Ipar Tapi Maut Bagiku

Ipar Tapi Maut Bagiku

BAB 1 #

"Mas..."

"Aku lagi capek". Jawabnya singkat, padat, jelas dan menusuk hatiku.

Yaa begitulah setiap malam jawaban suamiku, semangatku yang sementara berkobar-kobar, sirna sudah disaat dia menolak diriku ini.

Aku hanya termenung dan merasakan sesak di dad4 ini setiap kali suamiku pergi meninggalkan diriku begitu saja di kamar ini. Ia pergi ke tempat temannya yang ada di komplek perumahan sebelah dan tidak akan pulang sampai fajar datang.

Setahun terakhir ini, saya sering kali melihat suamiku minum ob4t ku4t. Meskipun aku tak tahu sebenarnya karena memang sejak awal tidak ada yang salah dengan suamiku.

Dulu sebelum dia mengkonsumsi obat ku4t, sangatlah perkasa, namun setiap kali saya bertanya kenapa memakai obat kuat sedangkan kita tidak pernah tidur bersama melakukan perbuatan selayaknya suami ke istri, ia dengan entengnya menjawab dengan alasan yang tidak masuk akal. Suamiku tidak percaya diri saat bersama diriku.

Sebenarnya aku tidak mempermasalahkannya, karena sudah seminggu lebih kita tidak pernah melakukan hubungan layaknya suami istri. Namun akhir-akhir ini aku melihat suamiku ada yang aneh dan merasa janggal dengan dirinya, namun sampai saat ini aku tidak pernah tahu apa yang di sembunyi oleh suamiku.

Pagi hari seperti biasa, aku sudah menyiapkan sarapan dan kopi hitam untuk suamiku. Seperti sebelum-sebelumnya aku melihat jam dinding, waktu menunjukkan jam setengah 6 pagi, dikit lagi pasti suamiku akan segera pulang ke rumah.

Selang beberapa menit setelah makanan sudah disajikan di atas meja makan, suamiku pulang dengan tidak biasanya, wajah yang mengusulkan serta rambut yang sudah acak dan mata yang merah tampak tidak tertidur dalam semalam. Ya suamiku tidak tidur semalam akibat dari kartu dengan teman-temannya.

"Mas", sapaku dengan lembut dan mesra. "Yuk, sarapan dan minum kopi dulu".

Aku menjadi berusaha menjadi seorang istri yang menghormati dan baik pada suami, bertutur kata halus dan sopan serta berusaha menyenangkan suamiku.

"Lagi nggak mau makan". Jawab suamiku dengan cueknya.

Langsung aku balas dengan lembut, halus dan masih sabar, "tapi ini kan makanan kesukaanmu, lho mas, dicobain aja dulu."

Begitu cuek dan tidak menghiraukan perkataanku, suamiku langsung melangkah ke kamar, aku mengikuti dan memperhatikan suamiku sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, pasti semalam ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi dalam diri suamiku dan itu aku tak tahu.

Entah ada apa dengan diriku ini, aku merayu pada suamiku dengan mesra dan manja karena ingin meminta hakku yang sudah seminggu lebih tidak dilaksanakan. Diluar dugaan, suamiku menolak seperti biasa.

Aku melihat suamiku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Setelahnya dia bersiap-siap untuk pergi ke kantor tempatnya bekerja. Aku dengan telatennya menyiapkan pakaian untuk suamiku.

Suamiku bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran sebagai seorang manager. Sejak lulus kuliah dia bekerja di perusahaan tersebut, dari menjadi seorang pegawai biasa sampai menjadi seorang manager sekarang ini dengan gaji 2 digit per bulan. Gaji yang sangatlah luar biasa jika dipergunakan dengan baik dan dengan rasa syukur. Kami belum mempunyai cicilan dan juga belum mempunyai anak karena pernikahan kami masih tergolong baru.

Bisa dibilang, dengan gaji segitunya pasti akan cukup untuk kehidupan keluarga kami sebulan kedepan, itupun sudah berlebihan. Rumah kami saat ini merupakan warisan dari orang tua dari suamiku. Kami memiliki 2 buah sepeda motor. Satu motor matic pemberian dari orang tuaku dan motor satunya lagi motor suamiku yang di beli sendiri dengan hasil dari kerja kerasnya saat masih menjadi seorang pegawai biasa di perusahaan tersebut.

"Ma, kok sepatu papa nggak di cuci sih?" Teriaknya dalam kamar. Aku di dapur sedang menyiapkan bekal untuk suamiku bawa ke kantor setelah selesai aku peegi ke kamar.

"Beberapa hari ini hujan terus pa, jadi mama nggak cuci, takutnya nggak kering dong. Entar nggak ke kantor." Kilahku.

"Hhmm..Mama..mama." Dengan muka yang sok imut, bibir manyun dan nada suara yang sudah berubah lebih manja dan lembut tidak seperti sebelumnya marah.

"Oh iya  pa, sebentar mama mau ke rumah Tania mau ngambil barang."

"Barang apa ma?" Tanya suamiku dengan penasaran.

"Ada deh, pokoknya sesuatulah pa." Ucapku menggodanya.

Karena tidak mau mendesak karena akan muncul kecurigaan, akhirnya suamiku duduk mania di ruang makan untuk menyantap sarapan yang sudah aku buat.

Begitulah kehidupan perjalanan Rumah Tangga kami. Jika ada salah satu dari kami berdua yang marah, tidak akan bertahan beberapa hari. Pasti hanya sejam dua jam saja abis itu bercengkrama dengan sangat akur.

Setelah selesai sarapan suamiku akan pergi ke kantor untuk bekerja.

"Jangan lupa bekal makan siangnya ya pa!". Kataku kepada suamiku. "Iya, istriku sayang." Kata suamiku dengan mesra.

"Oiya, ma. Andre dan Andra kan udah wisuda, minggu depan akan datang kesini antar lamaran di perusahaan tempat papa kerja. Mereka akan tinggal disini dengan kita karena mereka akan kerja dengan papa di perusahaan." Kata suamiku.

"Yaa bagus. Habis kuliah langsung cari kerja. Kenapa gak di perusahaan papa ajah?" Tanyaku. Kedua adik ipar kembarku itu adalah sarjana yang baru lulus S1, mereka mengambil jurusan di bidang Industri.

Mereka juga ingin bekerja di Perusahaan, tentu dengan posisi yang jauh lebih tinggi dari suamiku. Maklum suamiku hanya lulusan SMA.

"Gak tahu, gak ada yang cocok katanya. Mau coba melamar di Perusahaan kecil2 ajah dulu katanya." Jawab Suamiku.

Setelah bahas kedua adiknya, suamiku siap-siap untuk berangkat kerja.

"Papa berangkat kerja dulu, hati-hati kalo mau keluar ya dan jaga rumah dengan baik".

"Iya pa." Aku mencium punggung tangan suamiku.

Setelah sepeda motor yang di kendarai suamiku pergi. Aku segera bersiap pergi ke rumah Tania, sahabat aku. Rumahku dan rumah tania tidak terlalu jauh berdekatan saja hanya beda gang.

Kami biasa bertemu saat ad perlu ajah. Hanya karena ada keperluan saja. Karena Tania seorang Ibu Rumah Tangga yang sibuk dengan 2 anak dan jualan onlinenya.

"Aku mau ambil yang itu 10 sachet ya na." Aku menunjuk sebuah barang yang terbungkus plastik bergambar tukang jamu.

" wah banyk banget belinya Ra".

Di jamin deh, suamimu bakal klepek-klepek!!"

"Ini gimana cara  konsumsinya, nia?"

"nggak ada efek sampingnya, kan?"

Tanya aku.

"Kan ini jamu herbal, nggak adalah efek sampingnya.

Minum dua kali sehari ajah cukup. Ini manfaatnya untuk merawat area sensitif kita biar terjaga kelembabannya. Terus ini juga membuat area sensitif kita jadi wangi dan rapet. Ibu-ibu sekomplek udah pada ngerasain loh." Ucap Tania.

"Ahh yang benar nih?"

"Serius Jul. Ini aku ada lagi, ini kapsul yang gunanya untuk mengencangkan otot-otot kewanitaan. Jadi reaksinya jadi menjepit. Nanti buat suamimu jerit-jerit, sumpah!"

"Dasar ini tukang jamu!" Batinku. Bisa saja caranya bikin orang tertarik,!"

Dan benar saja, aku tidak bisa menolak apa yang sudah di tawarkan Tania.

"Ya sudah, aku ambil 1 bungkus yang isi 20 kapsul, ya".

Akhirnya aku membeli, semua yang aku butuhkan. Sudah sebulan terakhir aku berencana untuk membeli obat-obat herbal ini. Dengan begitu aku berharap suamiku tidak akan menolak lagi.

Setelah sampai dirumah, aku langsung menyeduhkan 1 sachet jamu,

Dan nanti sore, aku akan meminum satu sachet lagi.

"Semoga ini berhasil!!" Batinku girang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!