Di dunia kultivasi Cangxuan, Han Wuqing bereinkarnasi dari bumi ke dunia kultivasi abadi yang penuh kekuatan dan ketidakadilan.
Setelah berkultivasi selama 10 tahun dengan susah payah, tanpa dukungan apapun. Akhirnya cheat system muncul mewajibkan dia membuat sektenya sendiri.
System aneh yang mengizinkannya memanggil kesadaran orang orang dari bumi, seolah dunia adalah game virtual reality.
Orang-orang dari bumi mengira ini hanya permainan. Mereka menyebutnya "VR immortal".
Mereka pikir Han Wuqing NPC...
Mereka pikir ini hanya ilusi...
Tapi didunia ini— Dialah pendirinya, dialah tuhan mereka. Sekteku Aturanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwalkii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zilong Yang Malang, dilupakan teman temannya
Han Wuqing menatap sejenak kerumunan di hadapannya, lalu mengangguk pelan—gerakannya begitu tenang namun membawa bobot yang tak terlihat. Tanpa sepatah kata pun, ia membalikkan badan dan melangkah keluar aula. Pintu kayu berukir di belakangnya perlahan tertutup, meninggalkan kesunyian yang menggantung… sebelum akhirnya pecah oleh suara para pemain.
“Bro, itu tadi gila banget sih…”
“aku kira cutscene, tapi seperti... nyata banget, ya?”
“Fyuh...NPC ketua sekte ini punya sifat tegas, aku jadi takut”
Tak lama kemudian, sistem mengirimkan notifikasi:
[Selamat, Anda telah diterima sebagai murid luar Sekte Yuandao]
[Silahkan pilih hadiah senjata anda:Pedang/Busur/Tombak/Perisai/Belati]
Para pemain langsung bersorak, tidak sabar mencoba sistem pertarungan di dunia ini.
Satu per satu, para pemain mulai memilih perlengkapan mereka. Ada yang langsung menghunus pedang ringan dari punggungnya dan menebas angin dengan gaya, ada pula yang menimbang-nimbang antara tombak panjang atau busur elegan.
“Aku solo aja, kayaknya lebih enak grinding XP sendiri.”
“Ada yang butuh tank? Aku cukup tahan banting. Heh, Ototku bukan pajangan loh”
“Sniper mode: aktif. Cuma ganti dari scope ke anak panah, easy lah.”
Dalam waktu singkat, halaman luar aula berubah menjadi tempat berkumpul yang semarak. Tim-tim kecil mulai terbentuk—ada yang bertiga, ada yang berlima, masing-masing dengan gaya dan strategi mereka sendiri. Beberapa masih tertawa-tawa, yang lain sudah serius membaca Deskripsi beast dan siap untuk berangkat.
Di sebuah tim beranggotakan empat orang dengan nickname [BulletMonk], seorang pemanah dengan gaya nyentrik, [MechaOtaku], pengguna perisai yang berbadan besar,[CallMeZilong] dengan tombak nya penuh gaya pahlawan dan [DaoSlayer] pengguna pedang dengan gaya serius—langkah mereka mantap menuju pinggiran hutan timur
“Bro, itu lihat! Gerombolan kecil Serangga Batu!” seru BulletMonk sambil menunjuk ke arah semak, di mana beberapa makhluk berbentuk seperti kumbang batu tampak menggali dan bergerak lambat.
DaoSlayer mencabut pedangnya perlahan. “Ingat, mereka bisa menyemprotkan pasir tajam. Jangan terlalu dekat kalau belum siap.”
MechaOtaku maju dengan perisainya, “Santai, aku tank-nya. Kalian di belakang aja”
Namun sebelum mereka benar-benar membentuk formasi, CallMeZilong maju selangkah dengan tombaknya terangkat tinggi. “Hahaha! Monster level rendahan begini? Biarkan tombak naga ku menari lebih dulu!”
“Eh, bro jangan—” BulletMonk belum selesai bicara.
Tiba-tiba, dua Serangga Batu yang bersembunyi di balik akar pohon besar menyemprotkan pasir tajam bersamaan ke arah CallMeZilong.
“Astaga—!”
Dia tidak sempat bereaksi. Pasir yang tampak seperti kilatan debu bertekanan tinggi menghantam wajah dan dadanya. Tubuhnya terlempar ke belakang, menabrak batang pohon dengan bunyi keras. Ia terbatuk—napasnya putus-putus—lalu terdiam tak bergerak, mata membelalak tak percaya.
Sistem segera mengeluarkan notifikasi dingin: [Rekan party CallMeZilong mati. Respawn dalam satu jam waktu dunia]
Hening sejenak.
MechaOtaku: “ ...Siapa yang mengajak si bodoh ini?”
BulletMonk mengangkat tangan pelan, seperti anak sekolah yang mengaku salah. “Hehe... aku.”
DaoSlayer tak menjawab. Ia menatap ke arah sisa pasir tajam yang masih beterbangan pelan ditiup angin, lalu bicara dengan suara rendah:
“Huft...tidak apa, ayo kita bentuk formasi. Aku di tengah, Bro Mecha di depan, Bullet dibelakang. Jaga jarak. Kali ini, ayo serius”
Mereka bertiga kembali bergerak—kali ini dalam formasi yang lebih rapi, mata tajam mengawasi semak dan batu.
Satu jam kemudian, ketiganya berdiri dengan napas sedikit terengah, pakaian berdebu, dan luka-luka kecil menghiasi lengan serta bahu mereka. Di hadapan mereka tergeletak empat bangkai beast kecil berukuran tak lebih dari anjing besar—dua serang batu, satu kelinci tanduk tunggal dan satu katak Qi lembah.
Keempatnya hanyalah Common Beast Hewan biasa tanpa energi spiritual. Tidak bisa berkultivasi dan hanya mengandalkan insting alami.Tapi tetap memberi perlawanan sengit di tangan pemula seperti mereka
DaoSlayer menyarungkan kembali pedangnya, ekspresi tetap tenang walau ada sedikit frustasi di matanya.
“Empat beast dalam satu jam... Kita butuh banyak latihan lagi.”
MechaOtaku menyeka peluh dari dahinya, lalu mengangkat mayat beast ke pundaknya dengan susah payah.
“Sial...game ini terlalu realistis, kenapa tidak ada sistem inventory. Jadi kita tidak perlu repot-repot”
BulletMonk yang berjalan di belakangnya menyeringai tipis.
“Yah, yang penting kita masih bernapas. Ayo ke Aula Kontribusi, tukar ini semua jadi batu Qi—siapa tahu cukup buat beli senjata yang lebih layak.”
DaoSlayer mengangguk pelan, lalu bergumam dengan nada setengah serius, setengah bingung:“Entah kenapa... sistem sekte ini rasanya mirip game MMORPG. Bunuh beast dapet exp, ngumpulin bahan, tukar batu Qi... lalu belanja senjata biar makin kuat.”
MechaOtaku:“Yah... kau benar, tapi sayang tidak ada sistem inventory”
BulletMonk:“Sudahlah Bro, nanti juga ada”
Akhirnya ketiganya pergi dengan langkah ringan tapi dengan tubuh letih, mereka melanjutkan perjalanan menuju aula—dunia kultivasi mungkin keras, tapi bagi mereka, ini tetap terasa seperti petualangan yang baru saja dimulai.
Sementara itu, di kamar ketua sekte Han Wuqing duduk bersila dalam keheningan di kamarnya yang tenang. Di hadapannya, selembar panel cahaya transparan melayang tenang di udara—seperti layar holografik, terpancar langsung dari inti sistem.
Didalam nya percakapan party DaoSlayer terdengar jelas. Mendengar percakapan itu, senyum tipis terukir di wajah Han Wuqing. Ada kilatan licik dan penuh perhitungan di matanya—seolah semua berjalan sesuai rencana.
“Mirip MMORPG, ya...? Hmph, justru itu yang kuinginkan,”gumamnya pelan.
Ia menyentuh permukaan sistem, lalu menutup matanya sejenak.
“Sistem yang sederhana, adiktif, dan intuitif. Membunuh beast untuk EXP, menukarkan hasilnya dengan batu Qi, lalu membeli senjata atau teknik—siklus pertumbuhan yang membuat para murid terus bergerak maju tanpa harus dipaksa. Tak perlu motivasi besar jika sistem itu sendiri sudah menggiring mereka.”
Ia membuka matanya, kini bersinar dengan kilatan strategi yang dalam.
“Kultivasi bukan hanya soal bertapa dalam gua. Ini era baru—di tanganku, sekte ini akan tumbuh dengan logika dunia modern. Jika mereka pikir ini game, maka biarlah... mereka terjebak dalam ‘permainan’ yang kubuat. Pada akhirnya, akulah yang akan diuntungkan.”
Angin malam berdesir pelan di luar jendela, tapi di dalam ruangan itu, sebuah rencana besar tengah berjalan dengan tenang—dan Han Wuqing, seperti pemain catur mahir, telah mulai menggerakkan bidaknya satu per satu.
sekteku aturanku. Jadi keinget manhua Invincible at the start/CoolGuy/ Keren, thor! SEMANGAT!