NovelToon NovelToon
Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Mafia / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:601
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Hari yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan Eireen justru berubah menjadi neraka. Dipelaminan, di depan semua mata, ia dicampakkan oleh pria yang selama ini ia dukung seorang jaksa yang dulu ia temani berjuang dari nol. Pengkhianatan itu datang bersama perempuan yang ia anggap kakak sendiri.

Eireen tidak hanya kehilangan cinta, tapi juga harga diri. Namun, dari kehancuran itu lahirlah tekad baru: ia akan membalas semua luka, dengan cara yang paling kejam dan elegan.

Takdir membawanya pada Xavion Leonard Alistair, pewaris keluarga mafia paling disegani.
Pria itu tidak percaya pada cinta, namun di balik tatapan tajamnya, ia melihat api balas dendam yang sama seperti milik Eireen.

Eireen mendekatinya dengan satu tujuan membuktikan bahwa dirinya tidak hanya bisa bangkit, tetapi juga dimahkotai lebih tinggi dari siapa pun yang pernah merendahkannya.
Namun semakin dalam ia terjerat, semakin sulit ia membedakan antara balas dendam, ambisi dan cinta.

Mampukah Eireen melewati ini semua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabulkan Satu Permintaan

Keesokan harinya.

Eireen yang ketiduran di dalam mobil pun membuka mata. Ia tidak merasakan gerakan sama sekali, tanda mobilnya sedang berhenti.

Ia melirik ke arah Xav. Ternyata, laki-laki itu tidak ada di kursinya. "Kemana?"

Eireen memutuskan bergerak, bangkit dari tidurnya. Tapi, saat baru dalam posisi duduk, selimut yang menutup tubuhnya terjatuh ke tangan.

Ia tidak merasa memakai selimut hitam itu.

Bahkan ketiduran sejak kapan saja dia tidak ingat semalam itu.

Saat sadar, senyuman tersungging di wajahnya. Ia peluk selimut itu. "Dasar, ternyata dia sangat perhatian ya? Argh, baiklah, pokoknya dia tidak boleh lolos dari jerat cintaku!"

Eireen jadi semakin bertekad, untuk menjadikan Xav sebagai kekasihnya.

Lantas, matanya mengarah ke jendela. Ternyata, mobil mereka terpakir di pinggir jalan. "Dimana ini?"

Curiga Xav meninggalkannya. Eireen segera beranjak, mau membuka pintu.

Tapi, saat melihat laki-laki idamannya berjalan dari arah depan mobil, ia tidak jadi membuka pintunya, justru memandang Xav dengan mata terkagum.

"Gila, dulu perasaan biasa saja. Kenapa sekarang tampan berkarisma begini dia di mataku?"

Xav yang bisa melihat dari kaca depan curiga.

'Kenapa firasatku selalu tidak enak kalau dilihat olehnya?'

Saat itu, Eireen bahkan tanpa sadar menangkupkan kedua tangannya, sambil menatap terpesona.

Sayang, itu justru membuat Xav membatin, 'Sial, lebih baik kutinggalkan saja dia tadi!'

Sebenarnya, tadi Xav sudah memutuskan untuk meninggalkan Eireen, karena mengira, mungkin gadis itu akan mengalami bahaya, jika pergi ke tempat itu.

Tapi, firasatnya, membuatnya tidak jadi meninggalkan gadis itu. Ia pun justru membeli makanan, karena teringat, perut Eireen yang berbunyi saat tidur.

JEGLEK!

Pintu mobil terbuka, ia disambut oleh wajah Eireen yang matanya berbinar. "Dari mana?" tanyanya dengan nada lembut.

BRAK!

Melihat wajah sok manis begitu, Xav menggernyitkan alis, merasa aneh, kenapa pula gadis itu menatapnya begitu.

Tapi, ia tidak mau pusing memikirkannya. Setelah pintu mobil tertutup, ia sodorkan makanan dalam kantong kertas kepada Eireen. Dari baunya, Eireen sudah tahu, itu ayam goreng. Ia segera terima kantong kertas itu dengan semringah. "Wah.... Kau peka sekali ya? Tahu-tahu saja aku sedang lapar."

Eireen mengeluarkan ayamnya, memberikan pada Xav satu potong paha ayam. Tanpa kata, laki-laki itu menerimanya, makan sambil mengalihkan pandangan.

Eireen hanya tersenyum tipis. Begitu saja dia sudah senang. Ia mulai makan juga. "Kupikir kau akan meninggalkanku!" katanya dengan mulut masih penuh.

Xav tidak menjawab. Selama makan, hanya Eireen yang bicara ini itu. Sampai mobilnya berjalan lagi, laki-laki itu tetap membisu.

"Aku masih kepikiran Bosku. Kau masih tidak mau meminjamkanku telepon genggammu?"

"Percuma!"

"Percuma apa?"

"Dia tidak bisa dihubungi kata Dokter Nathan. Markasmu tidak bisa dikontak."

Eireen diam. Ia mulai menyalahkan dirinya lagi.

"Gara-gara aku, semua orang susah."

"Berhenti bicara omong kosong! Ingat-ingat kembali saja, apa yang kau lupakan!"

Eireen tersenyum tipis. "Baiklah. Aku akan berusaha."

Sayang, semakin ia pikirkan, semakin gelap saja ingatannya. Eireen terus berusaha seharian itu, tapi tetap tidak ada hasilnya.

.................. ...

Malam hari.

Mobil mereka sudah ada di dekat salah satu pelabuhan cukup besar di daerah itu.

"Ramai sekali, yakin di sini?" tanya Eireen yang melihat dari atas jembatan, pelabuhannya.

Xav sendiri merasa aneh. Bahkan, ayahnya, atau anggotanya yang lain, belum ada terlihat tanda-tanda menyusulnya.

"Kita langsung ke sana? Sekarang?" tanya Eireen lagi, yang juga lumayan gugup sebenarnya.

Xav tetap diam.

"Bodohnya aku agak-agak takut."

Tapi, saat nada suara Eireen terdengar berbeda, ia menoleh, menatapnya. Gadis yang tadinya menatap ke pelabuhan pun mengarahkan pandangan kepadanya.

"Berjanjilah, hentikan aku, jika aku mengancam nyawamu. Bahkan jika itu berarti kau harus membunuhku. Mau kan?"

Xav terdiam, menyapu wajah itu dengan sorot matanya, yang tengah mencari setitik saja sandiwara di sana. Tapi, tidak ada. Tatapan mata gadis itu justru membuat tangannya bergerak, menyelipkan anak rambut yang terurai ke wajah Eireen, karena terkena angin laut di sana.

Setelahnya, Eireen memberanikan diri, memeluk laki-laki itu. "Aku mohon, kabulkan satu permintaanku itu. Jangan biarkan aku menyakitimu!"

Xav ragu-ragu memeluk balik, menenangkan gadis yang entah kenapa, takut sekali menyakitinya. Padahal, perempuan yang ia cintai, begitu lama, justru menjadi sebab ia hampir kehilangan nyawa, berubah menjadi musuh tanpa ia duga. Sedang Eireen, gadis yang ia anggap musuh, justru sebaliknya. Xav tidak mengerti, sekeras apapun ia coba memahami.

"Kenapa diam saja? Kalau aku tiada, bukankah kau... tidak perlu curiga lagi kepadaku setelah itu? Lakukan permintaanku itu, ya?"

"Ehm." Xav menyahut singkat, sambil melepas pelukan gadis itu.

Eireen tersenyum, wajahnya tampak lega.

"Terima kasih. Huh, ok, aku siap. Ayo kita ke sana!"

Gadis itu sudah beranjak masuk ke dalam mobil lagi, Xav hanya melihatnya heran.

Bagaimanapun, Eireen terlihat lega begitu? Xav semakin tidak mengerti. Padahal, ia hanya asal jawab saja, biar tidak perlu bicara banyak menanggapinya.

"Kenapa diam saja? Ayo.. kita hadapi berdua!" kata Eireen dengan ekspresi jauh lebih tenang dari sebelumnya, yang kelihatan takut dan ragu.

Xav menghela napas. Ia pikirkan bagaimanapun, tetap saja tidak bisa paham, kenapa Eireen begitu membuatnya sampai berpikir keras seperti sekarang.

Ia mau masuk ke dalam mobil. Tapi, matanya melihat cahaya lampu merah berpendar lama dari mercusuar agak jauh di sisi timur.

Padahal cahaya merah itu biasanya menandakan area berbahaya, atau harus dihindari oleh kapal.

Xav tahu, perairan di dekat sana tidak berbahaya begitu. Ia pun menatap lekat-lekat cahayanya.

Tiba-tiba, cahaya merah itu berkedip beberapa kali, dengan jeda tertentu. Bahkan kedip cahayanya pun satu kilatan pendek, ada juga kilatan panjang.

Xav sadar, itu seperti sandi morse, yang menggunakan titik dan garis.

Ia hafal, karena cukup sering menggunakan sandi itu kalau sedang berkomunikasi rahasia dengan ajudannya.

Dari kedipan itu, Xav mendapati kode:

.- \= A

..- \= U

.-. \= R

-.-- \= Y

-. \= N

10

Xav pun menyeringai setelah tahu, jika itu undangan untuk mereka, atau lebih tepatnya untuk Eireen.

"Hei, kenapa diam saja di situ?" ucap Eireen sambil melongokkan kepala keluar dari jendela.

Xav pun beranjak masuk tanpa berkata apa-apa. Ia membawa mobilnya ke arah mercusuar tadi.

"Lho, kok tidak ke pelabuhan? Bukan itu tempatnya?"

"Ehm."

"Tahu dari?"

"Cahaya mercusuar, sandi morse namamu."

"Astaga, kalau kita tidak lihat, berarti tidak akan ke sana dong. Kok bisa mereka meletakkan petunjuk arah begitu?"

Xav pun jadi teringat sesuatu. Sebuah kenangan masa lalunya, tentang kekasihnya, Aleysha, yang selalu suka melihat cahaya mercusuar dari tempat tinggi.

Karena Aleysha, ia pun punya kebiasaan berhenti ke jembatan, hanya untuk sekadar melihat cahaya kemerlap pelabuhan, yang masih ia lakukan, bahkan sampai tadi sekalipun.

Gigi Xav menggertak. Ia meyakini, jika kekasih yang mengkhianatinya itu ada di tempat itu, bahkan yang menyiapkan kode mercusuar itu untuknya.

'Tapi apa hubungannya dia dengan Eireen?' Xav semakin penasaran saja.

Teringat bagaimana Aleysha bisa menipunya, bahkan ayah dan ibunya tanpa curiga selama ini, Xav jadi semakin curiga kepada Eireen.

'Jangan-jangan dia juga menipuku tanpa cela, sepertinya?'

Kalau benar, Eireen hanya menipunya, maka ia sedang mengantarkan diri ke kandang singa yang berbahaya sekarang ini.

............... ...

Di sisi lain, Dokter Nathan tampak terkejut melihat hasil analisis darah Eireen, yang diminta oleh Ayah Xav kemarin malam.

"Tuan Muda?" ucapnya lirih, tapi terdengar begitu mengkhawatirkan Xav.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!