Dieksekusi oleh suamiku sendiri, Marquess Tyran, aku mendapat kesempatan untuk kembali ke masa lalu.
Kali ini, aku tidak akan menjadi korban. Aku akan menghancurkan semua orang yang telah mengkhianatiku dan merebut kembali semua yang menjadi milikku.
Di sisiku ada Duke Raymond yang tulus, namun bayangan Marquess yang kejam terus menghantuiku dengan obsesi yang tak kumengerti. Lihat saja, permainan ini sekarang menjadi milikku!
Tapi... siapa dua hantu anak kecil itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Situasi Baru
Keheningan di kediaman Hartwin pecah tiga hari setelah penunjukan resmiku.
Tiga hari itu terasa seperti hidup di dalam botol kaca. Tegang, sunyi, dan setiap gerakan diawasi. Entah dari dalam maupun dari pihak luar. Clarisse bahkan hampir setiap hari datang dengan berbagai alasan.
Itu artinya penunjukan kekuasan kepada anak perempuan memiliki dampak yang sangat besar bagi struktur kehidupan bangsawan.
Karena sudah begini sekalian saja aku menjadikan diriku simbol perlawanan bagi sistem patriarkal.
Ayah masih mengurung diri dan Cedric juga tidak terlihat batang hidungnya di kediaman. Beberapa laporan menyebutkan dia mabuk dan membuat masalah, sisanya menyebut keaktifannya di perkumpulan tuan muda bangsawan selatan.
Aku menghabiskan waktu itu terkunci di ruang kerja, melahap setiap buku besar dan laporan aset, memetakan kerajaan kecil bernama County Hartwin yang baru saja jatuh ke tanganku.
Lalu, pada pagi hari keempat, badai yang sesungguhnya tiba.
Bukan badai di lautan, tapi badai berita yang datang bersama seorang kurir dari ibu kota yang kudanya berbusa karena kelelahan. Dia membawa surat kabar darurat.
Aku sedang berada di perpustakaan saat mendengar teriakan pertama dari seorang pelayan. Lalu disusul oleh yang lain. Aku keluar dan melihat seluruh staf berkumpul di aula utama, wajah mereka pucat pasi, saling berbisik dengan ngeri.
"Apa yang terjadi?" tanyaku pada kepala pelayan, yang berdiri gemetar sambil memegang lembaran surat kabar itu.
Dia menatapku, matanya dipenuhi campuran rasa takut dan kekaguman yang aneh. "Nona Elira... kapal-kapal itu..." bisiknya. "Semua kapal Baron Latona... karam."
Berita itu menyebar seperti wabah. Sebuah badai aneh yang datang tiba-tiba dan tak terduga telah menghantam pesisir selatan sehari setelah kapal-kapal itu berlayar.
Dari enam kapal dagang baru yang megah itu, tidak ada satupun yang selamat. Semuanya ditelan lautan, bersama dengan investasi dari puluhan keluarga bangsawan. Sebuah bencana finansial skala nasional.
Cedric muncul dari kamarnya, terganggu oleh keributan itu.
Dia datang dengan kemarahan, tapi saat dia mendengar berita itu, warna menghilang dari wajahnya. Dia bersandar di dinding untuk menopang tubuhnya, matanya menatap kosong. Dia melihat hantu dari kehancuran yang nyaris menimpa keluarga Hartwin.
Kekacauan itu akhirnya memaksa singa tua keluar dari sarangnya. Ayah keluar dari ruang kerjanya, wajahnya seperti pohon yang layu. Dia tidak berteriak. Dia hanya berjalan ke arah kepala pelayan, mengambil surat kabar itu dengan tangan yang sedikit gemetar, dan membacanya sendiri.
Aku memperhatikannya. Aku melihat matanya bergerak cepat melintasi kolom berita, aku melihat rahangnya mengeras, dan aku melihat bahunya yang tegap sedikit merosot, seolah beban yang tak terlihat baru saja ditambahkan ke pundaknya.
Setelah selesai membaca, dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya melipat koran itu dengan rapi, lalu menatapku dari seberang aula yang ramai. Di tengah semua bisikan dan kepanikan, tatapan kami bertemu.
Tidak ada lagi kemarahan di matanya. Tidak ada lagi kebingungan. Yang ada hanyalah sebuah pengakuan yang dingin dan mutlak. Sebuah penyerahan diri.
"Kau..." bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar di tengah keramaian, tapi aku bisa membacanya dari gerak bibirnya. "Kau benar. Terimakasih."
Itu adalah momen di mana kekuasaanku berhenti menjadi bayangan dan menjadi kenyataan. Sekarang.... Manor Hartwin resmi berada di genggamanku.
Siang itu, aku memutuskan untuk mengadakan pertemuan pertamaku. Aku tidak ingin menyiakan mesin yang sudah panas oleh berita karamnya kapal dagang Baron Latona.
Di ruang dewan, aku duduk di kursi utama. Di sekelilingku duduk para manajer senior keluarga Hartwin. Pria-pria tua berwajah masam yang telah mengabdi pada ayahku selama puluhan tahun.
Aku bisa melihat keraguan dan kebencian di mata mereka karena harus melapor pada seorang gadis berusia delapan belas tahun. Namun mereka tetap hadir karena penasaran dengan sosok di balik pembatalan investasi.
Aku tidak membuang waktu untuk basa-basi.
"Tuan Miles," kataku pada manajer keuangan. "Saya ingin Anda segera melikuidasi semua aset kita di Perusahaan Tekstil, mulai dari Hollowrail sampai ke Vanestone. Semuanya!" tegasku.
"Tensi pasar akan turun karena serangan panik. Jika sudah begitu, uang tunai akan menjadi raja. Kita perlu uang tunai sekarang untuk membeli aset-aset lain yang akan dijual murah oleh keluarga yang berinvestasi pada bencana Latona. Pindahkan semua dana itu ke kas utama. Kalau bisa, gandakan kas pembendaharaan kita tiga sampai empat kali lipat."
Dia membuka mulutnya untuk protes. "Tapi, Nona Elira, itu adalah..."
"Perintah saya bersifat final, Sir Miles dari Brownstring," potongku, suaraku sedingin es. "Apakah sudah jelas?"
Dia menelan ludah dan mengangguk kaku. "Baik, Nona Elira."
Aku beralih ke manajer properti. "Tuan Gable, saya ingin Anda segera memulai proses negosiasi untuk pembelian kontrak gandum dari semua pemasok besar di semua lumbung daerah selatan. Tawarkan harga sepuluh persen di atas harga pasar saat ini. Lakukan dengan cepat dan diam-diam."
"Membeli gandum... sekarang?" tanyanya, bingung. "Panen masih beberapa bulan lagi. Harganya pasti..."
"Kerjakan saja," jawabku.
Terakhir, aku menatap manajer konstruksi. "Tuan Varris, saya mau Anda menyusun rencana pembangunan dua lumbung pangan baru di tanah utara kita. Saya ingin spesifikasi terbaik, yang dimodifikasi dengan sihir pengawet. Anggaran tidak menjadi masalah. Kita akan mengisi penuh semua lumbung dengan persediaan untuk musim dingin. Target kita jelas, tidak ada satu penduduk County pun yang kelaparan."
Mereka semua menatapku seolah aku sudah gila. Rencana-rencanaku begitu besar, begitu berani, dan sama sekali tidak masuk akal menurut logika bisnis konvensional. Tapi berita tentang bencana Latona masih segar di benak mereka.
Peringatanku yang mustahil telah menjadi kenyataan yang mengerikan. Keraguan mereka kini dibungkam oleh rasa takut.
Satu per satu, mereka menundukkan kepala. "Baik, Nona Elira."
Aku telah mengambil alih kemudi. Kapal keluarga Hartwin kini berlayar di bawah perintahku. "Apa ini rasanya kekuasaan?" Aku tak kuasa menahan senyumku. "Luar biasa...."
Malam itu, saat aku sedang memeriksa kembali proposal lumbung pangan di ruang kerjaku, sebuah ketukan pelan terdengar di jendelaku. Bukan ketukan manusia. Itu adalah seekor burung hantu, kurir rahasia dari jaringan Nyonya Mawar.
Aku membuka jendela dan mengambil gulungan perkamen kecil yang terikat di kakinya.
Segelnya polos, tanpa lambang. Aku membukanya. Tulisan tangannya tegas dan elegan. Pesannya singkat dan menggunakan kata sandi kami.
Badai di laut telah berlalu. Selamat atas navigasi Anda yang cerdas. Saya menyukainya lukisan wajah ular yang terdesak. Saya harap Anda bisa melihat lukisan itu bersama saya. Mitra dagang Saya di perbatasan barat siap untuk pesanan Anda. Beri tahu Saya apa yang Anda butuhkan. Lukisan itu tidak ternilai.
- Laksamana.
Sebuah senyum kecil. Senyum pertama yang tulus dalam beberapa hari akhirnya menyentuh bibirku. Duke Raymond telah menerima pesanku. Dia siap membantu dan sepertinya sudah memberikan pukulan yang efektif kepada Marquess Tyran.
Aku menatap surat dari Duke di satu tangan, dan proposal pembangunan lumbung di tangan yang lain. Kemenangan atas bencana Latona bukanlah akhir. Itu hanyalah pembuktian konsep.
Sekarang, dengan sumber daya keluargaku di bawah komandoku dan seorang Duke yang kuat sebagai sekutu rahasiaku, pekerjaan yang sesungguhnya bisa dimulai.
"Murid Akademi Trisula dari Kekaisaran Thalvaria akan menyerang pelabuhan Atika dan Marquess Tyran akan menjadi pahlawan yang menghentikan mereka."
Bajingan itu berharap menjadi pahlawan. Namun, aku akan memastikan satu hal: ketika murid-murid Thalvaria itu datang, yang akan menyambut mereka bukanlah seorang pendekar pedang sihir yang akan menjadi pahlawan, tapi sebuah benteng yang sudah siap, yang dipersenjatai dengan Artileri sihir dan kebencianku.
Aku tidak akan membiarkan bajingan itu menjadi Pahlawan lagi kali ini. Tidak akan terjadi... tidak akan.