NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17

Susana di loby kementrian mendadak hening diliputi ketegangan

 “Asal kamu tahu, Mas Riki sekarang akan jadi kepala cabang,” kata Lusi, menyeringai sambil menyilangkan tangan di dada. “Dan sebagai kepala cabang, dia cuma pantas punya istri seperti aku.”

Anjani melirik jam tangannya. Berkali-kali. Ingin rasanya ia segera pergi dari tempat itu. Tapi Lusi belum selesai bicara.

“Kalau aku ngomong, dengarkan!” bentak Lusi, matanya membulat marah.

“Ya, aku dengarkan,” jawab Anjani tenang. “Tapi aku malas bicara dengan perempuan murahan.”

“Apa kamu bilang?!” Lusi berdiri, wajahnya memerah. “Aku ini wanita berkelas, terdidik, dan dari keluarga kaya raya. Beda sama kamu, perempuan rendahan! Aku tahu kok kamu itu dari Lampung, kan?”

Anjani bersedekap. “Wanita berkelas nggak akan sudi rebut suami orang.”

“Anjani!” teriak Lusi. “Aku nggak rebut suami orang! Aku cuma menyelamatkan laki-laki sukses yang seharusnya bersanding dengan wanita terpelajar. Bukan perempuan kampungan macam kamu!”

“Ya, aku memang dari kampung. Aku dari desa, dan aku bangga jadi orang desa.” Anjani tersenyum tipis. “Daripada kamu, ngaku berpendidikan, tapi kelakuan kayak perempuan murahan. Celup sana, celup sini, ujung-ujungnya ngambil suami orang.”

Lusi mendesis. Wajahnya merah padam. Tangannya terangkat, hendak menampar.

Tapi Anjani lebih cepat. Dia menangkap pergelangan tangan Lusi dan menggenggamnya erat.

“Lepaskan aku! Sialan kamu!” teriak Lusi.

Anjani menghentakkan tangan Lusi sampai terlepas.

“Sialan! Kenapa kamu lepasin tanganku?!”

Anjani menggeleng. “Astaga. Aku kayak ngobrol sama orang kurang waras. Tadi kamu minta dilepasin, sekarang udah kulepas malah marah-marah.”

Lusi mendengus. “Awas ya! Aku akan laporin kamu ke kakakku! Dia staf humas di sini, orang penting, tahu?!”

Anjani hanya tersenyum tipis. Tatapannya datar, tanpa takut sedikit pun.

Tak lama kemudian, datang seorang pria berkemeja rapi. Gaya khas lelaki eksekutif. Tapi Anjani bisa membaca dari kejauhan—name tag-nya menunjukkan dia hanya staf biasa.

“Lusi, ada apa?” tanya pria itu. Nada suaranya meninggi sedikit. Dialah Dani, kakak Lusi.

“Ini, Bang!” Lusi langsung merapat sambil pura-pura terisak. “Wanita rendahan ini mendorong aku, dia juga menghina aku!”

Dani memutar kepala menatap Anjani, lalu menyipitkan mata. Ada sesuatu yang terasa familiar. “Sepertinya aku pernah lihat wajahnya,” gumamnya dalam hati.

Lalu ia melangkah maju. “Kamu berani-beraninya menyakiti adikku? Kamu tahu siapa aku? Aku ini pejabat penting di kantor ini. Sekali perintah, kamu bisa kuusir seperti anjing dari gedung ini!”

Anjani mendengus pelan. Dia menyilangkan tangan, lalu berkata dengan tenang, “Oh, pejabat ya? Bagian apa? Sekretariat Jenderal? Kalau Inspektorat Jenderal, bagian mana? Atau kamu kerja di Ditjen—hortikultura, perkebunan, tanaman pangan? Hm... atau jangan-jangan kamu hanya staf magang?”

Dani tersentak. Wajahnya langsung merah padam. “Kamu...!”

“Aku bisa sewa aula kementerian untuk acara nikahan Lusi dengan Firman. Bayangin sendiri, jabatan aku sebesar apa sampai bisa kayak begitu!” Dani membusungkan dada, tapi dalam hati dia bingung—kok wanita ini tahu struktur kementerian?

Anjani malah tertawa kecil. “Oh, jadi kamu staf humas. Pantas. Tapi gaya ngomongmu udah kayak pemilik kementerian aja.”

“Dasar wanita rendahan!” dengus Dani. “Mulutmu itu akan buat kamu menyesal. Aku pastikan kamu nggak akan bisa masuk gedung ini lagi. Bahkan jadi OB pun kamu nggak akan diterima!”

Anjani tersenyum tipis. “Aku juga nggak minat jadi OB. Itu jabatan terlalu mulia buat orang sepertiku. Tapi coba kamu bayangkan gedung ini tanpa OB seminggu saja. Pasti udah bau pesing dan sampah numpuk di mana-mana.”

Dani menggertakkan gigi. “Kamu memang cocok sama orang-orang rendahan! Cocoknya jadi babu. Riki tuh goblok banget sampai mau nikah sama kamu. Makanya sekarang dia milih Lusi. Karena Lusi itu calon staf Bu Rina, paham? Bu Rina itu bisa tembus langsung ke menteri! Riki beruntung banget!”

Anjani masih tenang. Justru ketenangannya itu yang bikin Dani makin kesal. Dalam hati, Anjani heran. Baru kali ini dia ketemu lelaki lebih cerewet dari wanita yang sedang bergosip.

“Aku pastikan Lusi nggak akan pernah diterima jadi stafnya Bu Rina,” ujar Anjani, masih santai.

“Hah? Kamu itu siapa?” Lusi menyela sinis. “Menyebut nama Bu Rina aja kamu nggak pantas. Bawain sepatunya aja kamu nggak layak!”

“Cepat pergi sebelum aku panggil security!” ancam Dani.

“Aku akan pergi kalau aku mau,” jawab Anjani dingin.

Dani melangkah maju. Tangannya terulur untuk menarik Anjani keluar. Tapi begitu tangannya nyaris menyentuh bahu Anjani, tangannya ditepis.

“KRAK!”

Suara keras itu membuat orang-orang di sekitarnya menoleh. Dani meringis. Tangannya seperti menghantam benda keras. “ARGHH!!” pekiknya kesakitan. Wajahnya memerah, tubuhnya limbung.

“Awas kamu!” Dani menggertak sambil memegang tangannya. “Kamu akan menyesal!”

Lusi hendak menghampiri kakaknya, tapi tiga orang security datang tergesa. Mereka sempat melirik Anjani, lalu bersiap menariknya. Namun yang terjadi kemudian di luar dugaan.

Satu per satu, ketiga security itu jatuh terduduk. Satu terhuyung sambil memegang perutnya. Satunya lagi tergelincir setelah terkena dorongan balik dari Anjani. Yang terakhir malah tergolek sambil meringis kesakitan memegangi kaki.

Semua terdiam. Lusi menjerit histeris.

“Ada apa ini?” suara seorang perempuan terdengar tajam dari belakang. Semua orang spontan menoleh.

Rina berjalan cepat mendekati kerumunan dengan wajah penuh amarah. Tatapannya langsung tertuju pada para satpam yang tampak masih tegang setelah berusaha menyeret Anjani keluar.

“Kalian semua gila? Akan kulaporkan kalian ke atasan kalian masing-masing!” tegas Rina, menunjuk para security yang terlihat kebingungan.

“Bu Rina, wanita kampungan ini sudah buat onar di kantor kita,” ucap Dani cepat, mencoba membela diri. Wajahnya tampak bingung melihat kemunculan mendadak Rina.

Namun Rina langsung menoleh ke Dani dengan tatapan menusuk.

“Apa kamu bilang? Kampungan?” suaranya naik satu oktaf. “Asal kamu tahu, dia ini adalah tamu kehormatan Pak Menteri! Bahkan Pak Menteri saja memperlakukannya dengan hormat. Dan kalian malah mempermalukannya seperti ini. Kalian ini siapa?” ucap Rina dengan suara tegas dan marah.

Lusi dan Dani sontak terdiam. Para security yang tadi menyerang Anjani langsung menunduk. Mereka tak percaya—wanita sederhana yang mereka remehkan ternyata memiliki koneksi langsung ke orang nomor satu di kementerian.

Rina kemudian menatap tajam ke arah Dani. “Dan kamu, Dani. Mulai hari ini aku tidak jadi menerima orang yang kamu rekomendasikan untuk jadi stafku. Aku tidak butuh orang yang arogan dan tidak punya etika.”

“Bu, jangan begitu... Tolong pertimbangkan lagi,” ucap Lusi panik. Wajahnya memucat. “Saya lulusan luar negeri, Bu. Saya punya kompetensi.”

Rina menghela napas. “Aku lebih mengutamakan karakter. Kompetensi bisa diasah. Tapi etika, itu tidak bisa diajarkan dalam waktu singkat.”

“Bu, tolong pikirkan ulang,” pinta Dani putus asa.

“Tidak bisa. Masih banyak yang antre untuk jadi stafku, dan mereka lebih layak,” jawab Rina tegas tanpa basa-basi.

Ia lalu menghampiri Anjani. “Ni, kamu baik-baik saja?”

Anjani hanya tersenyum ringan. “Kamu kira aku selemah itu, Rin?”

Rina mengangguk kecil sambil tersenyum. Tampak jelas keduanya memiliki hubungan yang lebih dari sekadar rekan kerja biasa.

Tak lama kemudian, sebuah mobil Honda HR-V baru berhenti di depan kantor. Plat nomornya masih sementara, menunjukkan bahwa mobil itu baru keluar dari dealer. Seorang sopir berpakaian rapi turun dan buru-buru menghampiri.

“Maaf, Bu. Tadi sempat macet,” ucap Jamal sopan sambil membukakan pintu untuk Anjani.

“Tidak masalah,” jawab Anjani ringan.

Sebelum pergi, Anjani menoleh ke Rina. “Rin, aku pulang dulu. Nanti kita lanjutkan obrolan soal misi ketahanan pangan itu, ya.”

Rina tersenyum. “Terima kasih sudah datang, Anjani. Maaf atas perlakuan mereka tadi. Jangan kapok datang ke kantor ini.”

Anjani mengangguk. “Tenang saja. Aku tidak akan melupakan misi kita untuk negara.”

Lusi dan Dani hanya bisa terpaku melihat punggung Anjani menjauh. Dalam hati mereka masih bertanya-tanya, bagaimana mungkin wanita yang selama ini mereka hina dan remehkan ternyata punya koneksi sebesar itu... bahkan punya mobil baru yang sopirnya saja tampak lebih sopan dari mereka.

Pintu mobil ditutup. HR-V hitam itu meluncur pelan meninggalkan halaman kantor, bersama sisa rasa malu dan amarah di hati Lusi dan Dani.

Rina menatap tajam ke arah Dani. “Dani, ke ruanganku. Sekarang.”

Dani mengikuti Rina dengan wajah tegang, meninggalkan Lusi yang masih dipenuhi amarah dan rasa malu. Begitu mereka menghilang dari pandangan, Lusi segera mengambil ponselnya. Dengan tangan gemetar menahan emosi, ia menghubungi seseorang.

“Robert, aku ingin kamu habisi perempuan bernama Anjani. Dia baru saja keluar dari kantor Kementerian Pertanian. Dia pakai mobil HR-V hitam, mobilnya baru. Ambil saja sekalian mobilnya,” ucap Lusi dingin.

“Berapa bayarannya?” tanya suara di seberang.

“Dua puluh juta.”

“Tiga puluh. Sekarang semua serba naik,” sahut Robert tenang.

Lusi menggertakkan gigi. “Oke, lakukan. Setelah selesai, kirim fotonya ke aku.”

Ia menutup telepon dengan wajah penuh dendam.

1
Elizabeth Zulfa
klo anjani jujur bakal makin kamu dan kluarga mafaatin donk.... ngaku miskin aja udah kamu manfaatin buat jdi babu... 😏😏
Elizabeth Zulfa
Zo gak bakal bisa kembali lah 😏😏
SOPYAN KAMALGrab
terimakasih
SOPYAN KAMALGrab
ok makasih
Uthie
Cewek licik n jalang murahan gtu yg dipilih 😏
Liana CyNx Lutfi
Berarti jodohnya anjani bkn kamu rizki tp raka km cocoknya jadi sehabat anjani aza'jngn rusak persehabatan kalian krn egoisan , hemmm3 riki terjebak dlm permainan lusi sungguh miris sebangai laki2 tidak pnya ketegasan mlah terjerumus dlm kemalangan
Uthie
Cerita yg seru dan menarik disimak 👍👍👍👍
Uthie
Wadduuhhhh.... Rizki duda 1 anak.. dan Raka pria lajang yg tampan....
pilih siapa yaa.. ikutan bingung 😆😆
Uthie
keren 👍
Uthie
sayangnya merangkak jadi jalang 😜😏
Uthie
puassss banget itu. semua di moment yg Pass 👍😏
Uthie
Diiihhh.. S2 KW jalang itu mahhh 😜😜😏
Si Riki sama Ibunya biar nyaho.. wanita yg di elu-elu kan taunya adalah simpenen bapak/suami mereka 😜😜😜😆
Ma Em
Rizki kalau emang Anjani jodoh kamu pasti tdk akan kemana .
Uthie
setujjuu 👍🤨
Uthie
sukurin 😝😏
Ros Miati
bagus
Dessy Sugiarti
Alhmadulillah Update lagiiii....
Lanjuuttt kakakkkk....
Ditunggu kehancuran mantan suami Anjani...
Liana CyNx Lutfi
Kayaknya riki mau djadikan kambing hitam sama dody hidup iku jngn hanya mikirin gengsi riki harus pnya prinsip apa lagi klu km tau kebenaranya klu km iku bkn anak kndung ayahmu ,dan prempuan yg akan km dikahi adalah selingkuhan ayah tirimu sungguh mlah hidupmu riki dijadikan bonek oleh orang tuamu
Uthie
gtu dong.. jangan mau terus-menerus diinjak harga diri 👍🤨😏
Uthie
Mampir 👍♥️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!