NovelToon NovelToon
GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Gayatri, seorang ibu rumah tangga yang selama 25 tahun terakhir mengabdikan hidupnya untuk melayani keluarga dengan sepenuh hati. Meskipun begitu, apapun yang ia lakukan selalu terasa salah di mata keluarga sang suami.

Di hari ulang tahun pernikahannya yang ke-25 tahun, bukannya mendapatkan hadiah mewah atas semua pengorbanannya, Gayatri justru mendapatkan kenyataan pahit. Suaminya berselingkuh dengan rekan kerjanya yang cantik nan seksi.

Hidup dan keyakinan Gayatri hancur seketika. Semua pengabdian dan pengorbanan selama 25 tahun terasa sia-sia. Namun, Gayatri tahu bahwa ia tidak bisa menyerah pada nasib begitu saja.

Ia mungkin hanya ibu rumah tangga biasa, tetapi bukan berarti ia lemah. Mampukan Gayatri membalas pengkhianatan suaminya dengan setimpal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GAYATRI 15

“Bagaimana dengan lombanya? Keandra bilang sesuatu terjadi di sana. Kau baik-baik saja, kan? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Sarita ketika Gayatri pulang. 

Gayatri tersenyum, tak langsung menjawab, melainkan mengajak kaluna untuk masuk dan mendudukkan putrinya di sofa. Sarita dan Wira langsung mengikuti dan memperhatikan ekspresi Kaluna yang terlihat murung. 

“Ada apa. Nak?” tanya Wira, menatap cucu perempuannya dengan perhatian. 

Gayatri duduk di samping Kaluna dan mengusap pucuk kepala Kaluna lembut. “Tidak apa-apa, Nak. Kakek dan nenek hanya mengkhawatirkan keadaanmu saja.” 

“Iya, kau mendapat masalah, Nak? Katakan pada nenek, siapa yang berani membuat cucu Nenek murung seperti ini? Lihat saja, Nenek akan langsung memberinya pelajaran!” kata Sarita menggebu-gebu. 

Mendengar itu, Kaluna tersenyum sedikit. Senyum yang membuat Gayatri merasa sedikit lebih lega. 

“Kaluna tidak apa-apa, Nek. Kaluna hanya baru saja mendapatkan pelajaran berharga,” jawabnya, lalu menatap sang ibu. 

Wira ikut tersenyum, ia tahu jika Gayatri bersama dengan anak-anaknya, maka semuanya pasti akan baik-baik saja. 

“Sebenarnya, Nadya meninggalkan Kaluna di tengah-tengah perlombaan karena Kaluna tidak sengaja menumpahkan masakan mereka yang hampir matang.” Keandra memberitahukan yang sebenarnya. 

Sarita sontak berdiri, “Apa?! Apa itu benar, Gayatri?” tanyanya memastikan. 

Gayatri terdiam untuk sesaat, tetapi kemudian menganggukkan kepala sebagai jawaban. 

“Beraninya dia meninggalkan cucuku. Dia pikir dia siapa? Awas saja dia, aku pasti akan memberinya pelajaran!” seru Sarita dengan berapi-api. 

“Bu, sebaiknya jangan membesar-besarkan masalah, semuanya sudah berlalu. Kaluna juga sudah memaafkannya,” kata Gayatri, menahan sang ibu. 

“Tidak bisa seperti itu, Gayatri! Perempuan itu harus diberi pelajaran agar dia mengerti.” Sarita bersikukuh dengan keputusannya. Jika ia sudah seperti itu, maka Wira pun tidak akan bisa menghentikannya. 

Sarita lantas langsung berdiri di depan pintu, menunggu kepulangan Nadya dan juga Mahesa. Ia bertekad untuk menasihati perempuan itu. 

Tak lama ia menunggu, sepuluh menit kemudian, mobil Mahesa terlihat di depan rumah. Nadya dan Mahesa turun bersamaan. Begitu hendak melangkah masuk ke dalam rumah, mereka terkejut dengan eksistensi Sarita. 

“Ibu? Sedang apa Ibu berdiri di sini?” tanya Mahesa, menghampiri sang ibu. 

Sementara Nadya, menahan langkahnya beberapa langkah di belakang Mahesa. Melihat tatapan tajam Sarita yang langsung tertuju padanya cukup untuk membuatnya sadar apa yang akan sebentar lagi terjadi. 

“Hei, kau! Kemarilah!” kata Sarita, langsung menunjuk ke arah Nadya. 

Mau tak mau, dengan kaki gemetar, Nadya melangkah mendekat. “I-iya, Bu?” 

Sarita mengangkat tangannya tinggi, membuat Nadya dan Mahesa terkesiap. 

Namun, alih-alih menampar pipi perempuan itu, Sarita justru bertepuk tangan dengan keras. “Hebat, kau benar-benar hebat,” katanya sarkas. 

“Ibu, apa itu tadi?” 

Sarita berpaling menatap Mahesa, “Apa? Apakah kau pikir aku akan menampar perempuan ini? Aku tidak akan mengotori tanganku.” 

“Tapi, Bu. Apa salahku? Kenapa Ibu begitu marah?” tanya Nadya berani. Ia bahkan tidak memedulikan tatapan Mahesa yang memberinya isyarat agar ia diam. 

Sarita berjalan mendekati Nadya, “Kau tidak tahu apa salahmu? Kau sudah membuat cucu perempuanku kalah dalam perlombaannya, dan kau bahkan meninggalkannya begitu saja. Dan kau masih bertanya apa salahmu?” 

“Tapi, itu memang bukan salahku sepenuhnya. Kaluna yang ceroboh dan menumpahkan masakanku yang hampir jadi,” balas Nadya, tak mau terus disalahkan atas kesalahan Kaluna sendiri. 

“Berani sekali kau menjawab ucapan orang tua? Benar-benar tidak tahu sopan santun!” Sarita memelotot, tak suka jika ada seseorang yang membantahnya. 

“Tentu saja, aku bukan menantumu yang akan diam saja jika dituduh seperti ini! Berhenti menyalahkanku untuk kesalahan gadis itu!” katanya lebih lantang. 

“Cukup!” seru Mahesa, berdiri di antara Sarita dan Nadya untuk melerai keduanya. Ia melihat ke sekeliling rumah, tetangga mereka sudah berbisik-bisik sambil menonton keduanya. 

Kemudian, Mahesa menarik lengan kedua perempuan itu ke dalam dan menutup pintu rumahnya rapat-rapat. 

“Cukup! Cukup kalian semua!” bentaknya, kesal. Ini sudah kedua kalinya ia dipermalukan di depan umum. 

Kaluna yang mendengar ayahnya berteriak sontak terlonjak kaget dan langsung menggenggam lengan sang ibu dengan erat. 

Gayatri memahami kondisi putrinya yang ketakutan itu dan balas menggenggam lengan sang putri, semata hanya untuk memberitahu putrinya bahwa ia selalu ada di sisi Kaluna. 

“Kenapa kau menarik ibumu, Mahesa? Setidaknya biarkan aku memberi perempuan ini pelajaran lebih dulu!” kata Sarita, ia langsung menarik lengan Nadya begitu ada kesempatan. 

Sarita menarik lengan Nadya hingga perempuan itu terhuyung dan terjatuh berlutut di depan Gayatri. 

Tak terima diperlakukan dengan buruk, Nadya berniat untuk membalas perbuatan Sarita. Ia bangkit berdiri dan hendak meriah rambut Sarita. Namun, sebelum hal itu terjadi, tangan Gayatri sudah lebih dulu menahannya. 

“Jangan coba-coba menyakiti ibu mertuaku, Nadya. Atau kau akan tahu akibatnya,” kata Gayatri datar seraya menghempas lengan Nadya dengan cukup keras. 

“Astaga, apa dia mencoba mendorongku tadi? Benar-benar tidak tahu sopan santun. Lihat saja, apa yang bisa kulakukan terhadapmu!” 

Setelah mengatakan hal itu, Sarita langsung bergegas naik ke lantai dua. Semua orang melihat kepergiannya dan penasaran mengenai apa yang akan dilakukan Sarita. 

Suasana rumah itu seketika menjadi tegang. Tak ada satu pun yang berani membuka suara. Udara di sekitar mereka terasa jauh lebih berat dari biasanya. 

Tatapan tajam Nadya langsung tertuju kepada Mahesa, tatapannnya seolah mengatakan agar Mahesa melakukan sesuatu. Pria itu bahkan tidak terlihat ingin membelanya di depan keluarganya. 

Lima menit dari keheningan itu, tiba-tiba Sarita muncul dengan membawa koper milik Nadya. Ia langsung melemparkan koper itu kepada pemiliknya. 

“A-apa maksudnya ini?”

“Ibu, apa maksudnya ini? Kenapa Ibu membawa koper Nadya ke sini?” tanya Mahesa panik. 

“Pergi dari rumahku! Sekarang! teriak Sarita lantang. “Kau tidak pantas untuk tinggal di rumahku. Pergi! Pergi sekarang juga!” 

“T-tapi ….” 

“Tidak ada tapi-tapi, pergi sekarang juga! pergi dari rumahku. Aku tidak mau melihatmu di sini!” bentak Sarita seraya menunjuk ke arah pintu keluar. 

Saat Sarita sudah memutuskan seperti itu, bahkan Wira pun tak bisa berbuat apa-apa. Sementara Gayatri terlihat tidak ingin ikut campur, ia justru memilih mengajak Kaluna untuk pergi ke kamarnya. 

Nadya menatap Mahesa, meminta pria itu untuk melakukan sesuatu agar ia tidak harus pergi. Tetapi, melihat pria itu diam saja seperti patung, Nadya pun memilih menarik kopernya pergi dengan kesal. 

Melihat Nadya keluar rumah, Mahesa tak bisa menahan diri untuk mengejar langkah perempuan itu. Setidaknya, ia harus memberitahu Nadya bahwa ia tidak kuasa untuk menentang sang ibu. 

Sementara itu, Gayatri menatap punggung suaminya yang pergi mengejar perempuan lain dibandingkan dengan memenangkan hati putrinya sendiri. 

“Ternyata … kau lebih memilihnya, Mas.” Gayatri berkata lirih, menatap nanar ke arah pintu dengan hati yang terasa diiris sembilu. 

1
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kok saya pengen ikutan ngamookkk 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Rasain tuh 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Langsung shock berat 😔
Dwiann🌱
Greget banget sama Sarita dan Mahesa(⁠ノ⁠`⁠⌒⁠´⁠)⁠ノ
Dwiann🌱
Thor, sejak pertama kali saya membaca saya langsung terbawa cerita. Tetap semangat ya, Thor💪💐❤️
Ceu Markonah
bongkar kebusukan mahesa
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
tanya gih ke anakmu
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ibukmu sudah lihat semua, dan kalau dia msh mau bersama bapakmu ya berarti gu oblok ehh
Uswatun Hasanah
tambah lagi thor 🙏🙏🙏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
bersiaplah Mahesa 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
berlari pergi
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
benci tapi cinta 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
rasain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Kalian yg akan terkejut 🤭
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 👍🏻
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
kita lihat apa Nadya bisa mengurus rumah dan penghuninya yg lain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 😌
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Anak dan bapaknya sama saja 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Untunglah Shakira tidak seperti ibunya 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Apa hubungannya,belum tentu orang yg pendidikan tinggi bisa mengurus keluarganya 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!