NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Gadis Cacat

Terpaksa Menikahi Gadis Cacat

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Tamat
Popularitas:2M
Nilai: 4.8
Nama Author: mawarjingga

21+🔥🔥🔥


Ben Alberto Adiwangsa, seorang laki-laki dewasa berumur 29 tahun, yang memiliki wajah tampan dengan hidung runcing, alis tebal, rahang yang kokoh, serta memiliki tubuh tinggi tegap, sosok sempurna yang mampu membuat gadis manapun tak akan mampu menolak pesonanya.

Namun siapa sangka, seorang Ben memiliki kisah yang begitu rumit, sebuah kisah cinta pahitnya di masa lalu, yang membuat Ben sampai kini enggan untuk memulai kembali hubungan serius dengan gadis manapun.

4tahun yang lalu tepatnya 2 hari menjelang pertunangannya dengan Sandra kekasihnya, ia tak sengaja memeregoki gadis yang dicintainya itu tengah berduaan dengan seorang laki-laki dalam keadaan yang begitu intim, di dalam Apartemen milik kekasihnya.

Hingga suatu hari ia harus menerima kenyataan, bahwa dirinya dipaksa menikahi gadis cacat yang telah ia tabrak, akibat dari keteledorannya saat berkendara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawarjingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mood yang buruk 2

Dengan gerakan kasar Ben menghempaskan 2 tusuk sate yang berlumur saus kacang itu keatas piringnya, membuat ketiga sahabatnya sontak menoleh kearah Ben, dengan kening berkerut.

"Lo kenapa Ben?" ujar Arsen, setelah meneguk separuh es teh manisnya.

Ben bergeming, dengan rahang mengeras, bahkan kini kedua tangan yang berada diatas meja itu sudah terkepal sempurna, hingga Buku-buku jarinya terlihat memutih.

Arsen pun mengikuti arah pandang Ben, dan ia ikut melebarkan matanya, saat mendapati sosok seorang wanita yang sudah membuat sahabatnya menjadi seperti sekarang ini, lalu ia kembali menatap Ben yang kini terlihat datar tanpa ekpresi.

"Ben lo_"

"Gue cabut!" potongnya, melangkah sedikit tergesa, sebelum wanita yang tidak ingin di temui nya itu menyadari keberadaannya.

#Flasback off..

*****************

"M-minum dulu kak," ujar Putri meletakkan dengan susah payah, nampan berisi secangkir kopi dari pangkuannya, lalu bergegas kembali kedapur, memutar kembali ban kursi rodanya dengan tangan gemetar, karena perasaannya kini tengah berkecamuk, memikirkan segala kemungkinan yang ada.

Khawatir jika kopinya tidak sesuai selera suaminya, dan khawatir jika Ben marah karena telah membuatkannya kopi.

Putri sendiripun sangat menyesali perbuatannya yang spontan itu, terlebih saat melihat tatapan dingin Ben, namun saat ingatannya kembali tentang ayahnya yang selalu merasa rilex setelah meminum kopi buatannya, tanpa berpikir panjang ia pun membuatkan kopi untuk Ben.

Sementara Ben, untuk sesaat ia terpaku di tempatnya, menatap cangkir berisi kopi yang masih mengepulkan uap panas itu, kemudian tatapan Ben beralih, menatap punggung istrinya yang hampir menghilang dibalik pintu, sekat antara ruang tengah dan ruang TV.

Setelah beberapa menit berlalu, Ben pun meraih cangkir kopi itu, menyesapnya pelan, lagi dan lagi, hingga tandas tak tersisa, kemudian Ben menyenderkan kepalanya di senderan sofa memikirkan sesuatu yang harus ia lakukan kedepannya.

Hingga suara derap langkah kaki yang semakin dekat, membuatnya menoleh kearah suara.

Ia mendengus kesal, saat mengetahui siapa yang datang, menaikan kedua kakinya keatas sofa, lalu memijat dahinya yang kini kian semakin terasa berdenyut.

"Kak, Putri mana?"

Ben menghela, kemudian menggidikan bahunya, membuat Darrel mendesis, memutar tubuh lalu berjalan menuju ruangan lain untuk menemui Putri.

"Hai, bagaimana kabarnya baik?" Darrel berjongkok di samping Putri yang kini tengah membaca novel diruang tengah.

Putri menutup bukunya, "Eh baik, kok udah disini lagi aja sih, emang udah selesai?" Tanyanya, yang kemudian diangguki oleh Darrel.

"Udah dong, oh iya sore ini kita terapi ya,"

"Tap-tapi_"

"Tapi kenapa,?"

"Kak Ben tadi sempat bilang, jadwal terapi aku besok Darr."

"Kak Ben, ngajakin kamu terapi, Ck! yang benar saja dia!" Darrel menggeleng, merasa tak yakin dengan ucapan kakaknya itu, pasalnya selama ini semenjak Putri menjadi istrinya tak pernah sekalipun ingin mengetahui apapun tentang Putri.

"Nggak nggak Put, jadwal terapi kamu itu hari ini, lagian apa yang bisa kamu percaya dari kak Ben, sewaktu-waktu dia bisa berubah pikiran, terus gimana sama kamu, kamu tahu sendiri mama sama papa belum bisa pulang." cerocos Darrel.

"T-tapi."

"Udah, ayo kita berangkat!" Darrel pun mendorong kursi roda Putri, lalu menggendong gadis itu kedalam mobilnya.

**********

"Aku yakin Put, sebentar lagi kamu pasti bisa berjalan normal lagi seperti dulu." ujar Darrel, ketika keduanya kini sudah kembali hendak pulang, setelah menemani Putri melakukan terapi, dengan beberapa metode.

Darrel berkata demikian bukan tanpa alasan, tetapi memang perkembangan Putri hari ini semakin membaik, begitupun dengan ucapan Dokter yang membimbing Putri tadi, menambah keyakinannya bahwa Putri akan segera sembuh.

"Seperti nya semangat juang non Putri untuk sembuh ini sangatlah besar, sungguh saya sendiri tidak menduga, bahwa perkembangan nya akan secepat ini." ujar Dokter sewaktu didalam ruang terapi.

"Aku juga berharap seperti itu Darr, aku nggak mau sakit ku ini menjadi beban untuk semua orang, buat orang tuaku, mama, papa, kak Ben, terutama kamu, yang selama ini terus membantuku Darr, apa yang bisa aku lakukan untuk membalas semua kebaikan kamu?" ujar Putri dengan mata Berkaca-kaca.

Darrel menepikan mobilnya sebentar, menoleh kearah Putri yang terlihat sedang menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Jika kamu ingin membalas apa yang aku lakukan, tolong jangan pernah menyerah untuk sembuh," ujar Darrel Seraya mengusap pelan kepala gadis yang berstatus kakak iparnya itu.

***********

Ketika roda empat dari mobil yang sedang ditumpangi Putri dan Darrel itu melintas, matahari telah condong kearah barat, dengan hiasan langit yang megah, terkurung oleh cahaya keemasan, yang nampak terlihat berkilauan.

Didepan teras rumah, Ben nampak sedang menikmati benda kecil yang terselip dijarinya, meniup-niup kepulan asap putih itu yang keluar dari mulut dan hidungnya itu hingga melambung di udara.

Sedangkan Darrel, setelah menggendong Putri dan kembali mendudukkan nya diatas kursi roda, kini ia mendorongnya pelan melewati Ben tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Hingga sebuah Cekalan keras ditangan Darrel, membuatnya menoleh seketika, tampak wajah angkuh sang kakak sedang menghunus tajam menatapnya dengan tatapan tak terbaca.

"Biar gue yang bawa dia kedalam!" ujarnya dingin.

Sementara Darrel, ia hanya bisa menghela, membiarkan kakaknya itu yang mengantar Putri, bagaimanapun ia sadar diri, bahwa Putri adalah istri dari kakaknya.

Ben membuka lalu membanting pintu kamarnya dengan keras, lalu berjongkok di hadapan Putri yang kini menautkan Jari-jemarinya, merasakan keringat dingin diseluruh tubuhnya.

Tangan Ben terulur, mengangkat dagu Putri agar menatap kerahnya, "Kau takut padaku?" tanyanya, dengan suara beratnya, yang membuat tubuh Putri semakin meremang.

"Kira-kira sebutan apa yang pantas untuk seorang istri yang bepergian dengan laki-laki lain, tanpa seizin dari suaminya."

"Apakah memang itu sikap aslimu yang sebenarnya,?"

"Cih, sangat mura han!"

Tatapan sinis itu ia layangkan pada Putri yang kini tengah menatatapnya dengan mata Berkaca-kaca, sama sekali tidak menyangka jika Ben akan mengatakan hal semenyakitkan itu padanya.

"Dengar aku gadis kecil, kau tahu pasti bukan, bahwa aku menikahimu bukan karena cinta, tetapi karena aku terpaksa, demi orang tuaku," lanjut Ben, semakin menekan kuat dagu Putri yang membuatnya meringis, menahan rasa sakit.

"T-tapi saya tidak memintanya kak." balas Putri dengan suara lirih.

"Iya kau betul, kau memang tidak memintanya, tetapi orang tuamu yang meminta, dan aku pikir itu sama saja bukan, kau dan kedua orang tuamu memanfaatkan keadaan ini dengan penuh suka cita."

"Cukup kak, kak Ben boleh menghina saya tapi tidak untuk kedua orang tua saya, saya tidak terima." ucap Putri dengan suara meninggi campur bergetar, entah mendapat keberanian dari mana hingga ia mampu berbicara seperti itu.

"Wow, begitukah?" senyum mengejek dari bibir Ben, semakin terlihat jelas pun dengan wajah angkuhnya, memutar tubuh melangkah menuju pintu.

"Kalau begitu ceraikan saya!"

Deg!

Tubuh Ben menegang, dengan kedua tangan yang mengepal sempurna.

.

.

1
daroe
Hamidun
daroe
masih perawan 😄
daroe
hadeh istri yg mantan kakak, dan dicintai adiknya ini mah
cakep putri triple kills wkwkwkwkwk
daroe
wehhh kampretttooo
nissa
hamil tu
nissa
semoga berbahagia putri
nissa
sirik bilangbu
nissa
cemburu baru tau
nissa
lah kan sudah suami istri
nissa
mantap
nissa
iya bener yang yang tu
nissa
aneh
nissa
giliran butuh aja ngajak
nissa
gak usah mau ri, suruh pergi aja sendiri
nissa
gak uusah mau put
nissa
bagus put kabur aja
nissa
mantap
nissa
lanjut
nissa
idih kok marah
nissa
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!