin dengan tatapan menilai yang membuat bulu kuduk merinding.

"Berhenti di situ!" seru salah seorang penjaga dengan suara berat yang menggema di antara dinding-dinding batu. "Identifikasi diri kalian dan sebutkan tujuan kedatangan kalian di Silverwood."

Alistair melangkah maju, berusaha untuk tetap tenang meskipun jantungnya berdebar kencang. Ia tahu bahwa kesan pertama sangat penting, dan ia tidak ingin membuat masalah dengan para penjaga.

"Salam sejahtera," ucap Alistair dengan nada sopan. "Nama saya Alistair, dan ini adalah teman-teman saya, Lyra dan Merlin. Kami adalah pengembara yang datang dari desa Willow Creek, yang telah dihancurkan oleh serangan makhluk kegelapan."

Penjaga itu mengangkat alisnya, menunjukkan sedikit ketertarikan. "Makhluk kegelapan, katamu? Kami belum pernah mendengar laporan tentang serangan semacam itu di wilayah ini."

"Itu karena serangan itu baru saja terjadi," jelas Alistair. "Desa kami hancur lebur, dan banyak penduduk desa yang tewas. Kami berhasil selamat, tetapi kami membutuhkan bantuan untuk mengalahkan para makhluk itu dan mencegah mereka menyerang tempat lain."

Lyra maju selangkah, menunjukkan kehadirannya yang kuat dan meyakinkan. "Kami datang ke Silverwood karena kami tahu bahwa kota ini memiliki ksatria dan penyihir yang kuat. Kami berharap kalian bersedia membantu kami melawan ancaman ini."

Merlin, yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Saya adalah seorang penyihir, dan saya dapat memverifikasi cerita mereka. Makhluk kegelapan itu nyata, dan mereka merupakan ancaman serius bagi seluruh dunia."

Penjaga itu terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-kata mereka. Ia kemudian menoleh ke arah rekannya dan berbisik sesuatu yang tidak bisa didengar oleh Alistair dan teman-temannya.

Setelah beberapa saat, penjaga itu kembali menatap Alistair dengan tatapan yang lebih lembut. "Baiklah," katanya. "Kami akan mempercayai cerita kalian untuk saat ini. Namun, sebelum kalian diizinkan masuk ke Silverwood, kalian harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu."

"Pemeriksaan?" tanya Alistair, mengerutkan kening. "Pemeriksaan seperti apa?"

"Kami harus memastikan bahwa kalian tidak membawa senjata terlarang, barang selundupan, atau penyakit menular," jelas penjaga itu. "Kami juga harus memastikan bahwa kalian tidak memiliki niat jahat terhadap Silverwood."

Alistair menghela napas. Ia tahu bahwa ini akan terjadi. Silverwood adalah kota yang dijaga ketat, dan mereka tidak akan membiarkan siapa pun masuk tanpa pemeriksaan yang cermat.

"Baiklah," kata Alistair. "Kami bersedia menjalani pemeriksaan. Kami tidak menyembunyikan apa pun."

Para penjaga mengarahkan mereka ke sebuah bangunan kecil di dekat gerbang kota. Di dalam bangunan itu, mereka bertemu dengan seorang wanita yang mengenakan jubah putih dan membawa sebuah kristal yang bersinar.

"Saya adalah seorang penyihir dari Ordo Cahaya," kata wanita itu dengan nada lembut. "Saya akan menggunakan kristal ini untuk memeriksa aura kalian dan memastikan bahwa kalian tidak memiliki niat jahat."

Wanita itu mendekati Alistair dan mengarahkan kristalnya ke arahnya. Alistair merasakan sensasi aneh saat kristal itu memindai tubuhnya. Ia merasa seolah-olah semua pikiran dan emosinya terbuka untuk dilihat oleh wanita itu.

Setelah beberapa saat, wanita itu menarik kristalnya dan tersenyum. "Aura Anda bersih," katanya kepada Alistair. "Anda tidak memiliki niat jahat terhadap Silverwood."

Wanita itu kemudian memeriksa Lyra dan Merlin dengan cara yang sama. Hasilnya pun sama. Mereka semua dinyatakan bersih dan diizinkan untuk masuk ke Silverwood.

"Selamat datang di Silverwood," kata penjaga itu dengan nada yang lebih ramah. "Semoga kalian menemukan apa yang kalian cari di kota ini."

Alistair, Lyra, dan Merlin memasuki Silverwood dengan perasaan lega. Mereka telah berhasil melewati rintangan pertama, tetapi mereka tahu bahwa masih banyak tantangan yang menanti mereka di kota ini.

Saat mereka berjalan di sepanjang jalan utama Silverwood, mereka terpukau oleh keindahan dan kemegahan kota itu. Bangunan-bangunan terbuat dari batu putih yang berkilauan, dihiasi dengan ukiran-ukiran yang rumit dan patung-patung yang indah. Jalan-jalan dipenuhi oleh orang-orang dari berbagai ras dan budaya, mengenakan pakaian yang berwarna-warni dan membawa barang-barang yang unik.

"Gila, Silverwood emang keren banget," kata Alistair, matanya berbinar kagum. "Gue nggak pernah ngeliat kota seindah ini sebelumnya."

"Kota ini memang mempesona," timpal Merlin. "Namun, jangan biarkan keindahan itu membutakanmu. Ingat, ada banyak bahaya yang mengintai di balik kemegahan Silverwood."

Lyra mengangguk setuju. "Kita harus tetap waspada dan berhati-hati. Kita tidak tahu siapa yang bisa kita percayai di kota ini."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, mencari tempat untuk beristirahat dan merencanakan langkah selanjutnya. Mereka memutuskan untuk mencari penginapan yang murah dan terpencil, tempat mereka bisa berdiskusi dengan tenang tanpa didengar oleh orang lain.

Setelah beberapa saat mencari, mereka menemukan sebuah penginapan kecil yang terletak di gang sempit yang jauh dari jalan utama. Penginapan itu tampak usang dan tidak terawat, tetapi harganya cukup terjangkau.

"Penginapan ini mungkin tidak mewah, tetapi setidaknya kita bisa beristirahat dengan tenang di sini," kata Alistair. "Mari kita masuk dan memesan kamar."

Mereka memasuki penginapan dan disambut oleh seorang pria tua yang tampak lelah dan tidak ramah. Pria itu mengenakan pakaian yang kotor dan berbau алкоголь.

"Apa yang kalian inginkan?" tanya pria itu dengan nada kasar.

"Kami ingin memesan tiga kamar untuk malam ini," jawab Alistair dengan sopan.

Pria itu mendengus. "Tiga kamar? Kalian pasti punya banyak uang untuk dibuang-buang. Kamar-kamar di sini tidak murah."

"Kami tidak punya banyak uang, tapi kami bersedia membayar harga yang wajar," kata Alistair.

Pria itu menatap Alistair, Lyra, dan Merlin dengan tatapan menilai. Ia kemudian menghela napas dan mengangguk.

"Baiklah," katanya. "Saya akan memberi kalian kamar dengan harga diskon. Tapi, jangan harap kamar-kamar itu mewah. Kamar-kamar itu kecil, kotor, dan berhantu."

Alistair tersenyum. Ia tidak peduli dengan kondisi kamar-kamar itu. Yang penting adalah mereka memiliki tempat untuk beristirahat dan merencanakan langkah selanjutnya.

"Terima kasih," kata Alistair. "Kami akan mengambil kamar-kamar itu."

Pria itu memberikan mereka kunci kamar dan mengarahkan mereka ke lantai atas. Kamar-kamar itu memang kecil dan kotor, tetapi setidaknya ada tempat tidur dan meja untuk mereka gunakan.

Setelah meletakkan barang-barang mereka di kamar, mereka berkumpul di kamar Alistair untuk berdiskusi.

"Sekarang, apa yang akan kita lakukan?" tanya Alistair. "Kita sudah sampai di Silverwood, tapi kita masih belum tahu bagaimana cara mencari bantuan untuk mengalahkan Valerius."

"Kita harus mencari informasi," jawab Lyra. "Kita harus mencari tahu siapa saja yang bisa kita percayai di kota ini, dan siapa saja yang memiliki informasi tentang Valerius."

"Saya setuju," kata Merlin. "Saya akan menggunakan sihir saya untuk mencari tahu apakah ada orang di kota ini yang memiliki pengetahuan tentang Valerius. Kita juga harus mencari tahu tentang faksi-faksi yang ada di Silverwood. Kita harus tahu siapa yang berkuasa dan siapa yang bisa membantu kita."

"Oke," kata Alistair. "Kalau begitu, mari kita mulai mencari informasi besok pagi. Sekarang, mari kita beristirahat dan mengisi tenaga. Kita akan membutuhkan semua energi kita untuk menghadapi tantangan yang ada di depan kita."

Mereka pun beristirahat di kamar masing-masing, mempersiapkan diri untuk hari esok yang penuh dengan misteri dan bahaya. Alistair berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar yang kotor. Ia merasa khawatir dan cemas tentang masa depan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di Silverwood, tetapi ia tahu bahwa ia harus siap untuk menghadapi apa pun.

Alistair memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur, tetapi pikirannya terus berkecamuk. Ia memikirkan kehancuran Willow Creek, ibunya yang selamat, dan tanggung jawab yang ia emban sebagai reinkarnasi Sir Gideon.

Ia juga memikirkan Valerius, musuh bebuyutannya yang selalu mengintai di kegelapan. Ia tahu bahwa Valerius akan melakukan apa saja untuk menghancurkannya, dan ia harus siap untuk menghadapinya.

Akhirnya, Alistair tertidur, tetapi mimpinya dipenuhi oleh bayangan-bayangan mengerikan dan suara-suara yang menakutkan. Ia bermimpi tentang Valerius yang tertawa sinis, tentang makhluk-makhluk kegelapan yang menyerang Silverwood, dan tentang dunia yang jatuh ke dalam kegelapan abadi.

Alistair terbangun dengan keringat dingin dan jantung berdebar kencang. Ia tahu bahwa mimpinya adalah peringatan. Ia harus berhati-hati di Silverwood. Bahaya mengintai di setiap sudut kota itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!