Jangan mampir di masjid ini. Sudah banyak yang mengalaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amplop Misteri
Pada suatu malam Daud baru saja pulang dari kota V. Sebuah kota yang terletak bersebelahan dengan Kota W tanpa melewati sepanjang jalan raya yang kerap menampakan masjid berhantu.
Daud baru saja melayat ke rumah seorang teman yang telah ditinggal kedua orangtuanya secara bersamaan. Sebuah suratan takdir. Kehidupan manusia pasti memiliki akhir.
Di rumah seorang teman Daud itu tidak ada mayat dan tidak ada keramaian. Hanya sebatas orang-orang yang datang untuk menghibur dan turut berkabung. Kedua orang tua teman Daud itu meninggal saat melaksanakan ibadah haji. Jenazah keduanya sudah dikubur di tanah suci.
Setibanya di rumah ada sebuah undangan di atas meja ruang tamu. Tapi undangan itu sudah sangat usang bahkan terlihat dari kejauhan. Siapa yang memasukan undangan itu sampai bisa terletak di atas meja ruang tamu?
Biasanya diselipkan masuk lewat bawah pintu. Atau kalau tidak lewat celah jendela depan yang selalu Daud buka. Tapi jika melalui dua lubang itu mentok undangannya tetap akan sampai di lantai. Tidak di atas meja seperti sekarang ini.
Pintu rumah Daud juga selalu dikunci ketika ditinggal jauh bepergian. Hanya pemilik rumah satu-satunya orang yang bisa membukanya.
Daud mau mandi air hangat dulu setelah pulang melayat. Ia mengabaikan surat undangan usang yang sudah menyambutnya pulang.
Sehabis mandi Daud ada rencana mau pergi ke rumah tetangganya yang masih satu gang. Ia ada keperluan untuk mengambil alat pancing yang sudah dua minggu dipinjam.
Tapi tiba-tiba pintu rumah Daud tidak bisa dibuka oleh tangan tuan rumahnya sendiri. Meskipun itu dari dalam. Dan sama sekali belum dikunci.
Kepala Daud kena timpuk. Siapa? Apa itu?
Setelah dicari ternyata itu adalah surat undangan usang yang tadi berada di atas meja. Sekarang undangan itu sudah berada di lantai setelah barusan mengenai kepalanya.
Daud pun bersabar. Lalu ia membuka amplop putih yang sudah mulai kecoklatan. Bagian luarnya polos tidak ada tulisan apa pun. Di dalamnya ada secarik kertas yang kelihatannya bekas terbakar. Ada hitam-hitam gosong yang melingkar di bagian pinggir kertas yang sudah usang. Tapi tetap saja kertas itu kosong tidak ada tulisannya sama sekali.
Daud membolak-balikkan kertas isi amplop undangan misterius ini.
Tiba-tiba kertas berbau hangus itu berteriak.
"Mrene!",
(Kemari)
Daud pun terbangun. Barusan adalah sebuah mimpi yang teramat buruk.
Memang benar Daud habis pulang dari kota V untuk melayat. Tapi setibanya di rumah ia ketiduran di kursi ruang tamu karena kecapekan.
Perjalanan dari kota W ke kota V jauh lebih jauh dari pada pergi ke ibu kota baru.
Yang jadi pertanyaan di benak Daud adalah kenapa mimpi buruk itu kembali berkaitan dengan masjid berhantu?
Daud sama sekali tidak pernah dalam seumur hidupnya punya niatan untuk datang ke sana. Apalagi sampai harus mengalami kejadian mencekam seperti yang pernah diceritakan oleh orang-orang. Jika waktu itu bukan karena temannya dari koran lama Edo yang datang untuk meminta bantuan. Daud pun juga tidak akan mau berurusan dengan hal-hal yang berbau gaib atau setan.
Namun akhir-akhir ini kenapa Daud terus memikirkannya? Ia sama sekali tidak sengaja. Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dan bersarang di kepala Daud.
"Mrene!"
"Mrene!"
"Mrene!"
"Mrene!"
(Kemari)
(Kemari)
(Kemari)
(Kemari)
Tidak boleh dibiarkan.
Ini tidak baik untuk kesehatan psikis dan rohani Daud. Bisa juga berdampak pada kebugaran jasmani.
Besok pagi Daud akan pergi ke seorang pintar untuk meminta dibersihkan.