Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, baru saja lulus SMA. Namun tiba-tiba Ayahnya yang pemabok dan suka main judol, memaksanya untuk menikah dengan saudagar kaya yang memiliki 3 istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjadi lagi
"Kamu lagi ngapain?" tanya Sandy, yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Sasa. Tentu saja itu membuat Sasa terlonjak kaget, refleks Sasa membalikkan badannya namun justru itu membikin mereka tak ada jarak.
"Kamu ngapain sih? munduran dikit dong." ucap Sasa, dengan tubuh yang sudah gemeteran.
"Emangnya kenapa? kamu takut? hemm." ucap Sandy, yang malah menghimpit tubuh Sasa di pinggir washtafel.
"Sandy kamu kurang ajar ya aku ini ibu tiri kamu." ucap Sasa, lalu ia pun segera pergi menuju ke kamarnya.
Namun baru saja Sasa ingin menutup pintu kamarnya, Sandy malah mengejarnya dan mendorong pintu itu. Sasa berusaha menahan pintu itu agar tidak terbuka, namun tenaga Sasa tidak sekuat dorongan Sandy sehingga ia mampu mendorong pintu hingga terbuka.
Sandy pun menerobos masuk ketika pintunya sudah terbuka, Sasa yang sudah ketakutan segera lari ke kamar mandi. Tapi lagi-lagi Sandy dapat mengejarnya dan menangkap tangannya, Sandy menarik tangan Sasa hingga tubuhnya limbung.
Alhasil tubuhnya pun jatuh dalam pelukan Sandy, Sandy segera membopong tubuh Sasa ke atas tempat tidur. Lalu dengan rakus ia menciumi Sasa yang masih berusaha berontak, Sandy mengukungnya.
"Sebaiknya kamu diam jangan berisik, jangan sampai Bibi mendengar suaramu. Ingat Bibi itu sudah menggantungkan hidupnya kepada kami, jadi apapun yang aku katakan dia pasti percaya." ucap Sandy
"Tolong jangan perlakukan aku seperti ini San, ingat aku ini istri bapakmu." ucap Sasa memelas
Tapi Sandy tidak menghiraukan perkataan ibu tirinya itu, bahkan Sandy sudah seperti orang yang kesetanan. Dia melucuti seluruh pakaian Sasa, Sasa yang awalnya terus berontak akhirnya hanya bisa pasrah.
Karena cumbuan Sandy secara perlahan membangkitkan gairahnya, sehingga Sasa pun merasa terangsang di buatnya. Pada akhirnya hari itu runtuh sudah pertahanan Sasa, Sandy berhasil mengambil kesuciannya. Yang bahkan Pak Yudi selaku suaminya pun belum menjamahnya, tapi Sasa juga tidak tahu bagaimana kedepannya ia pasrah.
Setelah selesai meraup kenikmatan Sandy segera memakai pakaiannya, dia melihat noda merah di seprei putih itu ada rasa penyesalan dalam hatinya.
"Kamu masih perawan? jadi Papa belum menyentuhmu? Ah sial!" ucap Sandy menyesali kebodohannya, entahlah setan apa yang sudah merasukinya sehingga tadi ia bisa bertindak brutal begitu.
"Maafin aku ya." ucap Sandy sambil mencium pipi Sasa, setelah itu ia pun segera keluar dari kamar Sasa sebelum Bibi kembali.
"Hiks, maafin aku Pak Yudi. Aku sudah kotor, aku harus gimana?" lirih Sasa, ia pun bangun dari tempat tidur. Meskipun dirasa bagian bawahnya terasa nyeri, Sasa paksakan ke kamar mandi buat membersihkan diri.
Dia juga tidak lupa mengganti seprei nya yang terkena noda darah, dengan tertatih Sasa berjalan ke kamar mandi.
Sehabis membersihkan diri, mengganti seprei dan berganti pakaian Sasa pun keluar dari kamar. Ia hendak menjemur seprei itu, tapi sebelum ke belakang ia berpapasan dengan Bi Inah.
"Loh Mba mau kemana, sore-sore begini?" tanya Bi Inah, yang melihat Sasa ingin membuka pintu belakang.
"Ini Bi tadi saya tembus, langsung saya cuci jadi mau di jemur spreinya." sahut Sasa berbohong
"Ooh gak papa Mba, di keringin di mesin cuci aja. Di jemur di dalam rumah saja Mba, jangan di luar pamali." ucap Bi Inah
"Yaudah kalau gitu saya minta tolong ya Bi." pinta Sasa, kemudian menyerahkan ember yang berisi cucian pada Bibi.
Setelah itu Sasa menuju ke meja makan, dengan berjalan yang sangat pelan dan sesekali ia merintih.
"Masih sakit?" tegur Sandy yang membuat Sasa terlonjak kaget, karena tadi ia tidak menyadari keberadaan anak tirinya itu.
Entahlah apakah setelah kejadian itu, setatus mereka masih sama?
Sasa tidak menjawab pertanyaan Sandy, karena khawatir di dengar Bibi. Karena Sasa tahu perempuan tua itu masih ada di belakang, dan kalau sampai dia tahu Sasa sangat merasa malu.
"Bi sini ikut makan sama kita." ucap Sasa menawarkan, Bi Inah hanya tersenyum saja mendengar istri bosnya itu. Bi Inah tahu Sasa itu ramah, namun Bi Inah juga tahu batasan mana majikan mana pembantu.
"Bi nanti Bibi pulang jam berapa?" tanya Sandy, setelah melihat Sasa tidak bicara lagi.
"Jam 7 Mas, gapapa jangan buru-buru makannya." jawab Bi Inah sopan
"Bukan begitu maksud saya Bi, kalau memang Bibi sibuk di rumahnya. Bibi boleh pulang sekarang, tentang piring kotor nanti saya yang cuci." ucap Sandy lagi, tanpa menatap muka Sasa yang terus fokus makan.
"Yaudah Mas kalau gitu, Bibi pamit pulang ya. Mba Sasa gapapa kan saya tinggal, nanti Bibi jemur dulu spreinya." ucap Bi Inah minta pendapat dari Sasa
Sebenarnya Sandy sengaja menyuruh Bi Inah pulang lebih awal, karena tadi ia sempat melihat cara berjalannya Sasa yang kesakitan begitu. Sandy cuma khawatir kalau perbuatan mereka terendus pembantunya itu, walau bagaimana pun Sandy tidak mau nama baik Sasa tercoreng.
Jelas Sandy tahu disini dia yang salah, karena maksa Sasa untuk menyerahkan tubuhnya.
Setelah Bi Inah pergi, Sandy segera mengunci pintu depan dan belakang. Lalu ia mendekati Sasa yang sudah selesai makan, tapi belum juga beranjak dari meja makan.
"Kamu sudah selesai makan ya?" tanya Sandy, juga melihat telapak tangan Sasa yang bersih. Karena Sasa makan menggunakan sendok tadi, dan Sandy menyodorkan air minum untuknya.
"Sudah?" tanya Sandy lagi, lagi-lagi Sasa hanya diam.
Tak menunggu jawaban dari Sasa, Sandy menggendong tubuh Sasa meletakkan nya di single sofa. Yang ada di kamar Sasa, karena sebentar lagi masuk waktu maghrib.
"Kalau kamu ingin keluar panggil aku aja, kalau masih sakit buat jalan. Tapi tolong, malam ini jangan di kunci pintu kamarmu." ucap Sandy sebelum meninggalkan kamar Sasa
Sebenarnya Sasa tidak tahu kenapa, Sandy memintanya untuk tidak mengunci pintu. Tapi anehnya justru Sasa, malah menuruti permintaan pemuda itu.
Sekitar pukul 21.00 Sasa merasa mengantuk, ia pun membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Sasa pun memejamkan matanya entah sudah berapa lama ia tertidur, tapi dalam tidurnya ia malah bermimpi.
Pak Yudi mencumbunya menikmati setiap inci tubuhnya, Sasa yang memang bertekad ingin menjadi istri yang baik pun melayani Pak Yudi. Pak Yudi menikmati setiap permainan mereka, Sasa yang bahkan sudah tidak mengenakan sehelai benang pun.
Hanya bisa mendesah dan merintih, tapi Sasa merasa ada yang aneh ia kan sedang bermimpi. Tapi kenapa kok seperti nyata banget, bahkan bagian bawahnya sudah banjir tapi tidak merasa perih ketika bersama Sandy tadi siang.
Kali ini Sasa merasakan kenikmatan yang luar biasa, sehingga dia pun berkali-kali mengerang. Karena Sasa mencapai puncak, karena Sasa tidak tahan dengan keanehan itu ia pun membuka matanya.
Dan ternyata bukan Pak Yudi yang sedang menggaulinya, tapi Sandy lah yang sedari tadi mencumbunya. Sasa langsung mendorong tubuh Sandy, tapi bukannya di lepas Sandy malah mempercepat gerakannya hingga akhirnya Sandy melenguh panjang sesuatu cairan panas menyembur di dalam miliknya Sasa.
Air mata Sasa mengalir ia menangis dalam diam, jadi ternyata dari tadi ia begitu menikmati permainan itu. Bukan dengan suaminya, tapi dengan anak tirinya.
"Kenapa terulang lagi?" tanya Sasa yang sudah terisak
"Maafin aku, tapi aku sudah jatuh cinta sama kamu Sa. Aku mencintaimu dan apa yang kita lakukan, itu bukti rasa cintaku padamu. Kamu tenang aja kalau kamu hamil anakku, aku akan bilang ke Papa hal yang sebenarnya ya." ucap Sandy, sambil merengkuh tubuh Sasa kedalam pelukannya.
Dan entah kenapa Sasa pun merasakan, rasa yang nyaman ketika berada di dalam pelukan laki-laki ini.
[ ncess ]