NovelToon NovelToon
Magang Di Hati Bos Muda

Magang Di Hati Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Teen School/College / CEO / Romansa
Popularitas:10
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Satu kesalahan di lantai lima puluh memaksa Kirana menyerahkan kebebasannya. Demi menyelamatkan pekerjaan ayahnya, gadis berseragam putih-abu-abu itu harus tunduk pada perintah Arkan, sang pemimpin perusahaan yang sangat angkuh.
​"Mulai malam ini, kamu adalah milik saya," bisik Arkan dengan nada yang dingin.
​Terjebak dalam kontrak pelayan pribadi, Kirana perlahan menemukan rahasia gelap tentang utang nyawa yang mengikat keluarga mereka. Di balik kemewahan menara tinggi, sebuah permainan takdir yang berbahaya baru saja dimulai. Antara benci yang mendalam dan getaran yang tak terduga, Kirana harus memilih antara harga diri atau mengikuti kata hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Luka yang Tersembunyi

Suara pintu depan yang hancur karena didorong paksa oleh petugas kepolisian bergema ke seluruh penjuru ruangan yang sangat luas itu. Kirana tersentak mundur hingga punggungnya menabrak pinggiran perapian yang masih terasa panas akibat dokumen yang baru saja dibakar. Arkananta berdiri tegak di depan Kirana, menghalangi pandangan para petugas dengan tubuhnya yang sangat tegap dan kokoh.

"Atas dasar apa Anda berani merusak pintu rumah saya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu?" tanya Arkananta dengan nada suara yang sangat tenang namun sangat mematikan.

Pimpinan petugas kepolisian itu melangkah maju sambil menunjukkan sebuah kantong plastik bening berisi sebuah botol kecil yang sangat mencurigakan. Di dalam botol itu terdapat sisa cairan berwarna bening yang sama dengan racun yang ditemukan di dalam kotak makan siang ayah Kirana. Kirana menutup mulutnya dengan tangan yang bergetar hebat saat melihat botol itu sangat mirip dengan yang ada di dalam gudang tadi.

"Kami menemukan botol ini di area paviliun yang ditempati oleh asisten Anda, Tuan Arkananta," ujar petugas itu dengan tatapan yang sangat tajam kepada Kirana.

Kirana menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat seolah sedang mencoba mengusir mimpi buruk yang sangat mengerikan dari pikirannya. Ia merasa jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat seluruh petugas mulai menggeledah setiap sudut ruangan dengan sangat teliti. Arkananta tidak bergerak sedikit pun, namun rahangnya yang sangat tegas tampak mengeras hingga urat-urat di lehernya menonjol keluar.

"Itu bukan milik saya, saya bahkan baru tinggal di sini selama beberapa jam saja!" teriak Kirana dengan sapaan yang penuh dengan isak tangis.

Arkananta tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangan Kirana dan menariknya mendekat hingga tubuh mereka tidak memiliki jarak sedikit pun. Ia menatap mata Kirana dengan pandangan yang sangat dalam, seolah sedang mencari kejujuran di balik bola mata yang sudah sangat basah itu. Suasana di dalam ruang tengah itu mendadak menjadi sangat dingin dan penuh dengan tekanan yang luar biasa berat.

"Katakan dengan jujur, apakah kamu membawa sesuatu dari luar saat masuk ke rumah ini tadi pagi?" tanya Arkananta dengan bisikan yang hanya bisa didengar oleh Kirana.

Kirana hanya bisa menangis sesenggukan tanpa sanggup mengeluarkan satu kata pun karena rasa takut yang sudah melumpuhkan seluruh lidahnya. Ia merasa dijebak oleh seseorang yang sangat ahli dalam menyusun rencana kejahatan yang sangat rapi dan licik. Para petugas mulai membawa beberapa kotak arsip dari arah gudang bawah tanah yang baru saja dibersihkan oleh Kirana dengan susah-payah.

"Tuan, kami menemukan dokumen yang menunjukkan adanya perselisihan warisan antara keluarga korban dan keluarga Anda," lapor seorang petugas lainnya.

Arkananta melepaskan tangan Kirana dengan gerakan yang sangat kasar seolah baru saja menyentuh bara api yang sangat panas. Ia berbalik menghadap petugas kepolisian dengan senyum tipis yang tampak sangat meremehkan hukum yang sedang berjalan di hadapannya. Arkananta mengambil selembar kertas dari saku jasnya dan memberikannya kepada pemimpin petugas tersebut dengan gerakan yang sangat tenang.

"Itu adalah surat kuasa resmi yang menyatakan bahwa seluruh aset ayah Kirana sudah berada di bawah perlindungan perusahaan saya," ucap Arkananta dengan suara yang sangat berwibawa.

Kirana terpaku diam melihat bagaimana Arkananta bisa memutarbalikkan fakta dengan sangat cepat hanya melalui selembar kertas kecil. Ia menyadari bahwa pria ini memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengendalikan nasib siapa pun yang berada di sekitarnya. Namun, di balik sikap tenangnya, Kirana melihat tangan Arkananta yang disembunyikan di balik punggung sedang mengepal dengan sangat kuat.

"Kami tetap harus membawa asisten Anda untuk dimintai keterangan lebih lanjut di kantor pusat," tegas petugas kepolisian tersebut tanpa merasa takut.

Arkananta melangkah maju satu langkah, membuat petugas tersebut secara spontan mundur karena merasakan aura yang sangat mengancam dari sang bos muda. Ia tidak akan membiarkan Kirana dibawa pergi karena gadis itu adalah satu-satunya kunci untuk membongkar pengkhianat di dalam rumahnya. Arkananta memberikan isyarat kepada pengawal pribadinya yang segera muncul dari balik pintu samping dengan senjata yang masih tersimpan rapi.

"Jika Anda berani menyentuh satu ujung rambutnya saja, saya pastikan jabatan Anda hilang sebelum matahari terbit besok pagi," ancam Arkananta dengan nada yang sangat dingin.

Petugas kepolisian itu tampak ragu sejenak saat melihat kesungguhan di dalam mata Arkananta yang sangat mematikan itu. Kirana merasa jiwanya seolah sedang ditarik ke dua arah yang berbeda, antara hukum yang mencurigainya dan iblis yang melindunginya. Ia jatuh terduduk di atas lantai marmer, merasa sangat lelah dengan segala permainan orang dewasa yang sangat kotor ini.

"Biarkan saya pergi bersama mereka, saya tidak ingin menjadi beban bagi siapa pun lagi di sini," bisik Kirana dengan sapaan yang penuh dengan keputusasaan.

Arkananta berjongkok di hadapan Kirana, mengabaikan tatapan para petugas yang masih berdiri dengan waspada di sekitar mereka. Ia memegang kedua pipi Kirana dengan tangannya yang sangat besar dan hangat, memaksa gadis itu untuk menatapnya sekali lagi. Ada sebuah luka tersembunyi yang tampak di mata Arkananta, sebuah luka yang sepertinya sudah ia simpan selama bertahun-tahun lamanya.

"Kamu adalah milik saya, dan tidak ada satu orang pun di dunia ini yang boleh mengambil milik saya tanpa izin," ujar Arkananta dengan nada yang sangat posesif.

Arkananta kemudian berdiri dan memerintahkan pengacaranya untuk segera datang dan menyelesaikan urusan dengan pihak kepolisian di ruang tamu depan. Ia menarik Kirana menuju lantai dua, naik ke arah kamar pribadinya yang sangat tertutup bagi siapa pun kecuali dirinya sendiri. Kirana hanya bisa mengikuti dengan langkah yang gontai, merasa seolah sedang berjalan menuju penjara yang jauh lebih mewah.

Di dalam kamar yang sangat luas itu, Arkananta menutup pintu dan menguncinya dengan rapat hingga terdengar suara klik yang sangat tajam. Ia melepaskan jas mewahnya dan melemparkannya ke atas sofa kulit, lalu berjalan menuju lemari kecil yang berisi kotak obat-obatan. Kirana memperhatikan Arkananta yang mulai membuka kancing kemejanya, menampakkan sebuah luka parut yang sangat panjang di bagian dada kirinya.

"Apa yang terjadi dengan dada Anda, Tuan?" tanya Kirana secara spontan karena rasa terkejut yang sangat luar biasa.

Arkananta berhenti bergerak, jemarinya terhenti tepat di atas luka parut yang tampak sudah sangat lama namun masih terlihat sangat mengerikan itu. Ia menoleh ke arah Kirana dengan tatapan yang sangat sulit untuk dijelaskan, antara amarah yang tertahan dan kesedihan yang sangat mendalam. Cahaya bulan yang masuk dari balik jendela kaca memberikan kesan yang sangat dramatis pada luka tersebut.

"Luka ini adalah alasan kenapa ayahmu berutang nyawa kepada keluarga saya, Kirana," jawab Arkananta dengan suara yang sangat rendah.

Kirana merasa dunianya seolah kembali berhenti berputar saat mendengar penjelasan singkat yang sangat menggetarkan hatinya tersebut. Ia ingin bertanya lebih lanjut, namun suara ledakan keras yang berasal dari arah garasi mobil di bawah sana seketika memecah kesunyian malam. Arkananta segera memeluk Kirana dan menjatuhkan tubuh mereka ke lantai saat kaca jendela kamar pecah berkeping-keping akibat gelombang ledakan tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!