NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:595
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XV HANTU POHON

    Mendengar cerita orang itu, Sabdo dan Kundil mencari sebuah pohon bambu kuning, dan ditebang lah dua pohon bambu kuning itu, lalu dipotong-potong menjadi beberapa bagian, sehingga dari potongan dua bambu kuning itu, terdapat lima belas potongan, kemudian tiap potongan dibagikan kepada warga. Lima belas orang sekarang sudah memegang lima belas potongan bambu, akhirnya mereka menuju ke rumah orang tersebut. Begitu pintu terbuka, pemandangan mengerikan terlihat di sana. Tampak tubuh-tubuh terkoyak bagian perutnya, kulit mereka terdapat banyak cakaran, juga di wajah tampak cakaran yang hampir setiap wajah tidak dikenali, leher mereka tampak seperti ada bekas gigitan, usus-usus mereka terurai bercampur darah yang mengenangi lantai rumah itu.

    Yang lebih menyedihkan adalah tubuh bayi yang usianya baru hitungan bulan, sementara di bawah meja tampak tubuh anak-anak seusia tujuh tahun, berdampingan dengan tubuh seorang nenek, dan di dekat dapur, tampak tubuh wanita separuh baya, istri dari si pelapor tadi, juga di dekat jendela tampak tergeletak tubuh seorang remaja berusia 20 tahun. Tubuh-tubuh itu semuanya hampir tidak dikenali, wajahnya rusak parah, serta bercampur dengan darah yang berceceran.

    Kundil memandang semuanya hanya bisa diam dan penuh keprihatinan, kedua matanya hampir menetes air mata, begitu pula orang-orang di situ.

    " Sebaiknya kita urus saja untuk penguburan mereka ki sanak," kata Kundil.

    " Ya...sebaiknya begitu, supaya tidak menjadi tontonan warga lain," sambung Sabdo.

    Akhirnya warga di situ sebagian mengurus mayat-mayat itu lalu sebagian lagi menggali tanah di belakang rumah untuk penguburan mereka.

    Setelah semuanya sudah selesai, mayat-mayat itu setelah dikafani lalu dikubur dalam satu liang lahat. Selesai penguburan, Sabdo dan Kundil dibantu oleh beberapa warga melakukan ronda malam di mulai malam itu juga. Hingga pagi tidak tampak dan tidak terdengar berita seperti lagi, bahkan sampai malam ketiga, keempat dan pada malam kelima, saat Kundil baru saja menuang air untuk membuat kopi, dan juga Sabdo baru saja makan ubi, serta beberapa warga yang ronda malam itu, mereka dikagetkan dengan melesatnya bayangan hitam dari atap rumah yang satu ke atap rumah yang lain.

    Bayangan hitam itu terus melompat di antara beberapa rumah dan terus melompat hingga akhirnya, sosok bayangan itu terdiam di rumah yang beberapa hari lalu sempat menghebohkan warga. Di atap rumah itu, sosok bayangan tadi turun lalu sambil membungkuk, ia memasuki rumah itu, dan beberapa saat kemudian, sosok itu keluar lagi dan masih dalam kondisi membungkuk. Dari rumah itu, ia kemudian berjalan menuju rumah yang lain, kemudian pintu tampak terbuka lalu sosok bungkuk itu masuk.

    Sabdo melihat sosok itu dalam jarak satu rumah, ia jelas sekali memandang sosok itu seperti wajah srigala, dengan tubuh seperti manusia namun kakinya seperti orang membungkuk. Sosok itu keluar lagi lalu di atas sana, cahaya bulan mulai bersinar seiring dengan bergesernya mendung, tampak wajah sosok itu begitu menyeramkan, giginya bertaring, dengan mata merah menyala, dan pipinya penuh dengan bulu, telinganya seperti telinga anjing, dengan penuh kuku-kuku panjang, juga bentuk kaki seperti kaki bebek, dan ekornya sangat pendek. Sosok itu menyeringai dan tampat gigi yang runcing, sementara di dagunya tampak bekas cucuran darah yang kini sudah mengering. Sambil mengendap-endap, Kundil menggunakan gondewa atau busur, lalu menarik tali gondewa tersebut dan melesat lah anak panah dari bambu kuning. Anak panah itu lurus meluncur ke arah sosok tadi, dan ...jleph...anak panah itu menusuk tubuh sosok itu. Terdengar suara melengking lalu sosok itu terjatuh. Semua mata memandang ke sosok itu, kemudian sosok itu bangkit dan tubuhnya berubah menjadi sosok raksasa yang tinggi besar.

    Suara raksasa itu menggelegar di malam itu, ia meraung-raung dan berjalan kesana kemari sambil memandang setiap rumah. Raksasa itu mendekati rumah dimana Sabdo berada di dalamnya bersama beberapa warga. Kemudian raksasa itu menggedor pintu dan brak...brak...Pintu rumah itu rusak dan terbuka, ia memandang ke dalam rumah itu, sementara isi rumah itu sudah kosong, semuanya sudah keluar lewat jalan belakang. Mereka lari dan menyelinap di pohon yang ada di belakang rumah.

   Raksasa itu kembali meraung lalu berjalan ke rumah berikutnya, kemudian seperti rumah tadi, pintunya di rusak, namun semuanya kosong. Tiba-tiba raksasa itu mengambil batu sebesar drum, dan melemparnya ke rumah lain. Dengan batu sebesar itu, hancurlah rumah tadi dan isinya orang-orang pada berhamburan, dan saat itu salah seorang berhasil ditangkap, lalu orang itu dimakannya.

    Melihat semua kejadian itu, mereka melihat dengan penuh kengerian yang amat sangat. Tubuh itu dimakan semuanya dengan darah yang muncrat saat tubuh itu dimakan. Lalu raksasa itu mengunyah tubuh orang itu hingga ludes habis.

    " Ki sanak, sebaiknya kita berdua keluar, jangan sampai ada korban lagi," kata Sabdo kepada Kundil.

    Akhirnya keduanya melesat dari tempat persembunyian. Tampak dua sosok manusia itu berdiri di hadapan raksasa tadi. Suara raungan raksasa itu terdengar membahana, membuat suasana malam makin mencekam, sementara Sabdo dan Kundil mulai melakukan serangan-serangan ke tubuh raksasa itu, dan Sabdo berkata.

    " Nanti kalian panah raksasa itu dengan bambu kuning ya," teriak Sabdo.

    Sabdo dan Kundil sama-sama melancarkan serangan kepada raksasa itu, dan saat itu juga beberapa benda melesat lalu menancap ke tubuh raksasa itu, ia meraung-raung, lalu tubuhnya terjatuh ke tanah, hingga tanah itu menebarkan debu begitu banyak. Setelah debu-debu itu menghilang, tampak sosok raksasa itu hilang juga , yang ada adalah sosok sejenis hewan babi dengan warna hitam, hewan itu mendengus-dengus ke tanah lalu tubuhnya mengoyang-goyangkan pantatnya. Sambil menghunus sebilah pedang, tampak salah satu warga menyerang hewan itu, namun ia terjungkal saat hewan itu menjulurkan lidahnya. Orang yang terjungkal itu lalu tidak bergerak dengan luka di bagian dada seperti kena pukulan keras, dadanya hitam dan lidahnya menjulur dangan mata terbelalak.

    Melihat itu Sabdo mengambil sebilah bambu kuning yang jatuh, ia menyerang hewan itu, lidahnya menjulur dan menyerang Sabdo, namun ia bisa mengelak. Sementara lidah itu terus menjulur lalu membentur pohon, maka tumbang lah pohon itu hingga berwarna hitam. Kemudian Sabdo kembali mengeluarkan sebilah bambu kuning, kali ini ia melompat lalu meluruskan bambu itu ke arah hewan tadi , dan terdengar suara erangan, tubuh hewan itu sekarat lalu diam. Namun dari tubuh hewan itu keluarlah laba-laba yang ganas, matanya merah sementara kaki-kakinya banyak duri. Laba-laba itu keluar dan memburu sasarannya. Banyak warga yang dikejar dan digigit oleh laba-laba itu sampai tumbuh benjolan dengan rasa nyeri dan penuh kesakitan, ada yang tubuhnya bengkak ada juga yang gatal-gatal. Mereka semuanya merasakan hal yang sama, lalu Sando mengeluarkan obor dan menyalakannya. Membuat laba-laba itu menghindar, dan saat itulah warga yang lain memukuli laba-laba itu hingga hancur.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!