NovelToon NovelToon
Janda Satu Malam

Janda Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Poligami / CEO
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: My Choki

Karena salah paham saat mendengar percakapan Ayahnya tentang pelaku yang terlibat dalam kecelakaan Kakeknya saat dia.masih kecil sehingga membuat seorang pemuda bernama lengkap Arishaka Narendra membalaskan dendamnya kepada seorang gadis bernama Nindia Asatya yang tidak tahu menahu akan permasalahan orang tua mereka di masa lalu.

Akankah Nindia yang akrab di sapa Nindi itu akan memaafkan Shaka yang telah melukainya begitu dalam?

dan Bagaimana perjuangan Shaka dalam meluluhkan hati Nindia gadis yang telah ia sakiti hatinya itu!

Mari kita simak saja kisah selanjutnya.

Bijaklah dalam membaca mohon maaf bila ada nama tokoh atau tempat yang sama. semua ini hanya hasil karangan semata tidak untuk menyinggung siapapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Choki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mendapat pekerjaan

Nindia mengusap keringat yang mengucur di keningnya dengan selembar tissue ditangannya. Sudah dua jam berjalan kaki menelusuri trotoar. Sudah beberapa toko dia masuki untuk menanyakan lowongan pekerjaan. Namun semuanya menjawab belum membutuhkan karyawan.

Nindia duduk di bangku yang disediakan pemerintah yang terletak di atas trotoar yang lumayan luas itu. Duduk merenungi nasib. Ternyata mencari pekerjaan di kota besar seperti ini sangatlah sulit jika tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi.

Setelah beristirahat sebentar Nindia kembali melanjutkan langkahnya mencari pekerjaan. Tidak ada kata menyerah demi melanjutkan hidupnya yang sebatang kara di kota besar ini.

Beberapa toko sembako. Toko kelontong ia masuki bahkan warung kaki lima pun ia masuki untuk mencari lowongan pekerjaan. Walaupun tanggapan dari sebagian pemilik toko dan pemilik warteg itu membuat Nindia geleng-geleng kepala.

"Maaf, tapi saya tidak berani mempekerjakan bule, nanti di marahin orang tuamu bagaimana?" Respon salah satu pemilik warteg.

"Aduh, bule cantik kayak kamu memangnya bisa kerja kasar seperti kami ini?". Ucap pemilik toko sembako.

Membuat Nindia melongo mendengar perkataan para pemilik toko yang meragukan kesungguhannya itu.

'Haduh, susah juga ya cari kerja di kota besar seperti ini.' Batinnya seraya duduk di sebuah bangku dan mengipas-ngipaskan kertas karton demi mengusir hawa panas dan gerah pada dirinya. Setelah berjalan lumayan jauh.

Tak jauh dari tempat duduknya Nindia Melihat ada Toko grosir yang lumayan besar.

"Nona yakin ingin bekerja di toko saya?" Tanya seorang wanita paruh baya keturunan Tionghoa itu seraya menatap penampilan Nindia dari atas hingga ujung kaki.

"Panggil Nindi saja Cie, saya sedang butuh pekerjaan." Sahut Nindia dengan harapan semoga di terima di Toko grosir yang lumayan besar itu.

"Tapi sanggup kan kerja seperti ini?" Tanya sang pemilik toko yang biasa di panggil Cie San-san.

"Saya sangat yakin Cie, saya akan bekerja sepenuh hati." Balas Nindi lagi penuh semangat.

"Tapi pekerjaannya berat loh, angkat-angkat barang. Terkadang juga mengantarkan pesanan Customer. Apa kamu bisa bawa motor?"

"Iya, tidak apa-apa. Saya bisa membawa Motor Cie" Sahutnya sangat berharap jika ini Toko terakhir yang ia masuki dan bisa bekerja disini.

"Baiklah, kamu boleh bekerja disini. Saya coba dulu selama tiga bulan ya. Jika dalam tiga bulan pekerjaanmu bagus dan memuaskan. Baru naik gaji dan jadi karyawan tetap." Ucap Cie San-san menatap Nindia.

"Terimakasih banyak Cie, kapan saya mulai bekerja?" Nindia sangat bersyukur akhirnya mendapatkan pekerjaan juga setelah hampir seharian mencari keluar masuk berbagai Toko.

"Kamu bisa mulai bekerja besok. Ingat datang tepat waktu ya, Toko buka jam sepuluh pagi tutup jam 4 sore. Jadi semua karyawan sudah harus stay sebelum Toko di buka. Mengerti?"

"Baik Ci, saya mengerti. Terima kasih banyak." Ucap Nindia sembari menyalami Cici San-san pemilik Toko tersebut.

"Sama-sama, ingat ya, besok pagi sebelum Toko di buka kamu sudah harus stay disini tepat waktu."Ci San-san kembali mengingatkan Nindia.

"Baik Ci, kalau begitu saya permisi." Pamit Nindia Yang di angguki oleh pemilik Toko tersebut.

Nindia keluar dari Toko itu dengan perasaan bahagia. Akhirnya dirinya tidak akan kelaparan dan bisa menghidupi dirinya sendiri.

Setelah kepergian Nindia para karyawan kini tengah berbisik-bisik.

"Hey! Kalian lihat cewek yang baru keluar tadi?" Tanya Nadia.

"Ya, aku lihat. Memangnya kenapa?" Sahut Rini heran.

"Sepertinya dia bakal kerja disini deh. Cici pasti sudah menerimanya, kita kan memang kekurangan tenaga. Kita sering kuwalahan kan melayani Customer!" Sahut Lia..

"Iya, tapi kalian nggak perhatiin dia itu kek kucel banget loh, penampilannya.” Timpal Rika.

"Kalian ini ya, jangan begitu. Mungkin dia sudah seharian ini mencari pekerjaan dan baru di terima disini." Sambung Lia tidak setuju jika teman-teman nya menghibah.

"Bisa jadi sih, semoga saja dia teman yang menyenangkan untuk kita semua. " Cetus Rani yang sejak tadi hanya diam menyimak seraya menyusun barang di Rak mengisi stok yang telah berkurang.

"Hey, kalian malah ngumpul disini semua. Sana dong bantuin tuh di belakang masih banyak barang yang belum di bongkar. " Suara Ardi kariawan paling lama di Toko itu membuyarkan obrolan para wanita yang memang hobi sekali ghibah.

"Asiap!! Bang Ardi i, yuk kita kebelakang." Rika segera menarik lengan Rani secara tiba-tiba membuat wanita itu terkejut dan hampir saja terjungkal karena tidak siap di tarik.

"Astaga!! Kira-kira ih! Kalau mau narik, kasih aba-aba kek. Hampir aja aku cium lantai." Tukas Rani ketus kepada Rika yang hanya nyegir karena berhasil mengusili teman kerjanya itu.

"Dari pada cium lantai yang kotor, mending cium aku saja Rani sayang." Sahut Dani yang muncul dari gudang seraya membawa satu dus besar biskuit untuk di pajang di Rak yang sudah berkurang stoknya.

"Dih, ogah. Mending aku cium lantai aj daripada cium kamu." Ketua Rani seraya pergi meninggalkan Dani yang masih cengar cengir memandang kepergian Rani.

"Sudah Dan, mending kerja aja dulu yang rajin. Mungkin doi belum dapat ilham untuk membuka hati untukmu." Tukas Ardi seraya menepuk bahu temannya itu.

"Iya Dan, masih banyak waktu untuk membuktikan kesungguhan mu." Timpal Lia sembari membantu menyusun biskuit di rak.

"Ya, mungkin seperti itu." Sahut Dani yang memang telah lama menaruh hati pada gadis bernama Rani itu.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

"Kak, Kak Shaka bahagia nggak bersama Fira?" Tanya Salsa. Saat ini gadis itu sedang berada di kamar kakaknya berguling-guling di atas tempat tidur. Sudah hal biasa baginya yang selalu manja terhadap kakak sulungnya itu.

"Hem, memangnya kamu lihat bagaimana?"

Alih-alih mendapatkan jawaban yang memuaskan. Salsa malah mendapatkan pertanyaan balik dari sang Kakak.

"Kalau nggak bahagia, ngapain harus berbohong dengan menjalani ini semua?" Tukas Salsa lagi berharap ada respon baik dari Kakaknya itu.

Namun hingga beberapa menit di tunggu Shaka tak kunjung berbicara. Hanya helaan nafasnya saja yang terdengar berat. Seperti tengah menghadapi masalah besar.

"Ngapain nyiksa diri begini sih? Kalau tidak cinta sama kak Fira, lalu? Lalu buat apa menjalani hubungan seperti ini?" Lanjut Salsa.

"Kakak akan berusaha menjalani ini semua dek, Kakak nggak mau mengecewakan Ayah dna Ibu lagi." Sahut Shaka. Saat ini kepalanya tidak berhenti memikirkan Wanita yang telah ia sakiti itu. Semakin ingin melupakannya maka bayangan wajah wanita itu seakan menari-nari di pelupuk matanya.

"Lagi? Memangnya kapan kak Shaka mengecewakan Ayah dan Ibu?, jika nggak mencintainya lebih baik sudahi saja. Tidak baik loh menipu diri sendiri Kak." Ucap Salsa lagi.

Kali ini Shaka hanya diam, tidak menyahuti perkataan adiknya itu. Pikirannya sedang tidak fokus. Dirinya seakan-akan di kejar rasa bersalah dari segala sisi. Merasa bersalah kepada kedua orang tuannya. Karena telah menyembunyikan hal besar yang ia lakukan di desa.

"Hah! Sepertinya percuma deh ngomong sama Kakak. Kak Shaka tuh semenjak kembali dari desa berubah total. Aku merasa nggak kenal lagi sama Kak Shaka yang sekarang. Irit bicara. Dan sering diam melamun." Tukas Salsa lagi sembari turun dari tempat tidur kemudian berjalan keluar dari kamar sang Kakak.

Shaka mengusap kasar wajahnya. Ia bukanya tidak menyadari atas perubahan sikapnya ini. Namun dirinya benar-benar butuh waktu untuk menenangkan dirinya.

**************

"Kenapa sayang? Kok datang-datang bibirnya bisa di kelabang sangking panjangnya?" Tanya Surya saat melihat kedatangan putrinya dengan bibir keriting dan muka masam.

Dean terkekeh mendengar kalimat yang di ucapkan Ayahnya itu. Dan hal itu semakin membuat Salsa cemberut dengan kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Ish! Ayah nggak asik. " Ketus Salsa seraya menatap sinis kakak keduanya itu yang menutup mulutnya menahan tawa.

"Tidak asik bagaimana sih, memang benar kan? Ayah tidak salah bicara kan Dean?" Surya bertanya kepada Dean putra keduanya. Dean mengangguk kuat membenarkan. Masih menahan

tawanya karena melihat wajah adiknya yang semakin cemberut.

"lagian ini kenapa bibirnya seperti ini? Pasti ada sebab dan musababnya kan? Coba deh putri Ayah yang cantik ini cerita dulu ada apa." Lanjut Surya lagi.

"Iya Dek, apa-apa itu cerita jangan tau-tau sudah monyong aja aja tuh bibir. " Timpal Dean yang duduk di sofa bersebrangan dengan sofa yang di duduki Salsa dan Ayah Surya.

"Salsa tuh, kesel sama Kak Shaka. Semenjak dari Desa dia kek berubah gitu sikapnya." Ujarnya pada akhirnya keluarlah uneg-uneg Salsa putri satu-satunya dari tiga bersaudara itu.

Si paling ceriwis dan manja.

"Berubah gimana? Perasaan Ayg biasa-biasa aja tuh " Sahut Surya lagi.

"Iya, biasa aja kok sikap kak Shaka. " Timpal Dean heran.

"Hih! Ayah dan mas Dean memang nggak peka. Kak Shaka itu jadi pendiam sejak kembali dari Desa. Kalau di ajak ngobrol juga paling jawabnya, ham hem doang. Seperti sedang ada masalah gitu deh, tapi nggak mau cerita." Tukas Salsa.

"Ah, perasaanmu saja itu dek, menurut mas Kak Shaka biasa aja kok, masih sama seperti sebelumnya." Sahut Dean lagi. Pria itu baru saja merampungkan pekerjaannya dan menyimpan laptop nya di atas meja yang ada di hadapannya.

"Terserahlah, kalian para cowok memangg mahkuk paling nggak peka. Jadi susah ngomong sama kalian. Mending Salsa cari Ibu saja. " Tukas Salsa seraya berdiri dari duduknya bersiap mencari keberadaan Ibunya. Dengan berlari sambil teriak memanggil sang Ibu.

"Ibu..! Ibu dimana...!"

Kedua pria beda usia itu saling pandang saat suara melengking itu terdengar sedang memanggil Ibunya yang saat ini tengah berada di dapur menyiapkan makan malam.

"Itu anak, setiap hari selalu begitu. Padahal Ibu sudah sering, bahkan hampir setiap saat ngingatin nggak boleh teriak-teriak di dalam rumah. Tapi masih aja begitu. " Cetus Dean seraya geleng-geleng kepala dengan kelakuan adik bungsunya itu.

"Hobi bener kena jeweran Ibu!” Lanjut Dean lagi.

"Ibu jewernya nggak dari hati, makanya nggak sakit. " Timpal Surya.

"Kata siapa jewernya nggak sakit? Ayh mau nyobain jeweran Ibu?" Asma yang baru muncul dari dapur dengan Salsa yang tengah mengusap-usap telinganya yang memerah sebab habis di jewer sang Ibu.

"Eh, nggak kok Bu. Ayah bercanda aja tadi. Iyakan boy's" Kilah Ayah Surya. Meminta dukungan dari anak bujangnya.

"Dean nggak tau Yah! Dari tadi fokus baca email yang masuk nih." Sahut Dean sembari pura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Haish, kamu ini. Selalu saja nggak mau belain Ayah." Ucap Ayah Surya kepada putranya.

"Sudah-sudah, ayo kita kaman malam. Mas, tolong panggil Kaka mu. Itu anak jadi manja semenjak kembali dari Desa." Tukas Asma seraya berlalu kembali ke dapur.

"Oke Bu. " Dean segera beranjak dari sofa kemudian menaiki anak tangga menuju kamar Kakak sulungnya nya itu. Sesuai perintah sang Ibu.

Next……

1
🐾Jingga
terimakasih kakak 🙏
cutesylvie160
Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.
KnuckleBreaker
Jleb banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!