NovelToon NovelToon
Ning Azzahra Ganiyyah Al - Hasyimi

Ning Azzahra Ganiyyah Al - Hasyimi

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Persahabatan
Popularitas:334
Nilai: 5
Nama Author: blue_era

Di Surabaya, berdiri Sebuah pesantren megah pesantren Al - Ikhlas, sebuah lembaga pendidikan Islam yg dikenal dgn tradisi kuat dan menghasilkan santri" yg berprestasi. cerita ini mengikuti perjalanan 5.285 santriwan dan santriwati pesantren Al - ikhlas. ada banyak santri yg berjuang meraih keinginan orang tua dan menggapai mimpi mimpinya. namun terkadang menimbulkan pro dan kontra akibat persaingan di balik semua perjuangan para santri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue_era, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

07. Lirboyo, Harapan Baru di Tengah Luka Lama

Setelah kejadian tragis percobaan bunuh diri dan hukuman cambuk yang mengerikan, Kyai Ghozali dan Nyai Afiqah akhirnya menyadari bahwa Ning Azzahra membutuhkan lingkungan yang berbeda untuk memulihkan diri. Mereka memutuskan untuk mengirim Ning Azzahra ke Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, salah satu pesantren terbesar dan tertua di Jawa Timur. Di sana, Ning Azzahra akan tinggal bersama salah satu bibinya, adik dari Nyai Afiqah, yang juga merupakan seorang pengasuh pesantren.

Awalnya, Ning Azzahra menolak alasan tersebut. Ia merasa tidak ingin meninggalkan keluarganya, meskipun ia merasa sakit hati dan marah kepada mereka. Namun, setelah dibujuk dan dinasihati oleh Kyai Ghozali dan Nyai Afiqah, Ning Azzahra akhirnya luluh. Ia menyadari bahwa ia membutuhkan perubahan dalam hidupnya.

Di Lirboyo, Ning Azzahra memulai kehidupan yang baru. Ia belajar dengan tekun, bergaul dengan teman-teman baru, dan mengikuti berbagai macam kegiatan pesantren. Ia merasa lebih tenang dan damai di lingkungan yang baru ini. Ia juga mulai melupakan trauma masa lalunya.

Selama di Lirboyo, Ning Azzahra hanya diperbolehkan pulang ke Pesantren Al-Ikhlas saat liburan semester. Hal ini dilakukan agar Ning Azzahra tidak terlalu sering bertemu dengan Gus Hilman dan Gus Salman, yang masih membuatnya trauma.

Sementara itu, kakak ke 9 Ning Azzahra, Gus Hanif, telah menyelesaikan pendidikannya dan kembali ke Pesantren Al-Ikhlas untuk mengabdikan diri sebagai pengajar. Kehadiran Gus Hanif memberikan warna baru bagi pesantren. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas, humoris, dan dekat dengan para santri.

Tibalah saat liburan semester. Ning Azzahra pulang ke Pesantren Al-Ikhlas bersamaan dengan para santri yang kembali dari liburan. Kehadiran Ning Azzahra disambut dengan antusias oleh para santri, terutama para santriwan yang mengaguminya.

Namun, kehadiran Ning Azzahra juga menimbulkan masalah baru. Para santriwan mulai menggoda Ning Azzahra dengan berbagai macam cara. Mereka mencoba untuk mendekati dan menarik perhatian Ning Azzahra.

Tentu saja, hal ini membuat kesembilan kakak Ning Azzahra marah besar. Mereka selalu berusaha untuk melindungi Ning Azzahra dari gangguan para santriwan. Mereka menegur dan menghukum para santriwan yang berani menggoda Ning Azzahra.

Suatu siang, saat Ning Azzahra sedang berjalan-jalan di sekitar pesantren, ia dihampiri oleh lima santriwan yang dulu pernah menggodanya. Kelima santriwan itu adalah Raffa, Vino, Alvaro, Reyhan, dan Deon.

"Ning, apa kabar?" tanya Raffa dengan nada ramah.

"Baik," jawab Ning Azzahra singkat.

"Kami minta maaf atas semua kesalahan kami di masa lalu," kata Vino dengan tulus.

"Kami menyesal telah menyakitimu," timpal Alvaro.

"Kami ingin menjadi temanmu," kata Reyhan.

"Apakah kamu bersedia memaafkan kami?" tanya Deon.

Ning Azzahra terdiam sejenak. Ia menatap wajah kelima santriwan itu dengan tatapan menyelidik. Ia melihat ketulusan di mata mereka.

"Baiklah," kata Ning Azzahra akhirnya. "Aku memaafkan kalian."

Kelima santriwan itu merasa sangat senang mendengar jawaban Ning Azzahra. Mereka berjanji akan menjadi teman yang baik bagi Ning Azzahra.

Namun, saat kelima santriwan itu sedang berbicara dengan Ning Azzahra, tiba-tiba datanglah kesembilan kakak Ning Azzahra. Mereka melihat Ning Azzahra sedang dikelilingi oleh para santriwan. Mereka merasa marah dan cemburu.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Gus Hilman dengan nada dingin.

"Kami hanya ingin meminta maaf kepada Ning Azzahra," jawab Raffa dengan gugup.

"Pergi dari sini! Jangan ganggu adikku!" bentak Gus Salman dengan geram.

Kelima santriwan itu merasa takut dan segera pergi meninggalkan Ning Azzahra.

Saat para santriwan itu pergi, tanpa sengaja salah seorang dari mereka menyenggol Ning Azzahra hingga terjatuh. Ning Azzahra merasa sakit dan marah.

"Kalian ini memang tidak bisa diandalkan!" teriak Ning Azzahra dengan kesal.

Kesembilan kakak Ning Azzahra merasa bersalah dan segera membantu Ning Azzahra berdiri.

"Maafkan kami, Ning," kata Gus Hilman dengan nada menyesal.

"Kami hanya ingin melindungimu," timpal Gus Salman.

"Aku tidak butuh perlindungan kalian!" bentak Ning Azzahra dengan marah.

Ning Azzahra kemudian pergi meninggalkan kesembilan kakaknya. Ia merasa semakin benci dan marah kepada mereka.

Kelima santriwan yang melihat kejadian itu merasa iba kepada Ning Azzahra. Mereka memutuskan untuk menemui Kyai Ghozali dan Nyai Afiqah untuk meminta izin mendekati Ning Azzahra.

Kyai Ghozali dan Nyai Afiqah mengizinkan kelima santriwan itu untuk mendekati Ning Azzahra dengan syarat mereka harus menjaga sopan santun dan tidak mengganggu Ning Azzahra.

Kelima santriwan itu merasa senang dan berjanji akan menjaga amanah dari Kyai Ghozali dan Nyai Afiqah.

Suatu malam, saat Ning Azzahra sedang berada di kamarnya, ia mendengar suara ketukan pintu. Ia membuka pintu dan melihat kelima santriwan itu berdiri di depan kamarnya.

"Ning, kami ingin berbicara denganmu," kata Raffa dengan nada sopan.

"Masuklah," jawab Ning Azzahra.

Kelima santriwan itu masuk ke kamar Ning Azzahra dan duduk di lantai.

"Ning, kami tahu kamu sedang marah kepada kakak-kakakmu," kata Vino.

"Kami ingin membantumu," timpal Alvaro.

"Kami ingin menjadi temanmu," kata Reyhan.

"Apakah kamu bersedia menerima kami sebagai teman?" tanya Deon.

Ning Azzahra terdiam sejenak. Ia menatap wajah kelima santriwan itu dengan tatapan yg sulit diartikan dan ada yg mengetuk kamar Ning Azzahra

"assalamualaikum, Ning" panggil mbak ndalem

"Waalaikumsalam, ada apa mbak?" tanya Ning Azzahra

"diutus Abah yai turun Ning, wonten hal yg pengen disampaikan Abah" ucap mbak ndalem

"Sekedap mbak, engken Kulo turun" ucap Ning Azzahra

Setelah itu mbak ndalem kembali ke dapur dan Ning Azzahra turun menemui Abah nya dan dilihat ada ke 5 santri tadi yg berpamitan kembali ke asrama tapi tidak kembali.

"Wonten nopo bah?" tanya Ning Azzahra

"Iki Lo santri e Abah ape ngomong Karo sampean," ucap kyai Ghozali

"Nggeh bah" jawab Ning Azzahra

"Ndang lee, Ndang ngomong perlune opo?" ucap kyai Ghozali

"Kedatangan kami tentang mriki, kami mau ngelamar Ning Azzahra" ucap salah satu santri

"Kalian ini lancang sekali!" bentak Gus Hilman dengan mata melotot. "Berani-beraninya kalian melamar adik kami di hadapan Abah, Umi, dan kami semua!"

"Kalian masih muda, belum punya apa-apa, dan belum pantas untuk menjadi suami Ning Azzahra!" timpal Gus Salman dengan nada yang sama.

"Perjalanan Ning Azzahra masih panjang. Ia masih harus belajar, meraih cita-cita, dan menggapai impiannya," kata Gus Zaky dengan bijak.

"Ning Azzahra jodohnya adalah seorang Gus, seorang alim ulama, seorang yang berilmu dan berakhlak mulia," sambung Gus Rofiq.

"Kalian lebih baik belajar dulu, perbaiki diri, dan tingkatkan akhlak kalian. Jika kalian sudah pantas, baru kalian boleh memikirkan tentang pernikahan," nasihat Gus Hanif dengan nada lembut.

Kedelapan santri yang bernasib malang itu hanya bisa menunduk lesu. Mereka merasa sangat malu dan bersalah. Mereka menyadari bahwa mereka telah bertindak terlalu gegabah dan tidak sopan.

"Kami minta maaf, Gus," kata salah seorang santri dengan suara lirih. "Kami tidak bermaksud untuk tidak sopan."

"Kami hanya ingin menyampaikan perasaan kami kepada Ning Azzahra," timpal santri yang lain.

"Kami tahu bahwa kami belum pantas untuk menjadi suami Ning Azzahra," kata santri yang ketiga.

"Kami akan berusaha untuk menjadi lebih baik," janji santri yang keempat.

"Kami akan belajar dengan tekun, memperbaiki diri, dan meningkatkan akhlak kami," kata santri yang kelima.

"Jika suatu saat nanti kami sudah pantas, apakah kami boleh kembali melamar Ning Azzahra?" tanya santri yang keenam dengan penuh harap.

Kesembilan kakak Ning Azzahra saling berpandangan. Mereka merasa iba kepada kedelapan santri yang bernasib malang itu. Mereka menyadari bahwa para santri itu memiliki niat yang baik dan tulus.

"Baiklah," kata Gus Hilman akhirnya. "Kami akan memberikan kalian kesempatan."

"Jika kalian benar-benar bersungguh-sungguh ingin menjadi suami Ning Azzahra, maka buktikanlah dengan tindakan," sambung Gus Salman.

"Belajarlah dengan tekun, perbaiki diri, dan tingkatkan akhlak kalian," kata Gus Zaky.

"Jadilah santri yang berprestasi, berilmu, dan berakhlak mulia," timpal Gus Rofiq.

"Jika kalian berhasil membuktikan diri, maka kami akan mempertimbangkan lamaran kalian," kata Gus Hanif.

Kedelapan santri itu merasa sangat senang mendengar jawaban kesembilan kakak Ning Azzahra. Mereka berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi lebih baik.

"Terima kasih, Gus," kata salah seorang santri dengan mata berbinar. "Kami tidak akan mengecewakan kalian."

"Kami akan membuktikan bahwa kami pantas untuk menjadi suami Ning Azzahra," timpal santri yang lain.

"Kami akan belajar dengan tekun, memperbaiki diri, dan meningkatkan akhlak kami," kata santri yang ketiga.

"Kami akan menjadi santri yang berprestasi, berilmu, dan berakhlak mulia," janji santri yang keempat.

"Kami akan selalu menjaga nama baik pesantren dan keluarga Al-Hasyimi," kata santri yang kelima.

"Kami akan selalu menghormati dan menyayangi Ning Azzahra," kata santri yang keenam.

"Kami akan menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab," kata santri yang ketujuh.

"Kami akan membahagiakan Ning Azzahra dunia dan akhirat," janji santri yang kedelapan dengan penuh semangat.

Kesembilan kakak Ning Azzahra tersenyum melihat semangat kedelapan santri itu. Mereka berharap para santri itu benar-benar bisa membuktikan diri dan menjadi suami yang baik bagi Ning Azzahra.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!