NovelToon NovelToon
Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / TimeTravel / Perjodohan / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Rebirth For Love
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

“Tuhan, bila masih ada kehidupan setelah kematian, aku hanya ingin satu hal: kesempatan kedua untuk mencintainya dengan benar, tanpa mengulang kesalahan yang sama...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.8

Sementara itu, Daisy yang sedang menyusui Vio mendapat kabar dari salah satu pelayan bahwa mertuanya datang. Namun, perhatian Daisy justru tertuju pada notifikasi di ponselnya.

“Dua puluh juta…” gumam Daisy.

“Siapa yang belanja segini banyak?”

Tak lama, notifikasi lain muncul. Lima ratus ribu dari coffee shop.

“Astaga! Minum kopi aja sampai lima ratus ribu? Gila! Siapa yang pakai kartu aku, ya?”

Ia buru-buru memeriksa dompetnya. Kartu biru dan kuning masih ada. Namun, Daisy terkejut—kartu hitam pemberian Niklas hilang.

Kartu itu dulu hadiah pernikahan Daisy dan Damian. Tapi saat Andreas merengek ingin membeli jam, tas, dan kemeja baru, Daisy yang sedang bucin memberikannya tanpa pikir panjang.

“Ya Tuhan, bodoh! Bodoh banget kamu, Daisy!” pekiknya, kesal pada diri sendiri.

“Daddy pasti marah… aku harus kasih tahu Daddy,” putus Daisy dengan wajah cemas.

“Nona, bagaimana dengan tamunya?” tanya Tyas hati-hati.

“Biarkan saja, Mbak. Aku malas bertemu.” Daisy menjawab ketus.

Tyas mengangguk, lalu berlalu. Di lantai bawah, tamu sudah disambut oleh Jasmin. Pandangannya tajam pada Diana, Ivana, dan terakhir—Andreas, sumber kekacauan hidup putrinya.

“Kenapa kamu ke sini?” tanya Jasmin dingin pada Andreas.

“Ingin menemui kekasihku,” jawab Andreas dengan percaya diri.

“Cih, kekasih matamu picek,” cibir Jasmin, ceplas-ceplos tanpa tedeng aling-aling.

Andreas terdiam, kaget. Ia mengira Jasmin lembut, ternyata sebaliknya.

“Nyonya Diana, kenapa Anda bawa dua pebinor dan pelakor ke sini, hm?” lanjut Jasmin, suaranya dingin menusuk.

“Tante, aku bukan pelakor!” bela Ivana cepat, wajahnya memerah.

“Ya, benar. Aku pun bukan pebinor. Aku dan Daisy hanya teman, Tan,” timpal Andreas.

Namun Jasmin tidak mudah dikalahkan. Prinsipnya jelas: ia tidak pernah mau kalah.

“Teman? Kamu pikir aku tidak tahu? Kamu menggoda Daisy, menghasutnya membenci Damian!” pekik Jasmin.

“Tante, aku tidak seperti itu…” kilah Andreas.

Diana hanya diam. Ia tidak ingin ribut, hanya ingin melihat cucunya dan memastikan—apakah benar ia darah daging Damian.

Keributan terhenti ketika suara Daisy terdengar dari tangga. “Ada apa ribut-ribut?” tanyanya. Di pelukannya, Vio yang mungil tampak tenang.

Ivana dan Andreas sontak terpana. Aura Daisy setelah melahirkan justru semakin anggun.

“Oh, kalian… ngapain kesini?” Daisy kembali bertanya. Ia menyerahkan Vio pada Tyas, lalu menatap tajam ke arah tamunya dan melipat tangan di dada.

“Sayang, kok bicara begitu? Aku kangen sama kamu,” ujar Andreas, mencoba mendekat.

“Stop! Jangan dekat-dekat. Mundur!” tegas Daisy mengangkat tangannya.

“Aku tidak masalah kalau Ibu datang. Tapi kenapa harus membawa mereka?” tanyanya, menatap Diana yang salah tingkah.

“Memangnya kenapa? Ivana teman Damian, dan laki-laki itu pacarmu, kan?” balas Diana.

“Bu, aku dan Andreas tidak punya hubungan apapun!” Daisy melirik sinis ke arah Andreas.

Dulu tatapannya penuh cinta. Kini hanya tersisa benci, marah, dan kecewa.

“Tapi foto itu… apa editan? Gak mungkin, kan?” ujar Diana ragu.

“Bisa jadi itu fitnah dari orang yang iri sama Daisy,” sahut Jasmin, kini sudah duduk di dekat Diana, menjaga cucu kesayangannya.

“Ya, benar kata Mommy. Bisa jadi orang yang tidak suka sama aku dan Damian,” timpal Daisy, matanya melirik ke arah Ivana.

Ia ingat jelas—penjebakan itu ulah Ivana dan Andreas.

“Sudahlah. Dari pada bikin mood aku rusak, lebih baik kalian pergi. Aku gak masalah kalau Ibu mau bertemu cucunya. Tapi kalian berdua tidak diundang!” ucap Daisy tegas.

“Mbak Tyas, panggil bodyguard. Suruh usir mereka!”

Mereka panik.

“Heh! Daisy, gak bisa seenaknya gitu! Aku mau jenguk kamu!” Ivana membela diri.

“Iya benar, sayang. Aku cuma mau lihat kamu. Apa aku salah?” sambung Andreas.

“Diam! Jangan panggil aku sayang! Alergi aku dengar itu. Pergi! Bodyguard, seret mereka keluar!”

“Baik, Nona!” sahut empat bodyguard kompak.

“Tidak! Aku tidak mau pergi! Tante, tolong aku, Tante!” Ivana menjerit, tapi tubuhnya sudah diseret.

Begitu pula Andreas, kalah tenaga melawan dua bodyguard kekar.

“Tante! Tante!” teriak Ivana.

Bugh!

Mereka berdua dilempar ke luar pagar.

“Pergi sana!” bentak kepala bodyguard.

“Aww, kurang ajar! Daisy, awas aja kamu! Aku bakal bikin perhitungan!” desis Ivana, lalu masuk mobil dengan emosi.

“Ivana! Tunggu aku! Ivanaaa!” Andreas panik. Tapi Ivana cuek, meninggalkannya.

“Sialan!” geram Andreas, akhirnya memilih pergi juga.

Di dalam rumah, Daisy meringis, tangannya memegang perut.

“Aduh… sakit sekali…” gumamnya pelan.

“Kamu kenapa, Nak?” Jasmin panik.

“Perut aku sakit, Mom…” lirih Daisy, wajahnya pucat. Bekas jahitan terasa nyeri berdenyut, keringat dingin membasahi kening Daisy.

“Oh Tuhan… ayo ke kamar! Tyas, bantu! Aku panggil dokter!”

Tyas pun mengangguk dengan cepat memanggil, dokter keluarga. 

Daisy akhirnya dibaringkan di kamar tamu, karena ia mengeluh sakit bila harus naik tangga.

Diana memperhatikan semuanya. Lalu, pandangannya jatuh pada Vio yang ada dalam dekapannya. Wajah polos bayi itu benar-benar mirip Damian, bisa dikatakan Vio adalah Damian versi perempuan.

“Kamu… persis Ayahmu waktu bayi, Sayang,” bisik Diana. Vio menatapnya dengan mata bening. Tidak menangis, malah tampak nyaman dalam dekapannya.

“Oma yakin… kamu adalah cucuku, putri Damian,” gumam Diana, suara bergetar.

****

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Jasmin setelah dokter selesai memeriksa bekas operasi di perut sang anak.

"Lukanya baik-baik saja, tidak ada masalah. Semua jahitan sudah kering dan normal. Hanya saja, Nona Daisy terlihat kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Itu yang membuat rasa sakitnya terasa lebih kuat," jelas dokter dengan tenang.

"Ohh, syukurlah kalau begitu. Terima kasih banyak, Dok." Jasmin menghela nafas lega.

"Sama-sama, Nyonya. Kalau begitu saya permisi dulu, ya. Mari."

"Silakan, Dok. Terima kasih sekali lagi." Jasmin menunduk hormat, dokter pun mengangguk.

Tyas mengantar dokter sampai ke depan rumah. Begitu dokter pergi dan tak lagi terlihat, Diana memanggil Tyas, ingin tahu kabar tentang keadaan Daisy.

Bersambung ...

1
Epi Widayanti
hempaskan ulat bulu itu Daisy
Epi Widayanti
/Heart//Heart//Heart/
Asa Asa
belom pernah hidup serumah sama mertua
Susma Wati
ivana terlalu terobsesi pada damian yang menghancurkan dirinya sendiri, akibat dari perbuatan ayahnya yang lebih pergi dengan pelakor, da si pelakor dengan tidak tahu diri ingin memeras ivana
Epi Widayanti
Lanjut 👍👍
Epi Widayanti
lanjut
Epi Widayanti
Lanjut, makin kepanasan tuh si Ivana /Joyful/
Nix Ajh
eh Andrean mokondo, harusnya Daisy yang marah ini malah kebalik, kamu yang marah
Asa Asa
jahat banget
Margaretha Indrayani
lanjut thor
Nix Ajh
selalu ada kesempatan kedua, bahagia buat Damian, Daisy, dan Vio
Mochi 🐣
Kepedean
Susma Wati
banyak yang kayak ibu diana,
AriNovani
Komen guyss
Epi Widayanti
suka 💓💓
Nadira ST
musuhnya pada berdatangan kepalaku kok pusing ya daisi baru lahiran belum bisa balas dendam
Susma Wati
alfa dan andreas sama-sama punya penyakit hati,, dendam yang si pupuk terus menerus oleh mereka sendiri tanpa berpikir untuk memperbaiki diri
Nadira ST
lanjut thor penasaran nih
AriNovani
mobilnya bukan kaki 😭
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!