Perang dunia organisasi kriminal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melintasi Udara
"Apa yang ingin kamu lakukan sebelum kita pergi?",
"Simpan keinginanmu untuk membalas mereka",
"Suatu waktu kamu akan kembali kepada mereka",
"Ketika waktu itu tiba kamu bisa dengan mudah melakukan nya",
Max melihat di mata Moka yang berapi-api. Betapa laki-laki muda yang belum sembuh sepenuhnya dari bekas luka-luka memar pukulan orang-orang yang membawanya kemarin memiliki hasrat untuk melakukan balas dendam.
"Percayalah padaku Moka",
"Tunggu waktu yang tepat",
Meskipun rasa bencinya masih membara tapi Moka menyadari apa yang dikatakan oleh Max itu benar adanya. Jika ia melakukan pembalasan sekarang apa yang mau Moka lakukan?
Moka bisa saja meminta Max untuk menghabisi mantan rekan-rekannya yang telah menjebak dirinya. Seperti ketika dengan mudahnya Max membunuh bos bandar narkoba lokal yang katanya besar itu tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Tapi Moka mau melakukannya dengan tangannya sendiri. Betul kata Max harus menunggu di waktu yang tepat.
Max selain sosoknya yang botak dan tinggi. Badan Max yang sudah tua juga masih fit. Selama beberapa hari sebelum mereka berangkat sambil menyiapkan apa yang mereka perlukan Max dan Moka berlatih bersama untuk mengembalikan kebugaran Moka. Kembali segar lagi seperti sebelum dipukuli dan menjadi lebih kuat.
Kebersamaan itu juga berguna untuk membangun keakraban dan kepercayaan antara dua orang yang ibarat bapak dengan anak ini.
Semua yang dibutuhkan sudah tersedia.
Malam ini mereka berdua akan terbang tinggi ke negeri yang sangat jauh. Melintasi benua melalui udara.
Moka akan menjalani kehidupan yang sama sekali berbeda setelah ia lepas landas menunggangi kapal terbang untuk pertama kalinya. Memulainya dari atas awan.
Max melatih Moka dan menjadi pembimbing bagi anak keturunan kambing hitam itu sejak pertama kali Max mulai mengawasi Moka. Sejak pertama kali mereka bertemu dan keduanya mulai berbicara.
Tentu saja Moka mau melakukannya. Tidak ada tawaran yang lebih baik dari ini.
Darah keturunan yang mengalir di dalam tubuh penerus kambing hitam ini telah menuntunnya untuk berada di jalan takdir yang sudah dijanjikan.
Tidak ada yang bisa dipungkiri.
Tidak ada yang perlu diragukan dan dipertanyakan lagi.
*
"Lihatlah pegunungan-pegunungan itu",
"Apa kita akan pergi ke sana?",
"Kita lihat saja nanti",
Bandar Udara Internasional Boryspil, Ukraina
Untuk pertama kalinya Moka menginjakan kakinya di belahan bumi yang lain. Percaya atau tidak udara di tempat yang baru pertama kali didatangi ini sudah terasa seperti biasa baginya.
"Tidak usah menatap mata orang-orang dan menganggukkan kepala",
"Tidak seperti di tempat asal mu hal semacam itu justru akan terlihat aneh dan tidak sopan di sini",
"Berjalan saja",
Max memberikan kacamata hitam untuk dipakai oleh Moka.
"Pakai ini",
"Kenapa aku harus memakainya?",
"Sebab tatapan matamu sekarang ini terlihat seperti orang yang mau memakan orang lain hidup-hidup",
"Tidak perlu tersenyum kepada orang lain yang tidak dikenal",
Ada untungnya juga bagi Moka memakai kacamata berwarna gelap. Bola matanya jadi bisa dengan bebas jelalatan kemana-mana.
Moka bisa memilih memandangi wanita-wanita berwajah cantik. Aurat mereka terbuka lebar dan sengaja ditonjolkan untuk umum.
Tanpa perlu mengeluarkan biaya atau menghabiskan kuota. Yang selama ini Moka hanya bisa melihatnya di situs-situs yang perlu ditembus.
Max rupanya juga memakai kacamata hitam. Jelas ada kesamaan diantara mereka berdua.
Sama-sama laki-laki. Sama-sama mesum.