NovelToon NovelToon
Land Of Eldoria

Land Of Eldoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Akademi Sihir / Perperangan / Fantasi Wanita
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: AzaleaHazel

Eldoria, yang berarti negeri kuno yang penuh berkah. Negeri yang dulunya selalu di sinari cahaya matahari, kini berubah menjadi negeri yang suram.



Ratusan tahun telah berlalu sejak peperangan besar yang menghancurkan hampir seluruh negeri Eldoria, membuat rakyat harus hidup menderita di bawah kemiskinan dan kesengsaraan selama puluhan tahun sampai mereka bisa membangun kembali Negeri Eldoria. Meskipun begitu bayang-bayang peperangan masih melekat pada seluruh rakyat Eldoria.



Suatu hari, dimana matahari bersinar kembali walau hanya untuk beberapa saat, turunlah sebuah ramalan yang membuat rakyat Eldoria kembali memiliki sebuah harapan.




"Akan terlahir 7 orang dengan kekuatan dahsyat yang dapat mengalahkan kegelapan yang baisa di sebut Devil, di antara 7 orang itu salah satu dari mereka adalah pemilik elemen es yang konon katanya ada beberapa orang istimewa yang bisa menguasai hampir semua elemen dari klan Es"


Siapakah ketujuh orang yang akan menyelamatkan negeri Eldoria?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08

Keesokan harinya, Liz terlihat sudah pergi dari rumah pagi-pagi sekali, kakinya terus melangkah begitu juga dengan helaan nafasnya yang terasa berat sejak keluar dari rumah. Alasannya adalah ucapan sang Ayah yang membuatnya bingung dan tidak tau harus kemana.

"Karena kau sudah menguasai semua elemen, tidak ada lagi yang bisa ku ajarkan padamu. Pergilah ke hutan untuk belajar menggunakan senjata dan mempelajari apa yang ada di kitab itu."

Kira-kira seperti itulah yang Acrus katakan, dengan mudahnya Ayahnya itu mengatakan sudah tidak ada lagi yang bisa di pelajari darinya dan menyuruh Liz latihan sendiri, terlebih lagi menyuruhnya masuk ke hutan tanpa ragu. Tanpa sadar kakinya melangkah sampai ke pasar bukannya ke hutan, lagipula akan sangat berbahaya jika dia langsung pergi ke hutan tanpa mencari tahu apapun.

"Oh, Liz? Kau kah itu?" Tanya seseorang, membuat Liz tersadar dari lamunannya.

Liz mendadak berhenti melangkah, lalu melihat siapa yang memanggilnya. "Ah, halo Paman Evans." Balasnya, ternyata yang memanggilnya adalah kenalan Ayahnya sekaligus pemimpin kota kecil ini. Bisa di bilang Liz sangat dekat dengan Evans, setiap kali bertemu pria itu, Liz pasti selalu di belikan makanan enak.

"Kau mau kemana? Atau ada tempat yang ingin kau tuju?" Tanya Evans lagi.

Liz menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, aku hanya berjalan-jalan saja dan tidak terasa sudah sampai di sini." Jawabnya. Karena sejak tadi dia melamun sepanjang jalan, membuatnya tidak sadar jika sudah sampai di sini.

"Jadi kau tidak punya tujuan?" Tanya Evans, membuat Liz mengangguk.

"Apa kau mau ikut denganku?" Lanjut Evans bertanya pada gadis kecil itu. Jujur saja dia sangat menyukai Liz, terlebih anak itu sangat pintar dan sopan, juga menggemaskan. Evans merasa jika ada sesuatu yang istimewa dari anak itu.

"Kemana?" Tanya Liz, mata bulatnya terlihat membesar karena penasaran kemana Evans akan mengajaknya.

Evans tidak bisa menahan diri untuk tidak mengusak gemas rambut Liz. "Aku mau membeli senjata, kebetulan temanku adalah seorang pengrajin. Jadi apa kau mau ikut?" Ucapnya, lalu memastikan lagi apakah Liz mau ikut dengannya.

"Apakah boleh?" Tanya Liz ragu. Walaupun dia dekat dengan Evans, tapi dia juga takut jika kehadirannya akan menganggu.

Yang pasti sifat keraguannya di sebabkan oleh Acrus dan Acresia, kehadirannya seperti tidak di inginkan oleh orangtuanya, jadi Liz selalu berhati-hati jika orang lain juga akan terganggu dengan kehadirannya.

"Tentu saja, ayo kita pergi sekarang." Balas Evans tersenyum pada Liz.

"Ya baiklah, Paman." Balas Liz membalas senyum Evans.

Orang lain pasti akan bertanya pada anak itu saat bertemu di jalan, tentang pertanyaan seperti dimana orang tuamu? Kenapa anak kecil berjalan sendirian di luar? Dan mungkin masih banyak lagi, tapi itu tidak berlaku pada Evans, walaupun dia lumayan dekat dengan Acrus dan sudah mengenalnya cukup lama, tapi bisa dia lihat jika ada tembok besar antara Acrus dan Liz, karena itu dia tidak mengungkit Acrus maupun Acresia di hadapan Liz. Evans juga tidak pernah menanyakan kenapa anak itu jarang keluar rumah, karena pernah suatu saat dia sengaja mengunjungi rumah Acrus, tapi pria itu sedang melatih Liz dengan sangat keras dan terkesan kejam? Evans tidak habis pikir, anak sekecil itu? Tapi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa, apalgi mencampuri urusan keluarga orang lain.

"Paman, kenapa malah melamun?" Tanya Liz dengan kerutan di dahinya, dia menatap Evans yang sudah cukup lama melamun.

"Oh hah, tidak ada. Ayo kita pergi, nanti Paman akan membelikan makanan yang enak untukmu." Evans tersadar dari lamunannya, padahal dia sedang memikirkan sesuatu tentang Liz, tapi anak itu saja masih bersamanya. Karena tidak ingin membuat Liz berpikir yang tidak-tidak, Evans mengalihkan pembicaraannya.

"Woahh, benarkah?" Terlihat sekali mata Liz berbinar karena merasa senang.

Evans mengangguk. "Tentu saja, memangnya Paman pernah berbohong padamu?" Tanyanya.

"Eumm. Ayo kita berangkat sekarang!" Gumam Liz dengan gelengan kepala, lalu menarik tangan Evans dengan kaki melompat-lompat merasa tidak sabar.

Evans hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak itu, tapi di hatinya dia merasa bersyukur bisa melihat Liz bisa seceria ini, padahal sebelumnya anak itu terlihat murung. Evans menggandeng tangan Liz dan membawanya pergi ke toko temannya yang tadi dia bicarakan.

Suara lonceng berbunyi saat pintu toko terbuka, membuat pria yang sedang berkutat dengan alat-alatnya mengalihkan pandangannya kearah pintu.

"Oh, ternyata masih hidup." Ucap pemilik toko setelah melihat siapa yang datang mengunjungi tokonya.

"Hanya beberapa bulan aku tidak mengunjungimu, cara bicaramu jahat sekali padaku." Balas Evans pura-pura tersinggung, membuat temannya itu hanya bisa menghela nafasnya.

Evans mendekat dengan tangan Liz yang masih dia gandeng. Awalnya temannya tidak menyadari jika dia membawa seseorang sampai mereka berdua tiba di dekat temannya itu.

"Anak siapa yang kau bawa? Jangan-jangan kau menculiknya?" Ucap pemilik toko itu setelah menyadari jika temannya tidak datang sendiri.

"Jangan sembarangan bicara kau, Gil, mana mungkin aku menculik anak orang." Balas Evans tidak terima, mana mungkin dia menculik anak orang.

Evans mengalihkan pandangannya kearah Liz yang menatap bingung mereka berdua. "Liz, ini teman Paman, namanya Gilbert dan Gil, ini adalah Liz." Ucapnya memperkenalkan temannya yang bernama Gilbert itu pada Liz dan juga sebaliknya.

Liz mengangguk mengerti lalu beralih pada Gilbert. "Halo, Paman Gilbert." Sapanya ramah.

"Panggil saja, Paman Gil." Ucap Gilbert, rasanya lebih nyaman di panggil seperti itu dan dia juga berpikir anak-anak akan lebih mudah memanggilnya.

"Baiklah, Paman Gil." Balas Liz tersenyum pada Gilbert.

Gilbert menyuruh Evans dan Liz duduk di seberangnya, sedangkan dia melanjutkan pekerjaannya. "Jadi ada apa kau kemari?" Tanyanya tanpa melirik kearah Evans.

"Pedangku hancur saat menghadapi monster beberapa waktu yang lalu, jadi aku membutuhkan yang baru, jika bisa yang lebih kuat dari sebelumnya." Ucap Evans. Beberapa saat yang lalu dia pergi ke kota sebelah, tapi di tengah perjalanan tiba-tiba dia di hadang monster, untungnya dia masih selamat sampai saat ini.

"Jika kau ingin senjata yang kuat, carilah matrial yang bagus." Balas Gil melirik temannya dengan malas.

"Hey, menggunakan matrial yang bagus juga membutuhkan banyak biaya." Balas Evans tidak terima, dia sampai bangkit dari duduknya.

"Kau bisa mencarinya sendiri, jadi tidak perlu membelinya." Kata Gilbert tanpa melirik Evans.

Evans mendengus kesal lalu kembali duduk di kursinya. "Lalu bagaimana caraku mencarinya? Bukankah kau bilang material yang bagus kebanyakan ada pada hewan atau monster yang kuat, dan aku tidak memiliki kekuatan dan senjata yang cukup hebat untuk mengalahkannya." Ucapnya panjang lebar.

Kalian ingat kan? Tidak semua klan Es bisa menguasai lebih dari 3 elemen, contohnya Evans dan Gilbert. Mereka bukan orang istimewa, mereka hanya orang biasa yang memiliki 3 elemen. Tapi beda lagi jika senjata, semua bisa di buat asalkan ada materinya, semakin sulit mendapatkannya maka semakin kuat kekuatannya.

"Tidak tau dan jangan mengeluh padaku." Balas Gilbert tanpa mau ambil pusing, lagipula pekerjaannya sendiri sudah banyak dan dia sudah terlalu lelah karena Evans pasti selalu mengeluh saat datang ke tokonya.

"Hah, kau ini benar-benar tidak bisa di andalkan." Ucap Evans kesal, dia sampai menunjuk-nunjuk wajah Gilbert.

"Ya sudah pergi saja dari sini." Balas Gilbert yang sama sekali tidak terganggu dengan ucapan sahabatnya.

Liz tertawa melihat tingkah kedua orang dewasa itu, karena mereka berdua bertengkar dan tampak seperti anak kecil. "Kalian berdua sangat lucu." Ucapnya, membuat Evans dan Gilbert sontak langsung berhenti berdebat karena merasa malu bertingkah seperti anak kecil di hadapan Liz.

"Oh ya Gil, apa kau tau ledakan yang terjadi sekitar 2 bulan yang lalu?" Tanya Evans mengubah pembicaraan. Belakangan ini dia sangat sibuk, jadi tidak sempat mengunjungi Gilbert, karena itu ia bertanya pada sahabatnya itu tentang ledakan yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Siapa yang tidak tau jika ledakannya sebesar itu?" Balas Gilbert dengan helaan nafas yang terdengar malas. Tidak hanya dirinya, orang-orang di kota pasti juga mengetahuinya.

"Ledakan?" Tanya Liz bingung, matanya bolak-balik melirik Evans dan Gilbert bergantian, entah kenapa dia merasa ada yang janggal saat mendengar mereka membahas tentang ledakan, sepertinya ada yang terlupakan, tapi apa?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!