Keilani Nassandra telah dijatuhi talak tiga oleh Galang Hardiyata, suaminya.
Galang masih mencintai Kei begitu juga sebaliknya, Kei pun masih mencintai Galang, teramat sangat mencintai lelaki yang sudah berkali-kali menyakiti hatinya itu.
Kei dan Galang berniat rujuk kembali, akan tetapi, Kei harus menikah terlebih dahulu dengan lelaki lain, setelah Kei dan lelaki lain itu bercerai barulah mereka bisa rujuk kembali.
Oleh sebab itu Galang meminta bantuan temannya di salah satu club eksklusif yang Galang Ikuti Hardhan Adipramana untuk bersedia menikahi Kei dan segera menceraikan Kei setelah mereka melewati malam pertama.
Bagaimana reaksi Galang begitu mengetahui Hardhan adalah Presdir dari beberapa perusahaan terbesar abad ini?
Mampukah Kei bertahan dengan sikap dingin dan arogan Hardhan?
Dan pada akhirnya ...
Ketika cinta harus memilih ...
Siapakah yang akan dipilih Kei?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Kamar Presidential Suite
Biasanya jika ada masalah dengan pasangannya, Hardhan akan langsung meninggalkan wanita itu setelah Sam sampai, tidak pernah sekalipun dia bersikap seperti hari ini, dia selalu mondar mandir sambil melihat wanita itu, raut kegelisahan nampak jelas dimuka Hardhan.
"Duduklah dulu Dhan, nanti juga dia siuman," pinta Sam untuk yang kesekian kalinya.
Kalaupun Hardhan menurut dan duduk, itupun tidak berlangsung lama, Hardhan akan langsung berdiri dan mondar mandir kembali sambil terus menggerutu.
Hardhan menatap sinis Sam, "Sepertinya kau kehilangan kemampuanmu Sam, sudah dua jam Kei terbaring dan kau cuma bisa duduk manis sambil menunggu dia siuman!"
"Astaga dia baik-baik saja, Dhan. Dia hanya kelelahan ... Dan hanya butuh tes gelombang otak buat mastiin diagnosa saya, itu pun tidak terlalu mendesak."
"Mendesak atau tidak, saya mau tes itu dilakukan sekarang!" tegas Hardhan sambil menusuk dada Sam dengan jari telunjuknya.
"Alex!" lanjutnya tanpa melihat ke arah Alex, mata tajamnya masih tertuju ke arah Sam.
Tahu pasti apa yang diinginkan bigbossnya, Alex menghubungi salah satu staff operasional agar menerbangkan satu helikopter ke hotel ini untuk membawa Keilani ke rumah sakit.
Dan disinilah kami berada sekarang, di satu-satunya kamar president suite rumah sakit ini, itu pun hanya Hardhan yang boleh memakainya.
Konyolnya lagi, tidak seperti biasanya, Hardhan mau ikut serta mengantar Kei, walaupun tidak banyak membantu, hanya duduk manis dengan kedua tangan menyilang di depan dadanya, setidaknya dia mau duduk dan tidak mondar mandir lagi.
Sultan mah bebas. gerutu Sam dalam hati.
"Memangnya siapa gadis ini?" bisik Sam ditelinga Alex, penasaran baru kali ini ada wanita yang mendapatkan perhatian berlebih dari Hardhan.
"Calon istrinya," jawab Alex datar disusul pekikan kaget Sam yang memancing tatapan dingin Hardhan ke arahnya.
Sam memandang Kei lalu beralih ke Hardhan dan balik lagi ke Kei.
"Yaa itu menjelaskan semuanya ... "
"Menjelaskan apa?" tanya Hardhan dengan sebelah alis yang terangkat.
Sam mengangkat kedua bahunya, "Oh hanya dugaanku saja."
Kei terbangun di ruangan yang asing, pandangannya berkeliling ke sekitar kamar itu.
"Di mana aku?" tanya Kei sambil berusaha duduk, tapi tidak bisa terlalu lama karena kepalanya pusing sekali, sambil mengurut kening dengan tangannya Kei kembali merebahkan badannya ke kasur.
Mendengar suara Kei, Hardhan langsung menghampirinya dan berdiri tepat di bawah kaki Kei, "Memangnya dimana lagi? Ya di rumah sakit!" gerutunya.
"Ru ... Rumah sakit? Kenapa?" tanya Kei lagi.
"Sebodoh apa kamu sampai tidak tau ada yang masukin obat ke dalam gelas minumanmu!"
Sam dan Alex memutar kedua bola mata mereka melihat kelakuan Hardhan yang lepas kendali, hanya Hardhan yang bisa marah-marah di depan orang yang sedang sakit.
Kei berusaha mengingat, dan matanya langsung terbelalak. Hardhan tersenyum sinis melihatnya, 'wanita bodoh ini pasti sudah menyadari kesalahannya,' batinnya
"Galang ... Di mana Galang?" tanya Kei.
Hardhan menarik napas kesal mendengar pertanyaan Kei yang diluar ekspektasinya, dengan kedua telapak tangan terkepal di sampingnya, Hardhan hendak menghampiri sisi samping Kei, tapi ditahan Alex.
"Sabar boss."
"Dasar bodoh! Bukan mengkhawatirkan diri sendiri malah mengkhawatirkan mantan suaminya yang tidak berguna itu!" teriak Hardhan dari balik bahu Alex.
Kei meringis mendengarnya, ia menyibak selimut dan berusaha turun dari tempat tidur. Sam buru-buru menghampiri Kei, sebelum Hardhan menggila lagi, "Tenang Kei, kamu harus istirahat dulu sebentar, kami sedang persiapkan tes gelombang otak untukmu," bujuknya sambil merebahkan kembali badan Kei ke kasur, dan kembali menyelimutinya.
Tapi Kei bangkit duduk lagi. Benar-benar wanita yang keras kepala.
"Aku tidak merasakan sakit, jadi buat apa disini? dan untuk apa tes gelombang otak itu?" gerutunya.
Emosi Hardhan kembali bangkit, ia mau menghampiri Kei tapi Alex masih menahannya.
Sam memberi kode ke Alex untuk membawa Hardhan keluar dari kamar ini, dan Alex mengerti. Sedang Sam berusaha menenangkan Kei supaya tidak ada protes yang keluar dari mulutnya, yang akan membuat Hardhan kehilangan kendali lagi.
"Boss, nona Risya bersedia menemanimu malam ini, sebaiknya boss bersenang-senang dahulu, serahkan saja urusan nona Kei ke dokter Sam."
Hardhan menatap kesal Alex, lalu ke Kei dan terakhir Sam.
Yaa aku memang butuh pelepasan setelah kejadian tidak mengenakan ini.
"Sebaiknya dia bisa memuaskanku! Kalau tidak akan kupatahkan lehernya, dan kau ... " Hardhan menusuk dada Alex dengan jari telunjuknya, menatap tajam mata Alex, "Akan kukirim juga kau ke neraka!" lanjutnya.
"Boss tidak akan kecewa, saya bisa pastikan itu." tegas Alex. Iia harus chat Risya supaya berusaha semaksimal mungkin menyenangkan bigboss hari ini, atau hidup mereka akan berada dalam bahaya.
"Siapkan mobil kita berangkat sekarang!" Hardhan kembali menatap dingin kei lalu ke Sam, "Kau harus lakukan tes itu, paksa dia kalau tidak mau, bila perlu ikat dia diatas ranjang biar tidak bisa kabur sebelum tes itu dilakukan!"
Setelah mengatakan itu Hardhan jalan ke arah pintu, tapi baru tiga langkah ia berhenti dan kembali menatap tajam Sam, "Sebaiknya dia masih disini saat saya balik, atau saya ratakan rumah sakit ini dengan tanah!" ancamnya lagi
Ohh demi Tuhan, Kei sudah habis kesabaran. Mereka membahasnya seolah-olah Kei tidak ada di sana.
"Aku punya keluarga yang pasti sekarang sedang khawatir karena tidak ada kabar dariku!" teriak Kei tidak kalah kencang dengan Hardhan, matanya menatap galak ke Hardhan.
Itu benar, saat ini papa pasti khawatir setengah mati.
"Alex, hubungi keluarganya. Katakan Kei sedang menghabiskan waktu dengan calon suaminya!" perintah Hardhan dan langsung menghilang dibalik pintu sebelum Kei membalasnya.
"Dia ... Sialan raksasa itu! Belum jadi suami saja sudah banyak mengatur! Dan keluargaku belum tahu aku punya calon suami!" gerutu Kei kesal menatap pintu yang sudah kosong itu.
Kei mengalihkan tatapannya ke dokter di sebelahnya, yang sedang menatapnya sambil tersenyum geli.
"Dok saya benar-benar sehat, tidak ada alasan kan saya ditahan di sini?"
"Oh tidak, anda tidak benar-benar sehat, apa anda sering pingsan?" tanya Sam lembut.
Kei tersentak kaget mendengar pertanyaannya.
"Apa itu berbahaya?" Kei balik nanya.
"Dalam kondisi apa saat anda pingsan?"
"Kalau aku terlalu emosi hingga tidak tertahankan kadang aku bisa pingsan, cemas yang berlebihan pun bisa membuatku pingsan, bahkan sekedar melihat darah, walaupun tidak selalu membuatku pingsan," jelas Kei.
"Hmmm tepat sesuai dugaan saya. Tapi kami tetap harus melakukan tes gelombang otak untuk memastikannya. Dan ... Mengingat kemarahan Hardhan barusan, saya harap anda mau bekerjasama," bujuk Sam sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Dok, kalau saya boleh tauh ... Apa yang menyebabkan saya sampai berakhir di sini bersama Hardhan? Dan di mana mantan suami saya?"
"Ahh itu ... Biar Hardhan sendiri nanti yang menceritakannya. Tugas saya disini hanya memastikan kesehatan anda nona."
Hah? Minta raksasa itu yang cerita? lebih baik aku tidak tahu selamanya!.
kesetiaan antar keluarga
ceritanya ngangenin walaupun sudah tau endingnya tapi masih semangat baca lagi