"Hei anak kecil, Saya mau kamu menjadi penguntit untuk mencari tau apa yang di lakukan oleh tunangan saya di luar sana" ucap Seorang pria tampan yang tak lain adalah presedir di perusahaan itu.
"Saya mau. Asal bapak mau membayar saya 2x lipat"
"Deal"
Berawal dari kerja sama yang saling menguntungkan membuat seorang Devano jatuh hati pada gadis yang biasa dia panggil dengan sebutan anak kecil.
Nadira puspita, Seorang karyawan magang di perusahaan milik keluarga besar Devano. Ikuti kisahnya, Ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita syco
"Dia suamiku, Laki-laki yang tak pernah mencintaiku. Selama menikah, Alex tak pernah memperlakukan aku layaknya seorang istri. Bahkan dia tak segan-segan memperlakukan aku dengan kasar" ucap Farah yang terdengar sangat lirih dengan air mata yang mengalir deras dari kedua sudut matanya.
Mendengar itu membuat Nadhira menoleh pada Devano. Sebagai seorang wanita tentu saja Nadhira bisa memahami bagaimana perasan Farah saat ini.
"Maaf, Kak. Kalau boleh tau, Kenapa kakak mau menikah dengannya? Apa kalian tidak saling mencintai?"tanya Nadira karna merasa penasaran dengan hubungan rumah tangga yang di alami oleh Farah.
Farah tak langsung menjawab. Wanita itu masih terdiam sambil menundukkan wajahnya. Sedangkan Devano menyenggol lengan Nadira sambil mengedipkan sebelah matanya. "Ngapain kamu kepo. Itu gak baik. Ingin tau urusan orang lain" bisik Devano tepat di telinga kiri Nadira dan hanya bisa di dengar oleh wanita itu.
Mendengar perkataan Devano membuat Nadira menoleh ke arahnya"Maaf, Pak. Jiwa kepo saya meronta-ronta" balas Nadira sambil mengangkat kedua sudut bibirnya. "Jangan dibiasakan. Karna itu privasi orang lain yang tak seharusnya kita tau" balas Devano lagi.
"Dih, Saya tau kalau sebenarnya bapak juga penasaran kan" balas Nadira sambil menatap Devano"Tidak, B aja" balasnya.
"Masa, Saya gak percaya. Sangat terlihat jelas jika bapak itu kang kepo" ucap Nadira sambil mengulum bibir.
Devano memilih untuk tidak lagi menjawab perkataan Nadira, Pria itu kembali menatap Farah yang masih terisak dalam diam. Sejenak hal itu membuat Devan teringat akan kakaknya yang hilang dan belum di temukan hingga detik ini.
"Melihatnya kenapa membuatku teringat sama kak Dania. Sepertinya dia juga seumuran dengan kak Dania. Kemana kamu kak" Batin Devano sambil terus menatap Farah.
Ruangan itu tiba-tiba menjadi sunyi. Tidak ada pembicaraan antara mereka bertiga. Nadira memilih diam saat mendengar apa yang di katakan oleh Devano tadi. Memang tak seharusnya Nadira ingin tau dengan masalah orang lain, Sekalipun tujuannya hanya ingin membantu.
"Pernikahan kami terjadi bukan atas dasar cinta. Tapi hanya karna keterpaksaan" Ucap Farah tiba-tiba.
"Maksud kakak bagaimana? Jangan bilang pernikahan kalian karna perjodohan?" tanya Nadira lagi.
Farah mengangguk pelan"Iya, Pernikahan kami terjadi hanya karna sebuah perjodohan. Dan karna hal itu, Alex selalu menyalahkan aku dalam hal ini. Karna aku, Dia harus berpisah dengan kekasihnya" ucap Farah yang terdengar sangat lirih.
"Awalnya saya juga tidak mau, Karna aku sadar jika kita berdua sangatlah berbeda. Dia terlahir dari keluarga terpandang. Sedangkan aku hanyalah anak panti yang tidak jelas asal usulnya" terang Farah lagi.
"Aku turut prihatin ya, Kak. Sabar, Semua pasti akan berlalu dengan semestinya"
Di saat Farah sudah selesai bercerita, Tiba-tiba saja Alex kembali dengan wajah dinginnya"Kita pulang sekarang, Mama mau bertemu denganmu. Tapi ingat, Jangan pernah mengatakan apapun tentang apa yang selama ini saya lakukan terhadapmu" ucap Alex sambil menarik kasar tangan Farah.
"Dan buat kalian berdua, Jangan terlalu banyak ikut campur dengan urusan orang lain!" ucap Alex dan langsung keluar dari dalam kamar itu sambil menarik kasar tangan Farah.
Melihat itu membuat Nadira menatap tajam punggung Alex sambil mengangkat sebelah sudut bibirnya"Ck! Dasar pria tak berguna. Bukannya memperlakukan istri dengan baik malah sebaliknya. Amit-amit ya allah. Semoga di jauhkan dengan pria yang modelnya begitu. Untung bukan aku istrinya" seru Nadira sambil terus menatap punggung Farah dan juga Alex.
"Memangnya apa yang akan kamu lakukan kalau seumpamanya memiliki suami yang modelan begitu?" tanya Devano sambil menatap Nadira.
"Ya gampang pak. Tinggal saya sunat lagi saja biar tau rasa" balasnya dan langsung berlalu dari hadapan Devano.
Mendengar perkataan Nadira membuat Devano membulatkan kedua matanya. Pria itu menatap tak percaya pada Nadira"Fix, Dia wanita syco" gumamnya pelan sambil mengekor di belakang Nadira.
Tanpa terasa hari sudah semakin malam, Devano mengajak Nadira untuk mencari makan malam. Karna memang saat ini sudah waktunya makan malam.
"Nadira" Panggil Devano sambil menatap Nadira yang masih sibuk dengan alat-alat make up yang ada di hadapannya.
"Iya,Pak. Kenapa?" Balas Nadira tanpa menoleh ke arah Devano.
"Sampek kapan dandannya? Ini saya nunggu kamu sudah lebih setengah jam loh. Memang benar apa kata pepatah. Menunggu wanita bersiap bisa membuat kita ketiduran. Astaga lama sekali"
Mendengar perkataan Devano membuat Nadira menoleh pada pria itu sambil menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan. "Kalau mau saya cepat selesai, Jangan hanya liatin doang dong, Pak. Ini tolong keringkan rambut saya pakai hairdryer" ucap Nadira
"Apa! Kamu meminta saya buat keringkan rambut kamu. Kamu sehat kan?"
"Sehat. Saya masih sehat walafiat ini pak. Memangnya kenapa? Ada yang salah ya?"
Devano berjalan ke arah Nadira sambil menggelengkan kepalanya"Astaga. Mimpi apa saya bisa punya asisten yang kurang ajar seperti kamu" serunya yang membuat Nadira mengerutkan kecil keningnya"Kurang ajar dari mananya, Imut begini di bilang asisten kurang ajar" balas Nadira santai.
"Mana ada asisten meminta atasannya buat mengeringkan rambut. Kalau seperti ini saya itu seperti jadi suami kamu tau gak" ucap Devano sambil mengambil alat hairdryer itu dan menggerai rambut Nadira yang masih basah.
Perkataan Devano membuat Nadir menaruh lipstik yang ada di tangannya. Wanita itu mengangkat wajahnya dan menatap Devano"Siapa suruh bapak gak sabaran. Ya kalau mau saya cepat, ya bantuin saya. Masih untung saya setengah jam sudah mau siap. Asal bapak tau ya, Biasanya saya kalau bersiap itu dua jam sebelum pergi"
"What! 2 jam sebelum pergi. Kalau saya yang nunggu sudah ketiduran itu mah. Itu bersiap apa bagaimana, Lama bener"
"Ya wajar lama lah, Pak. Kan saya wanita, Masih banyak yang harus saya persiapkan. Karna saya harus selalu bisa menjaga berpenampilan. Itu sih kalau saya lagi mood, Kalau lagi badmood ya 5 menit kelar"
Devano tak menjawab, Pria itu hanya melakukan tugasnya untuk mengeringkan rambut Nadira.
30 menit kemudian, Mereka berdua sudah siap untuk turun dan mencari makam malam. Sejenak Devano menatap wajah Nadira yang entah kenapa malam ini terlihat sangat cantik.
"Cantik juga ini anak kecil" batinnya sambil terus menatap Nadira tanpa berkedip.
"Ehhheeemmm. Biasa saja kali liatnya, Nanti jatuh cinta. Tau kok kalau saya cantik" ucap Nadira sambil mengulum bibirnya.
"Kepedean sekali" balas Devano sambil melangkahkan kakinya ke luar.
"Ya memang sebagai wanita kita harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi dong pak" balas Nadira sambil mengekor di belakang Devano.
"Itu kan anaknya Wardana, Siapa wanita yang keluar dari dalam hotel bersamanya" Ucap seseorang yang tak sengaja melihat Devano keluar bersama dengan Nadira dari dalam kamar hotel.