NovelToon NovelToon
PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

Status: tamat
Genre:Identitas Tersembunyi / CEO / Pengantin Pengganti Konglomerat / Bullying dan Balas Dendam / Pengantin Pengganti / Mafia / Tamat
Popularitas:248.4k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Rubiana Adams, seorang perempuan jenius teknologi dan hacker anonim dengan nama samaran Cipher, terjebak dalam pernikahan palsu setelah dipaksa menggantikan saudari kembarnya, Vivian Adams, di altar.

Pernikahan itu dijodohkan dengan Elias Spencer, CEO muda perusahaan teknologi terbesar di kota, pria berusia 34 tahun yang dikenal dingin, cerdas, dan tak kenal ampun. Vivian menolak menikah karena mengira Elias adalah pria tua dan membosankan, lalu kabur di hari pernikahan. Demi menyelamatkan reputasi keluarga, Rubiana dipaksa menggantikannya tanpa sepengetahuan Elias.

Namun Elias berniat menikahi Vivian Adams untuk membalas luka masa lalu karena Vivian telah menghancurkan hidup adik Elias saat kuliah. Tapi siapa sangka, pengantin yang ia nikahi bukan Vivian melainkan saudari kembarnya.

Dalam kehidupan nyata, Elias memandang istrinya dengan kebencian.
Namun dalam dunia maya, ia mempercayai Cipher sepenuhnya.

Apa yang terjadi jika Elias mengetahui kebenaran dari Rubiana sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8. KABAR MENYAKITKAN

Langit malam Boston dipenuhi warna kelam, hujan masih turun deras ketika mobil hitam berhenti di depan St. Marlowe Hospital, rumah sakit swasta yang biasa digunakan oleh kalangan elit dan tokoh perusahaan besar. Lampu-lampu di halaman memantulkan cahaya pucat ke genangan air, membentuk pantulan yang menari-nari seperti bayangan gelisah.

Raven turun lebih dulu, berlari menuju pintu darurat, lalu membuka jalan bagi Elias yang memeluk Rubiana di lengannya. Tubuh gadis itu terasa ringan, terlalu ringan, seolah kehilangan kehidupan di dalamnya. Bajunya masih lembap, dingin menembus kulit, dan kepalanya bersandar lemah di dada Elias.

Tatapan pria itu kosong namun menyala dalam waktu bersamaan. Ia tidak berbicara, hanya menatap lurus ke depan, langkahnya cepat dan tegap menembus koridor rumah sakit yang putih dingin.

Perawat-perawat yang melihat langsung bergegas menolong.

"Cepat! Ruang gawat darurat tiga!" seru salah satu dari perawat.

Elias menurunkan tubuh Rubiana ke ranjang dengan hati-hati, seolah takut gadis itu pecah hanya karena disentuh terlalu keras. Ketika para perawat mulai menyingkirkan rambut dari wajah Rubiana, cahaya lampu neon menyorot lebam-lebam keunguan di leher dan lengan gadis itu. Luka-luka baru yang basah darah menutupi sebagian kulit, tapi di bawahnya tampak garis samar yang lebih tua, bekas luka lama yang sudah menghitam.

Elias berdiri di samping ranjang, kedua tangannya mengepal kuat, sementara Raven menatapnya dari sisi lain dengan napas tertahan.

"Dia akan baik-baik saja, Elias," ucap Raven pelan, berusaha memberi kekuatan, meski suaranya sendiri bergetar.

Namun Elias hanya menatap lurus ke wajah Rubiana yang pucat. Napasnya pendek. Di antara suara alat medis dan langkah para perawat, pikirannya dipenuhi satu hal; kenapa ada orang tua yang tega melakukan ini pada putrinya sendiri?

Beberapa menit kemudian, pintu ruang darurat tertutup rapat. Elias dan Raven menunggu di luar, di lorong panjang yang sepi. Hujan masih terdengar samar dari balik kaca besar di ujung koridor. Bau antiseptik menusuk hidung, bercampur dengan ketegangan yang nyaris bisa disentuh.

Elias duduk di bangku panjang, tubuhnya condong ke depan, tangan menutupi wajahnya. Ia bukan tipe pria yang menunjukkan kelemahan, bahkan di bawah tekanan besar, ia selalu tenang, rasional, dan terencana. Tapi malam ini, semuanya runtuh.

Suara jeritan dari rekaman itu, darah di bibir Rubiana, luka di pipinya, semuanya menari dalam pikirannya seperti potongan film mengerikan yang tak bisa dihentikan.

Raven berdiri tak jauh darinya, bersandar di dinding, pandangannya cemas. "Aku sudah menghubungi pengacara, juga dua orang dari keamanan pribadi untuk berjaga di luar rumah sakit. Ayah Rubiana akan mendapatkan balasan," katanya pelan.

Elias tidak menanggapi. Suaranya terdengar pelan, hampir seperti gumaman. "Dia tidak pantas mendapatkan ini, tidak satu pun dari ini

Pintu ruang darurat terbuka.

Seorang dokter berusia sekitar empat puluhan keluar, mengenakan masker yang diturunkan ke dagunya. Wajahnya serius, sedikit terkejut ketika melihat Elias berdiri tegak menatapnya.

"Mr. Spencer?" panggil Dokter.

Elias mengangguk cepat. "Bagaimana kondisinya?"

Dokter itu menarik napas panjang. "Kondisi pasien stabil untuk saat ini. Kami sudah menghentikan pendarahan dan memberi cairan infus. Tapi ...."

"Tapi apa?" tanya Elias, nada suaranya tajam, nyaris tak sabar.

Dokter menatap Elias sejenak, ragu apakah harus mengatakannya. "Ada hal lain yang perlu Anda ketahui. Saat kami membersihkan luka-luka barunya, kami menemukan banyak bekas luka lama di tubuh pasien. Luka yang sudah sembuh sebagian besar berbentuk memar memanjang dan luka lecet yang menandakan kekerasan fisik berulang. Beberapa bahkan sudah membentuk jaringan parut."

Suasana lorong tiba-tiba terasa membeku.

Elias menatap dokter itu tanpa berkedip.

"Ulangi," katanya pelan, hampir berbisik.

"Pasien, tampaknya telah mengalami kekerasan fisik untuk waktu yang cukup lama," ujar sang dokter hati-hati. "Mungkin berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Pola lukanya menunjukkan intensitas berbeda, beberapa baru beberapa hari, sebagian lagi sangat lama."

Raven menatap Elias dengan wajah tegang. Ia bisa melihat dari cara Elias berdiri, tubuhnya kaku, rahangnya mengeras, matanya membesar seolah tak mempercayai apa yang baru didengarnya.

Luka lama.

Kekerasan berulang.

Bertahun-tahun.

Kata-kata itu menancap seperti belati di benak Elias.

Tiba-tiba seluruh potongan kecil yang dulu ia abaikan teringat: cara Rubiana menunduk setiap kali ia bicara, caranya mengecilkan diri seolah takut bersuara, ketegangan kecil di pundaknya setiap kali ia mendekat. Semua tanda yang dulu ia pikir hanyalah ketakutan biasa ternyata adalah sisa dari penderitaan panjang yang tak pernah gadis itu sadari.

"Tidak mungkin," gumam Elias, nyaris tak terdengar. "Dia baru beberapa hari bersamaku ... dia terlihat takut tapi ... aku pikir itu karena pernikahan ini-" Suaranya patah di ujung.

Dokter mengangguk pelan. "Trauma seperti itu tidak muncul dalam semalam, Sir. Kami akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan tidak ada cedera dalam. Tapi jelas, ini bukan kejadian pertama kali pasien menerima kekerasan fisik."

Raven menatap dokter itu dengan nada tajam. "Edward akan kami tuntut sampai ke akar."

Namun Elias tetap diam. Matanya menatap lurus ke dinding, tapi pikirannya jauh di dalam, berputar dalam kekosongan, antara penyesalan, amarah, dan rasa bersalah yang tak bisa ia jelaskan.

Ia pria yang selama ini merasa mengenal segala tentang kontrol dan ketegasan, kini tersadar bahwa ia hidup bersama seorang gadis yang bahkan tidak tahu cara merasa aman di rumahnya sendiri.

Elias menikahi seseorang yang mungkin setiap hari berjuang melawan rasa takutnya, dan ia tak pernah menyadari itu.

Tubuh Elias sedikit goyah. Raven segera menghampiri, menepuk bahunya.

"Elias, dengar aku. Ini bukan salahmu. Kau baru tahu. Tapi sekarang kau bisa melindunginya," kata Raven. Tahu bahwa atasannya ini perlu tahu apa yang harus ja ambil.

Namun Elias menepis lembut tangannya. Tatapannya tajam, dingin, dan menyala, bukan lagi karena marah, tapi karena tekad.

"Tidak," katanya perlahan. Ini tetap salahku.”

Raven menatapnya, tidak mengerti. "Aku punya semua sumber daya, semua sistem keamanan, setiap alat untuk tahu apa pun tentang siapa saja ... tapi aku tidak tahu kalau gadis di rumahku hidup dalam ketakutan selama ini Ia mendongak menatap langit-langit, menahan amarah yang menyesakkan. "Aku bahkan tidak tahu bahwa luka-lukanya sudah ada jauh sebelum aku menyentuhnya."

Kedua tangan Elias mengepal keras hingga buku jarinya memutih.

"Raven," suaranya datar tapi tegas. "Mulai malam ini, tidak ada siapa pun dari keluarga Adams yang boleh mendekat. Siapkan penjagaan 24 jam di rumah sakit. Dan pastikan semua dokumentasi medisnya diamankan. Aku tidak mau kasus ini disembunyikan atau dimanipulasi." serunya.

Raven mengangguk tegas. "Baik. Aku akan urus sekarang juga.”

Elias menatap pintu ruang perawatan, matanya dingin tapi ada sesuatu di baliknya, luka batin yang dalam. Ia melangkah perlahan, menempatkan tangannya di gagang pintu, tapi tak langsung masuk. Ia berdiri di sana beberapa detik, mencoba menenangkan diri, namun suara hatinya bergemuruh.

Dalam pikirannya, wajah Rubiana muncul, dengan senyum kecil yang ia tunjukkan beberapa hari lalu, senyum yang tampak canggung namun tulus. Dan sekarang senyum itu berganti dengan luka dan darah.

Ia menutup mata, menarik napas dalam, lalu mendorong pintu perlahan.

Ruangan itu hening. Hanya suara monitor jantung yang berdetak pelan, ritmenya stabil namun lemah. Rubiana terbaring di ranjang putih, wajahnya tenang tapi pucat, seolah tertidur dalam dunia lain.

Elias berjalan pelan mendekat, duduk di sisi ranjang, dan menatap gadis itu lama.

Cahaya lampu redup menyorot wajahnya.

Ia mengangkat tangan gadis itu, menggenggamnya perlahan, jemarinya terasa dingin.

"Berapa lama kau hidup seperti ini, hm?" suaranya bergetar, pelan. "Berapa lama kau menanggung semuanya sendirian?"

Dalam hati Elias terselip bahwa ia akan menghajar Edward setelah ini.

Di luar, Raven mengatur penjagaan dan berbicara dengan pengacara di telepon. Namun sesekali ia melirik ke arah pintu ruang rawat itu, dan melihat sosok Elias yang duduk diam di sana, menatap istrinya seperti pria yang baru kehilangan sebagian dari dirinya sendiri.

Malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Elias Spencer, CEO perusahaan teknologi terbesar di Boston, Amerika, pria yang dikenal dingin dan tak tergoyahkan, merasa hancur.

Bukan karena kehilangan kontrol, tapi karena menyadari bahwa kontrol yang ia banggakan selama ini tidak ada artinya di hadapan seorang perempuan yang hanya menginginkan perlindungan sederhana, dan rumah yang aman.

Dan Elias akan memberikan rumah aman itu untuk Rubiana kelak.

1
Marina Tarigan
eduart gila segalanya mata hati berubah jadi prediator demi kepuasan iblisnya sampai anak sendiri dijadikan kelinci percobaan
Archiemorarty: makanya iblis aja sungkem sama dia 😭
total 1 replies
Marina Tarigan
kok elias marah dalam diam terus tapi dia yg selalu tersudut dan gagal gimana ya
Marina Tarigan
elias selalu membantumu dar kematianmu Ruby elias yg dibohongi dan ingin menyingkiirkannya dari dunia ini
Hikari_민윤기
aku nunggu undangan pernikahannya...
Archiemorarty: Hahaha siap
total 1 replies
Marina Tarigan
karena nikah dgn vivian bukan Rujiana
Marina Tarigan
kok bisa seorang memperlakukan ( ayah kandung)seperti binatang kek gitu sedari kecil demi kekuasaan harta dan gengsi melukai sadis behitu
Archiemorarty: Banyak sekarang yang kayak gini. Uang dan kekuasaan menggelapkan mata 😌
total 1 replies
Marina Tarigan
terserah pd Elias pokoknya Rubiana jgn disakiti oleh elias Rubiana korban ketamakan ayah biadapnya itu
Marina Tarigan
lebih mati saja Rub penderitaanmu terlampau sadis mungkin kamu anak haram ya
Marina Tarigan
elias tdk salah disini Rubiana terlampau lemah tdk berani melawan orang tuanya terlampau serakah korbankan anak sendiri
mimief
wah... selesai juga.

nice ending
beautiful story'

yah begitulah terkadang yg kelihatan nya sebuah musibah besar buat kita ternyata sebuah keberkahan besar..
itulah sebabnya jangan berburuk sangka dengan takdir yang sudah ditetapkan. walaupun kelihatannya menyakitkan.

karena Tuhan selalu tau apa yg kita butuhkan
bukan yg kita inginkan
Archiemorarty: Setuju...

terima kasih buat kakaknya udah baca ceritanya 🥰
total 1 replies
mimief
om om demen gadis muda,🤣🤣
mimief
iiihhh eliias kudet.ada dijepang
semangka kotak
tapi harganya ga ngotak🤣🤣
Archiemorarty: Ya kan 🤣
total 1 replies
mimief
ga pake nasi bang
kenyang ga tu🤣🤣
Archiemorarty: Mereka gx kenal nasi....kalau kita belum makan rasanya kalau belum makan nasi 🤣
total 1 replies
mimief
aaakhhhh...
narasi mu Thor,lembut bgt
Archiemorarty: Ishhh...jadi malu othor /Smirk/
total 1 replies
mimief
wait...wait Thor
kok rose sama Lily ga terima lencana ini
apa ga diceritakan kah?
atau..ahh
buat mereka mah biasa aja
wong kejadian Arthur Ama arabella juga outstanding
apalagi cerita rose
CK..CK... CK
Archiemorarty: Yeps...soalnya mereka nggak mau berhubungan sama pemerintahan langsung, lebih milih low profile, karena kalau ketahuan nanti para Elite lawan mereka. Sedangkan mereka itu demi lindungin keluarga aja daripada dunia 🤭
total 1 replies
mimief
iy..Lucas aja yg ga ngalamin jadi objek percobaan aja hampir setengah gila ngilangin bayangan itu
apalagi Ruby😭
Archiemorarty: Hahaha....yg lain itu aman loh.
kalau yg Lucas itu research nya mendalam kali lah, sampe mantengin google maps tiap action dimulai 🤣
total 3 replies
mimief
sumpaaah, berinding aku Thor
ternyata POV dr cerita yg ngalamin
sama yg melihat dr jauh,lebih berinding yg jauh.
apalagi dr sisi Ruby yg jadi korban
Camelia beruntung karena dia ga mengingat ketika di lab nya
dan....hanya sekali
tapi Ruby??
seperti baru kemaren dia ada di lab itu😭
Archiemorarty: anak campuran milenial sama gen z saya 🤣
total 3 replies
mimief
waduuuh
Mak Lily dan rose mang juara
tapi...mang sibunny ini lebih juara,karena sekalian mendobrak trauma nya

ahhh... semua ajaib dah
Archiemorarty: Kan kan, the best woman mereka ini emang 😭
total 1 replies
mimief
Miranda?
kyknya pernah kesebut
dicerita yg mana ya Thor?
Archiemorarty: Lupa...kadang make nama sama karena males nyari nama karakter 🤣
total 3 replies
mimief
gostbite yg rose temuin bukan si Thor?
Archiemorarty: Bukan, username Rose nanti bakal muncul 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!