DINIKAHI PAKSA DOKTER KANDUNGAN KU

Keesokan harinya, Lusi bangun dengan tubuh yang lebih segar, tidak terlalu merasa mual meskipun masih merasa pusing sedikit.

Ia segera membersihkan diri setelah bangun tidur dan mempersiapkan dirinya untuk bekerja.

Memang CEO satu ini workaholic!

Jam 7 pagi pun, dia sudah turun dari ke lantai 1 menuju ruang keluarga yang sudah ramai percakapan kakek neneknya yang selalu saja menarik.

"Good morning kakek nenek" sapanya.

"Good morning cucu" sahut Uron dan Deby bersahutan,

"SARAPAN SUDAH SIAP!" teriak Lumbar dari arah meja makan.

Lusi pun berjalan beriringan dengan kakek neneknya di kanan dan kirinya.

"Kamu terlihat segar pagi ni, Lu? Apakah bisnismu lancar?" tanya Uron.

"Doakan saja kek, hari ini pengumuman tendernya" jawab Lusi.

Lalu mereka duduk di kursi meja makan.

"Mana papi sama Jaiden, Mam?" tanya Lusi kepada ibunya karena tidak melihat 2 pria itu.

"Mereka masih mandi, habis berenang pagi ini" jawab Lumbar.

Tak lama kemudian, yang dicari datang.

"Kenapa kakak mencariku? Kakak merindukan ku ya?" goda Jaiden yang datang duluan sebelum disusul ayahnya.

"Iya rindu. Rindu aku lempar piring" sahut Lusi tak kalah mengejek.

"Hahaha kalian ini memang seperti tom and jery" celetuk Deby melihat tingkah dan interaksi kedua cucunya ini.

Beberapa menit kemudian, Jugos datang dengan baju rapi, kemeja dan celana jeans gaul.

"Hello everybody, maaf nunggu ya" sapa Jugos ceria. Penampilan membuat yang lain terheran heran.

"Loh, papi mau kemana? Tumbenan rapi begini?" tanya Lumbar saat sudah duduk disamping sang suami.

"Iya, papi mau ketemu Ollar di rumah sakit. Dia tumbenan nyuruh aku kesana. Katanya mau ngomongin sesuatu" jawab Jugos santai sambil siap melahap sarapannya yang sudah disiapkan oleh sang istri di piring.

Deg.

Seketika jantung Lusi berhenti sedetik mendengar jawaban sang ayah.

"'Mau apa Paman ngajak papi ketemu di rumah sakit?" batinnya tidak enak.

Lumbar langsung melihat ekspresi wajah putrinya yang terlihat tak nyaman.

"Mungkin, paman mau nyuruh papi untuk medical check up, Mi" tebak Jaiden positive thingking.

"Hmm, ya bisa jadi ya" sahut Lumbar.

"Yaudaah..ayo makan kok jadi ngobrol panjang" ajak Jugos.

Antara 6 orang di meja makan yang menikmati sarapannya, ada 2 orang yang tidak benar benar menikmatinya. Lusi dan Lumbar saling melempar tatapan tak bisa dijelaskan.

Setelah sarapan, Lusi buru buru pamit berangkat kerja agar bisa menghubungi pamannya di mobil.

Dan benar saja saat sudah diperjalanan, ia menelepon pamannya itu.

"Selamat pagi paman Ollar, apa kabar?" sapa Lusi saat panggilan terhubung.

"Selamat pagi keponakan paman yang paling cantik, syukurlah aku baik baik saja. Ada apa telepon pagi pagi?" tanya Ollar.

"Barusan aku dapat info dari papi katanya paman memanggilnya ke rumah sakit ya, ada apa ya paman?" tanya balik Lusi.

"Oh iya, pagi tadi aku menelepon nya untuk datang ke rumah sakit ingin membicarakan sesuatu" jawab Ollar.

Semakin penasaranlah Lusi.

"Hmm apakah paman tidak bisa mengatakan sesuatu itu?" tanyanya semakin khawatir jika saja pamannya itu sudah tau kabar kehamilannya. Mengingat ia periksa dirumah sakit dimana pamannya itu jadi direktur.

"Rahasia. Kamu tidak perlu tau sayang..cukup kamu rahasiakan saja kehamilanmu yaa. Paman tidak berniat sama sekali memberitau ayahmu soal ini. Murni pertemuan dengan papi mu untuk bisnis" jawab Ollar.

Deg.

Lagi lagi jantung Lusi seakan akan berhenti.

Sudah 2 kali jantungnya seperti mendapatkan serangan pagi ini.

"Pa..paman..pasti dokter gadungan itu yang memberitaumu?" tebak Lusi gugup.

"Dokter gadungan? Siapa yang kamu maksud?" tanya Ollar benar benar tidak tau karena ia mengetahui sendiri saat mengecek nama pasien pagi ini ada nama keponakannya di poli kandungan lagi.

Tadi Ollar sebenarnya hanya menebak jika keponakannya itu hamil, eh ternyata beneran hamil dan tidak dibantah. Pancingan sang direktur pun berhasil mengetahu kebenaran dari hasil pemeriksaan Lusi.

Apalagi Ollar sudah curiga, kenapa Lusi meneleponnya saat ia memanggil Jugos, padahal memang dia memiliki kepentingan bisnis dengan kakak iparnya itu.

Eh ternyata Lusi takut jika Ollar akan memberitahu soal kehamilannya.

"Lupakan paman..aku hanya asal sebut" alih Lusi membuat Ollar menerka nerka lagi.

"Dokter gadungan yang kamu maksud Dokter Gasan, dokter kandunganmu?" tanya Ollar.

"Ya siapa lagi kalau bukan dia yang melaporkan hasil pemeriksaan rahasia pasien kepada direkturnya" jawab Lusi dengan kesal namun membuat Ollar tertawa.

"Hahahahhaa, paman sudah mengira hasil yang Gasan tuliskan di laporan pemeriksaan rumah sakit tidak benar karena tumbenan dia tidak detail menjabarkan keluhan pasien serta diagnosisnya. Ternyata kamu sudah membungkam nya. Tapi maaf Lusi, paman mu ini sudah profesional menemukan hal yang janggal, tanpa Gasan beri tau, paman sudah bisa menebak untuk apa kamu datang ke rumah sakit di poli kandungan lagi" jelas Ollar.

"Ck..memang pria itu tidak bisa diandalkan" batin Lusi.

"Hmmm, iyaa..aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari paman soal kunjunganku ke rumah sakit. Tolong rahasikan ini kepada ayahku ya paman. Aku akan memberitaunya sendiri nanti kalau sudah pas waktunya" ujar Lusi.

"Ya, paman bisa menjaga rahasia. Ini urusanmu dengan Jugos, aku tidak memiliki hak untuk ikut campur. Tapi aku hanya ingatkan, Lusi, kamu adalah CEO wanita inspiratif jangan sampai kamu memutuskan sesuatu yang bisa merusak image mu" sahut Ollar.

"Apa ini? Apa paman juga tau niatku untuk aborsi?" batin Lusi terkejut dengan jawaban respon pamannya itu.

"Iya paman. Aku akan memutuskan sesuatu penuh pertimbangan" ujar Lusi.

Lalu panggilan itu ditutup.

Tanpa Lusi sadari sebelumnya, ia berada di mobil bersama Leos sehingga pembicaraannya pasti didengar oleh sang driver.

Melihat wajah majikannya menatap serius kearahnya, Leos pun langsung memberikan statement.

"Tenang nona, rahasia anda aman ditangan saya. Anda tidak perlu khawatirkan soal ini" ucap Leos dan Lusi kini tersenyum tipis merasa lega.

Perjalanan menuju kantornya kali ini terasa menegangkan baginya.

Setelah sampai di kantor, Lusi sudah disambut oleh security termasuk sang asisten serta sahabatnya, Sophie.

"Selamat, Bu Lusi" sapa wanita itu namun kali ini Lusi hanya menyahuti nya singkat dan terdengar kesal.

"Pagi" sahut CEO itu.

Sophie menarik nafas panjang dan siap mendapatkan amukan bosnya sebagai sahabat.

"Mati aku! Ketahuan cepu ke Tante Lumbar" batinnya.

Ia pun berusaha profesional dan mengikuti bosnya hingga masuk ke ruangan direktur.

Selain itu dirumah sakit, kini Ollar sudah berhadapan dengan Gasan, dokter kandungannya untuk meminta penjelasan secara rinci terkait hasil pemeriksaan Lusi, keponakannya.

Apakah Gasan akan berkata jujur atau hanya menyampaikan beberapa informasi yang dibutuhkan oleh direktur rumah sakit?

Baca episode selanjutnya!