Dunia Tati hancur, ketika suami yang sangat dia cintai, yang dia harapkan bisa menjaganya, melindunginya. Malah menjualnya ke pria lain. Sedang suaminya sendiri malah selingkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 19
Tati beranjak dari tempat tidur, berdiri di depan Brian yang kini ikut berdiri di hadapannya.
"Dasar laki laki egois!" sentak Tati kesal.
Brian mengelus pipi Tati dengan lembut, dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu tidak akan kekurangan bersama dengan ku! Tidak akan ku biarkan orang lain berani menyentuh mu!"
Tati menepis tangan brian dari pipinya dengan kasar.
"Jaga sikap mu, Tuan! Aku tidak semiskin yang kamu bayangkan, Tuan Brian yang terhormat!"
"Benarkah? Kekayaan siapa yang mau kamu banggakan? Suami yang sudah menyerahkan mu pada ku? Kau bahkan sudah menyerahkan kekuasaan perusahaan mu pada suami mu, punya kendali apa kamu di perusahaan mu sendiri, Ti?" tanya Brian dengan nada mengejek.
"Dasar pria menjengkelkan! Aku akan ganti uang mu 2 kali lipat dari jumlah hutang yang dimiliki mas Junet pada mu!" teriak Tati dengan nada tinggi lalu berbalik badan.
Grap.
Belum Tati melangkah, Brian sudah lebih dulu menghentikannya. Kedua tangannya melingkar erat di pinggang Tati. Laki laki itu mendekapnya erat dari belakang.
"Lepas! Kau pria gilaa! Brengsekk! Kejam! Aku gak suka pria kejam seperti mu! Aku sudah bersuami! Ngerti gak sih!" seru Tati dengan nada gak santai, berusaha lepas dari dekapan Brian.
Brian menarik nafasnya kasar, "Apa aku belum cukup memperlihatkan kegilaan ku pada mu?"
Tati menggeleng, "Bagi ku kamu sudah gilaa! Gak ada lagi yang perlu kamu perlihatkan pada ku! Semalam bersama mu sudah cukup bagi ku melihat sisa kejam mu, Tuan!"
"Bagaimana bisa kau katakan aku kejam. Jika aku sendiri belum memperlihatkan kekejaman ku pada mu! Mau di mulai dari Temmy, papa mu? Atau mau di awali dari mama mu, Talita? Atau keduanya yang aku lenyapkan?" tanya Brian dengan serius, dengan nada mengancam.
Deg.
"Kamu mengancam ku?' tanya Tati dengan dada bergemuruh, namun kecemasan gak bisa ia tutupi dari wajahnya.
‘Gimana kalo pria brengsek ini serius dengan ancamannya?’ pikir Tati dengan menelan salivanya sulut.
Brian melabuhkan dagunya di bahu Tati.
"Aku tidak pernah bermain main dengan setiap yang aku ucapkan! Aku selalu bilang akan membantu mu, membalas suami pecundang mu. Akan aku lakukan. Selama kamu bisa bersikap baik." jelas Brian dengan serius.
"Tapi jika kamu masih bersikeras ingin meninggalkan tempat ini, masih tidak terima dengan keberadaan ku di sisi mu! Aku akan tunjukkan sisi kejam ku pada mu, seberapa arogannya diri ku! Seberapa berkuasanya diri ku! Apa kamu ingin melihatnya, Tati?" tanya Brian dengan santai.
Tati menelan salivanya sulit, ada rasa ketakutan yang menyeruak dalam kalbunya. Wanita itu bergidik ngeri mendengar penuturan Brian.
"A...aku…"
Brian melepaskan pelukannya dari tubuh Tati, membuat wanita muda itu kini berbalik badan. Mencari pembenaran atas pernyataan laki laki yang ada di hadapannya.
"Aku tau kau masih ragu, tidak masalah jika kamu masih tidak percaya dengan ku. Aku tidak akan memaksa mu!" jelas Brian dengan tersenyum pahit, ia merogoh ponselnya di saku celananya.
"Maaf, tapi aku memang harus pergi dari tempat ini! Ini bukan rumah untuk ku. Tolong mengerti aku, Tuan!" pinta Tati dengan tatapan memohon.
Brian meminta Tati untuk diam, dengan gerakan jari telunjuk di bibirnya.
"Siapkan mobil, 5 menit lagi aku dan Nona akan turun!" titah Brian pada seseorang lewat sambungan teleponnya.
Wajah ceria, senyum merekah terbit di wajah Tati. Ia bahkan berani menggenggam jemari Brian dengan erat.
Grap.
"Terima kasih, terima kasih sudah mau mengerti aku, Tuan! Aku tau kamu itu pria baik. Kamu mau mengantar ku pulang kan? Antar aku ke rumah orang tua ku!" ucap Tati dengan air mata bahagia.
Brian menaikkan satu alisnya, senyum sinis terbit di bibirnya.
'Dasar bodoh! Mengembalikan mu pulang ke rumah orang tua mu? Itu hanya ada dalam otak mu, Ti! Tapi tidak untuk ku! Pendirian ku tetap mempertahankan mu, meski aku harus memaksa mu! Memperlihatkan sisi kejam ku pada mu!' pikir Brian.
Mobil yang dikemudikan Danu pada akhirnya berhenti tepat di depan gerbang dari sebuah rumah yang berdiri megah. Namun gak semegah dari mansion yang di tinggali Brian, tempat ia membawa pulang Tati.
"Kamu tidak perlu turun, Tuan." ucap Tati dengan percaya diri.
Brian menyandarkan punggungnya pada sandaran mobil.
"Siapa juga yang ingin turun! Hanya mengotori sepatu mahal ku saja!" ketus Brian.
‘Aduh Nona, anda keliru mengira Tuan Brian mengantar mu pulang. Justru anda akan melihat bagaimana akhir dari orang tua mu!’ pikir Danu, melirik lewat kaca spion tengah.
"Terima kasih sudah mengantar ku. Secepatnya aku akan mentransfer mu, mengganti kerugian mu atas hutang mas Junet." cerocos Tati dengan penuh semangat, rasa bahagia akan berkumpul dengan orang tuanya, seakan sudah berada di depan mata.
Tati langsung berbalik badan, tanpa peduli dengan jawaban dari Brian yang hanya diam sampai detik itu.
Tak.
Pintu mobil terkunci secara otomatis, saat Danu menekan salah satu tombol dari belakang kemudi.
Kreek kreeek.
"Kenapa gak bisa dibuka! Tolong buka pintunya, Tuan Brian!" pinta Tati dengan tatapan memohon pada Brian, saat pintu mobil gak bisa ia buka.
"Tuan!" seru Danu, melihat sebuah mobil sudah memasuki rumah orang tua Tati.
"Perlihatkan padanya!" titah Brian.
Layar kecil yang ada di dashboard mobil tampak menyala. Memperlihatkan keadaan rumah orang tua Tati dari dekat.
Tati membola, ia bahkan melepas tangannya dari pegangan pintu mobil.
"Tu..Tuan, a..apa yang mau kamu lakukan pada orang tua ku?" tanya Tati dengan tatapan gak percaya.
Brian menoleh, menatap datar Tati, "Memperlihatkan pada mu, seberapa kejamnya aku!"
Mata Tati terbelalak.
***
Bersambung…