Cerita ini berjudul " Hilangnya sebuah kepercayaan Hidup " yang sengaja saya buat sedemikian mungkin sekedar untuk menghibur para pembaca yang setia, semoga tulisan saya ini bisa bekenan dihati para pembaca, sekian dan terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iis siti Maemunah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Hari itu ditengah kebisingan terminal bis, Sandi menyebrangi jalan lalu dia menyetop sebuah angkot.
" Bang kejalan Supratman bang... !. Kata Sandi sambil naik kedalam mobil angkot, sesampainya dijalan Supratman dia menyetop mobil.
" Stop.. stop.. berenti disini.. bang... !. Sandi memberhentikan mobilnya yang sedang melaju, setelah memberikan ongkos mobilnya, lantas dia berjalan menyelusuri sebuah gang, dan tak lama dari situ terlihat banyak rumah berderet disana, Sandi berbelok kesebuah rumah yang dimana disana ada seorang kake tua yang sedang duduk dikorsi rotan.
Kake tua itu menoleh kearah yang baru datang, matanya mengawa-awasi wajahnya Sandi setelah terlihat jelas bahwa yang datang itu Sandi cucu kesayangannya.
" Sandi cucuku ... ?. Pangil Kake sambil meregang kan tangannya menyambut kedatangan cucunya untuk segera memeluknya.
Sandi langsung memeluk kakenya.
" Gimana kabarnya, kake baik-baik sajakan... ?. Tanya Sandi kepada kakenya.
" Ya cu kake baik-baik saja... !. Jawab kakenya.
" Duduk Cu disini ... ?!.
Pinta kakenya yang lantas Sandi pun duduk dikursi sebelah yang ditunjukan oleh kakenya.
" Kemana aja baru nongol... ?. Tanya kakenya.
" Ada aja ke, sibuk sama pekerjaan ke, jadi gak bisa nengokin kake maap ya ke ... !. Ucap Sandi menjelaskan, yang lalu seterusnya mereka ngobrol kesana kemari, sehabis ngobrol Sandi berpamitan untuk menengok kamar yang biasa dia pakai.
" Waduh kotor begini... ?!. Gumam Sandi yang lantas dia membersihkan kamarnya yang penuh dengan debu-debu.
Sandi kini menetap ditempat kediaman kakennya, yang memiliki banyak teman masa kecilnya disana, termasuk Koni seorang gadis belia adalah teman bermain dimasa kecil mereka, Koni sangat senang bertemu lagi dengan Sandi apalagi Laila, Yahya dan Doni sahabat masa kecil Sandi, ketika mereka saling bertemua mereka langsung berkumpul disebuah saung terbuka disisi jalan dan sawah, mereka berbincang-bincang asik diselang dengan bersenda gurau sambil ketawa-tawa, sampai lupa hari seharian sudah mereka duduk disaung tepi sawah itu.
" Udah bubar-bubar... sudah sore nih...?!. Kata Sandi sambil beranjak dari duduknya hendak pergi pulang, yang diikuti oleh teman-temannya juga.
Kesehari-harian Sandi ditempat kediaman kakenya, dua mengurus ternak ikan, yang kolam ikan kakenya sangat besar-besar, karena memang kakenya ini adalah seorang pengusaha peternak dan penjual ikan, kini Sandi yang akan melanjutkan usaha kakenya yang bernama kake Uci.
Dari sana kegiatan Sandi sehari-hari mengurus kolam ikan dibantu oleh Mang Gepeng sampai menjual ikan-ikannya kepasar.
Hari itu Sandi harus mengantarkan ikannya kepasar memakai mobil kakenya bersama Mang Gepeng, sepulang mengantarkan ikan-ikannya, dijalan Sandi melihat seorang ibu sedang menyebrangi jalan, namun sepertinya ibu itu akan melahirkan bayinya, dia menyebrang jalan sambil tertatih-tatih karena merasakan mules diperutnya, lalu Sandi pun turun membantu ibu hamil, yang lalu mengantarkannya sampai kerumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit Yono menyerakan ibu hamil itu keseorang Dokter untuk ditangani dengan baik.
" Istrimu... ?. Tanya Dokter ke Sandi.
" Oh bukan ini kerabat saya...!. Jawab Sandi.
Setelah itu Sandi menungui ibu hamil itu yang sedang berada didalam ruangan persalinan, yang tak lama terdengar seorang bayi yang baru lahir tu menangis, waktu itu Sandi bagai seorang lelaki yang sedang menungui istrinya yang sedang melahirkan, ada rasa gembira dihatinya mendengar tangisan seorang bayi yang baru lahir tersebit.
" Selamat ya pak anaknya sudah lahir, anaknya lelaki wajahnya tampan... ?!. Ucap seorang bidan yang keluar dari kamar persalinan mengulurkan tangan untuk bersalaman kepada Sandi.
Sandi cuma bisa mengangukkan kepalanya sambil merengkuhkan badan menyambut tangannya bidan untuk bersalaman.
Setelah tu Ibu yang baru melahirkan itu dibawa kesebuah ruangan kelas satu, Sandi mengikuti perawat yang mendorong kursi roda yang berisikan ibu yang habis melahirkan itu.
Sesampainya dikamar, ibu yang habis melahirkan itu dibaringkan diatas tempat tidur, setelah perawat merapihkan ibu itu lalu perawat itu pergi meningalkan mereka berdua.
" Selamat ya bayinya sudah lahir, cakep lagi bayinya ... ?!. Ucap Sandi mengucapkan selamat kepada ibu itu,
" Terima kasih yah, sudah menolong saya... !. Kata wanita itu, sambil menyodorkan tangannya.
" Kenalkan nama saya, Heni... ?!. Wanita itu menyebutkan namanya.
" Sandi... !. Kata Sandi menyebutkan namanya juga.
Lalau Sandi hendak berpamitan untuk pulang, namun wanita itu menahannya.
" Sebentar, jangan dulu pulang saya mau bicara... ?!. Kata Heni.
" Yah, ada apa Hen... ?!. Tanya Sandi.
" Maukah kamu menjaga anaku San... ?!. Kata Heni kepada Sandi yang bengong heran mendengar perkataan Heni.
" Emang kamu mau kemana.... ?. Tanya Sandi.
" Umurku sudah tidak lama lagi, aku memiliki penyakit tidak boleh punya anak, namun aku memaksakan diri untuk punya anak, walau setelah melahirkan aku harus meningal, tolong aku ya jagakan anaku.
Setelah itu datang seorang mengacara yang telah dipangil oleh Heni lewat teleponnya, lantas Sandi disuruh menanda tangani beberapa helai kertas, sedangkan Sandi tidak tau isi tulisan didalam kertas itu apa.
Setelah itu Heni menghembuskan napas terakhirnya sambil masih memegang tangan Sandi yang diharapkan Sandi dapat menjaga anaknya dengan baik, dan pada akhirnya mau tidak mau Sandi kini telah mempunyai seorang bayi yang harus dijaganya dan dirawatnya dengan baik.
Setelah pemakaman berlangsung, seorang pengacara menerangkan kepada Sandi bahwa lelaki Heni belum lama meningal dalam kecelakaan, setelah itu kini Heni yang meningal setelah melahirkan, dijelaskan pula kekayaan milik Heni itu tidak sedikit jumlahnya, Heni ini anak satu satunya dan kedua orang tuanya sudah meningal dunia, sedangkan lelakinya adalah anak angkat orang tuanya yang diadopsi dari rumah panti asuhan, kini anaknya Heni tidak memiliki siapa-siapa, dan Heni telah menyerahkan seluruh kekayaannya kepada Sandi dan Heni pun kini telah menitipkan anaknya untuk diangkat menjadi anaknya Sandi, dan kesepakatan ini sudah ditanda tangani oleh anda, begitu kata pengacara itu menjelaskan kepada Sandi pengacara itu memberikan beberapa berkas yang harus diterima oleh Sandi.
kini mau tidak mau Sandi harus menerima semua keputusan tersebut sambil melirik seorang bayi yang sedang berbaring disebuah sopa.
" Ternyata aku telah menandatangani kesepakatan semuanya tanpa aku sadari... ?. Begitu gumam Sandi.
Sandi pulang kerumah kakenya bersama seorang bayi mungil, lalu Sandi bercerita kepada kakenya yang menantinya dengan perasaan cemas, karena Sandi telah dua hari tidak pulang, kake Uci merasa senang melihat bayi kecil yang akan menjadi salah satu keluarganya itu, namun sedikit terharu, kake Uci ini merasa tergugah hatinya karena teringat kemasa lalu Sandi yang nasibnya hampir sama dengan bayi mungil itu, kedua orang tua Sandi yang telah meningal dalam kecelakaan namun Sandi selamat karena terlindungi oleh tubuh kedua otang tuanya, seterusnya Sandi dibesarkan oleh kake Uci.
Selamatan sukuran utuk kelahiran empat puluh harinya bayi mungil, yang kini diberi nama oleh Sandi dengan sebutan nama alias " Si Gembul, yang nama aslinya itu diberi nama " Guruh Suseno nama itu sengaja mengambil dari namanya Sandi sebenarnya Sandi memiliki nama asli ya itu Sandi'ka Suseno.
Setelah selamatan bayinya Sandi membawa bayinya untuk pindah kesebuah rumah besar milik Heni, disana sudah banyak pembantu yang menyambut kedatangan Sandi. dan Guruh. Sandi kini mau tidak mau harus mengurus perusahaan yang ditingalkan oleh Heni yang kini telah beralih kepemilikannya atas namanya sendiri, dan kini Sandi telah menjadi Bos besar atau sudah menjadi seorang "CEO,, diperusahan itu.
B e r s a m b u n g.