【Baik, Cantik×Ganteng+Perselingkuhan,Cinta Segitiga+Cinta Manis, Komedi Romantis】Saat suamiku sibuk bermesraan bersama mantan kekasihnya, akupun tidak mau kalah! Dan pada akhirnya akupun memadu kasih dengan dia yang adalah......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CancerGirl_057, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 #
Merasa tidak nyaman dengan sikap adik iparku, aku bergegas pamit ke kamar untuk menemui Mas Chris.
Di kamar, aku melihat suamiku itu tengah tidur dengan pulas. Aku berniat membangunkannya dan meminta kembali hakku sebagai istrinya. Namun reaksinya lagi-lagi begitu menjengkelkan.
"Apa-apaan sih!" hardiknya. Ia bahkan mendorongku dengan kasar hingga aku hampr jatuh dari atas ranjang.
Aku menatap mas Chris dengan pandangan kesal, begitu pula dirinya. Mas Chris melotot tajam dengan kedua mata merah, ia terdengar menghembuskan napas kasar lalu kemali tidur begitu saja.
Bagaimana aku bisa bertahan dengan laki-laki seperti dirinya?
Aku tidak mengatakan apapun, aku kembali keluar dari kamar dan duduk di depan layar televisi untuk menenangkan diriku. Entah mengapa, setelah berada disana aku menjadi tenang dan nyaman.
"Kalau nggak bisa tidur, disini aja, Mbak." Ucap laki-laki yang masi duduk seorang diri di dekatku.
Aku hanya mengangguk singkat. Kini aku bisa melihat siapa dirinya. Layar televisi yang sesekali menyala begitu terang, membuatku bisa melihat dengan jelas sosok tampan itu. Dia adalah Andre, yang dengan suka rela menawarkan diri sebagai pengganti Mas Chris beberapa saat yang lalu.
"Jangan terlalu dipikirkan, Mbak.. Dari dulu Mas Chris memang keras kepala. Sabar aja." ucapnya pelan. Ia menoleh dan tersenyum menatapku.
Akupun membalas tatapan Andre, mengagumi ketampanan laki-laki itu. Usia kami tak terpaut jauh, wajar saja jika dia mudah tertarik padaku. Karena terus terang dia berkali-kali memuji kecantikanku.
Andre tibatiba memelukku. Aku memejamkan mata, merasakan kehangatan tubuh dari seseorang yang tak seharusnya. Namun entah mengapa, aku justru merasa tenang dan nyaman.
"Aku bakal selalu ada buay mbak. Jangan terlalu menderita gara-gara Mas Chris. Mbak pantas bahagia." Ucapnya pelan.
Akhirnya, kami memutuskan untuk lanjut menonton televisi hingga pukul empat pagi. Setelah kantuk menyerang, aku pamit padanya untuk kembali ke kamar.
...----------------...
pukul enam pagi, aku sudah menyiapkan makanan diatas meja makan. Akupun sudah menyiapkan bekal untuk Mas Chris.
Setengah jam berlalu, Mas Chris dan kedua adiknya tiba dimeja makan. Ketiganya duduk dan mulai mengamil menu sarapan.
"Hmm, aromanya aja udah bikin perutku laper banget!" Seru Andro.
"Masakan Mbak Ketty emang juara, deh!" Puji Andre.
"Udah cepat makan!" tegur Mas Chris.
Andre dan Andra hanya tersenyum masam. Mereka bertiga pun akhirnya melanjutkan sarapan.
Setelah kami semua selesai, Andra dan Andre membantuku membereskan meja makan, mereka meletakkan piring dan gelas kotor di tempat cuci piring. Sementara aku mengantar koka bekal Mas Chris ke kamarnya.
"Jangan lupa dibawa." Ucapku singkat sambil meletakkan kotak bekal itu diatas ranjang.
"Hmm." Mas Chris mengangguk singkat. Ia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali atas sikapnya padaku semalam.
"Mas, boleh aku tanya sesuatu, nggak?"
"Apa?"
"Apa aku emang udah sejelek itu ya sampai kamu benar-benar nggak mau sama aku? Sebenarnya, apa salahku, Mas? Aku kurang apa?" Unek-unek dalam hatiku pun akhirnya aku lontarkan juga. Aku ingin mendengarnya dengan jelas, agar aku bisa memperbaiki diriku.
"Nggak apa-apa. Cuma nggak tertarik aja." Jawab Mas Chris dengan enteng.
Aku menautkan kedua alisku, kenapa jawaban itu semakin menyakiti hatiku. Aku sudah menuruti permintaannya, berdandan cantik, memakai pakaian yang rapi, bahkan aku tidak hanya memoles kecantikan wajahku, namun juga merawat betul-betul bagian terbaik tubuhku. Tapi, dia bilang tidak tertari padaku?
Aku keluar dari kamar sembari membanting pintu dengan kasar. Aku kembali ke dapur, dan kini kulihat dapur sudah kembali rapi, bahkan cucian piring pun sudah bersih. Namun, tak kulihat seorangpun disana.
Tidak berselang lama, terdengar suara motor meningalkan halaman rumah. Aku tahu betul itu suara motor Mas Chris.
"Mbak, Kami berangkat duluan." Pamit Andre. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya sambil pergi ia tampak terburu-buru.
"Kami pergi, Mbak!" Seru Andra menyusul.
Jam masuk kerja mereka masih pukul delapan pai, namun wajar jika mereka pergi lebih pagi, karena keduanya sedang masa percobaan. Jika kerja mereka baik, kesempatan untuk memiliki jabaan lebih tinggi pun mudah mereka dapatkan.
Karena hatiku kesal, aku membuka lemari pendingin dan meneguk sebotol air dingin sampai habis. Aku melihat kulkasku hampir kosong, tidak adalagi persediaan lauk pauk dan sayur mayur.
Pada akhirnya, aku memilih untuk mengendarai motorku dan berbelanja di toko sayur yang jaraknya cukup jauh dari rumahku.
Beberapa ibu-ibu sedang berkumpul, bercengkrama sambil memilih dan memilah jenis sayur dan ikan yang akan mereka beli.
"Wah, ada Ketty. Tumben belanjanya jauh kesini." Sapa bu Meta, si penjual sayur.
"Iya ibu. Tukang sayur yang biasa lewat kurang lengkap. Jadi kesini, sekalian belanja banyak buat stok lauk pauk." Jawabku.
"Eh, perasaan dirumahmu ada dua laki-laki ganteng banget, ya. Mereka kembar bukan, sih? Mirip banget!" Seru salah seorang ibu-ibu yang sedang memilih kangkung bersamaku.
"Adiknya Mas Chris, Bu. Memang kembar, agar susah dibedakan."
"Jadi, mereka tinggal sama kalian, gitu?" sahut Bu Meta.
"Iya, sementara. Mereka baru dapet kerja, mungkin setelah gajian baru cari kos terdekat tempat kerjanya." Jelasku.
"Eh, kamu harus hati-hati loh. Nggak baik tinggal sama ipar. Apalagi kamu itu cantik. Takutnya adik suamimu malah suka sama kamu, loh!" ujar Bu Meta sambil tertawa kecil.
"Iya, bear itu Mbak Ketty." Sahut ibu-ibu lain sambil tersenyum-senyum.
Aku tahu mereka hanya bercanda, namun sudah jelas bahwa prasangka itu benar adanya. Bahkan semalam, aku sudah merasakan sentuhan tangan hangat itu, sentuhan yang lama tak ku rasakan dan begitu mendebarkan.
"Eh, Ketty! Suamimu kenapa kok udah lama banget nggak beli obat lagi ke suamiku? Ada obat baru, loh! Lebih manjur, top markotop !" Bu Sulis berbisik-bisik di telingaku sambil menampakan raut wajah yang begitu meyakinkan.
"Obat apa, Bu?" Tanyaku kurang paham.
"Heleh, kamu masa nggak tahu! Suamimu kan dari dulu langganan obat penambah stamina pria."